Link

Jumat, 23 Januari 2015

Jumat Padat

Dear Dreamers!

Kayuhan sepeda saya kembali dipayungi awan mendung. Saya bersyukur rinai hujan belum menyapa saya pagi ini. Angin kencang yang berhembus sudah cukup membuat saya merinding kedinginan.

Hari ini, saya dan Kohara-san kembali melakukan uji efisiensi penempelan CpG ODN. Hasil sebelumnya tidak terlalu baik, diduga karena waktu shaking terlalu singkat, hanya 5 menit. 

"Kemarin kamu sudah mencobanya dengan Kohara, kan?" tanya Dr. Yamazaki.

Saya mengangguk pelan.

"Hari ini cobalah lakukan uji efisiensi CpG ODN terhadap Nanopartikel sekali lagi. Seperti sebelumnya, buat 3 perlakuan, masing-masing 5 sampel. Untuk campuran CpG ODN dan Nanopartikel, coba gunakan 2 variabel, satu kelompok di-shaking 5 menit, satu kelompok lagi di-shaking 1 jam, kemudian bandingkan hasilnya. Minggu ini kamu lihat Kohara dulu melakukannya. Berikutnya, kamu harus melakukannya sendiri dalam eksperimenmu. Yah, ini merupakan riset tingkat Master," ujar Dr. Yamazaki menjelaskan pada saya. Saya hanya terpana mendengar bagian akhir penjelasan beliau.


Saya mengikuti Kohara-san ke lab.

"Sepertinya kamu akan sangat sibuk mulai minggu depan," kata Kohara-san saat di jalan.

"Yah, begitulah. Apalagi saya belum pernah melakukan sebelumnya," saya berkomentar.

"Ganbatte," Kohara-san memberi saya semangat.

Kohara-san kembali menunjukkan cara membuat larutan nanopartikel, kemudian menyiapkan CpG ODN, lalu membuat sampel dengan tiga perlakuan, dengan lima kali pengulangan untuk masing-masing sampel.

Saya banyak bertanya tentang rencana eksperimen yang akan saya lakukan mulai Senin pekan depan.

"Yah, kira-kira seperti itulah eksperimennya. Kamu harus melakukannya sendiri, karena saya akan ada eksperimen juga," kata Kohara-san.

Pukul 11.00, Kohara-san menghampiri saya yang sedang terduduk di depan komputer lab. "Fahmi-san, mohon maaf. Saya harus passaging cell sekarang. Bisakah bantu saya melanjutkan sisa eksperimen?" tanya Kohara-san.

Saya mengangguk lalu tersenyum. "Oke, beres."

Saya lalu menyiapkan sampel pertama untuk disentrifugasi. Saat itulah saya melihat kedatangan Zhang Jian, mahasiswa asal Tiongkok yang juga didampingi Kohara-san.

"Hi, good morning," sapa Zhang.

"Morning," balas saya lalu tersenyum.

"Wah, kamu bekerja keras setiap hari ya."

"Really? Nggak juga kok," kata saya terkejut.

"Yah, tiap kali saya datang ke lab, kamu sudah di sini," kata Zhang.

"Hehe, itu karena saya masih masa training. Kamu juga sering bekerja di clean bench," kata saya lagi.

"Yah, tidak setiap hari sih, paling tiga sampai empat kali seminggu," kata Zhang. "Oh iya, kamu dari mana?" tanyanya pada saya.

"Ah, saya dari Indonesia," ujar saya lalu tersenyum.

"Oh, saya dari China. Indonesia sangat terkenal dengan bulutangkis ya," kata Zhang lalu tersenyum.

Saya terkejut, lalu tertawa kecil. "Ah, iya. Indonesia sangat terkenal bulutangkisnya. Saya juga suka bulutangkis." Baru kali ini saya bertemu orang yang mengenal Indonesia dari bulutangkisnya. Rasa-rasanya kegemaran saya dengan bulutangkis akan sangat berkembang selama di Tsukuba.

"Saya juga suka bulutangkis. Apa kamu bergabung dengan klub bulutangkis di NIMS?"

"Tidak. Saya biasa bermain dengan orang Indonesia di Tsukuba."

"Oh. Kalau sempat coba saja gabung dengan klub di NIMS. Saya ikut main di sini, tiap Selasa dari jam enam sampai jam delapan," tawar Zhang.

"Benarkah? Mm... kalau kamu mau main, kasih tau saya, ya," kata saya riang.

"Oke." Zhang lalu pamit masuk ke ruang kultur sel.

Saya melanjutkan eksperimen untuk mengukur efektivitas CpG menggunakan Nanodrop.

"Fahmi-san," Kohara-san menghampiri saya. "Mohon maaf sekali, saya harus pulang sekarang. Kamu bisa melanjutkannya sendiri, kan? Buku catatan saya, pegang saja. Sekuens CpG ODN ada di sini. Nanti kalau kamu sudah selesai, taruh saja di meja saya. Maaf ya," kata Kohara-san dengan wajah sedih.

"Baiklah kalau begitu. Sampai ketemu hari Senin," ujar saya lalu melambaikan tangan ke arah Kohara-san.

Saya melirik jam tangan. Pukul 11.45. Saya terpaksa absen ke masjid untuk shalat Jumat.

Pukul 12.45 saya baru usai mengukur semua sampel. Saya bergegas ke lantai 7 untuk shalat Dzuhur, lalu ke kafetaria menyantap bekal makan siang saya.

Pukul 14.00, saya bergegas kembali ke lab. Saya harus mengambil hasil ELISA saya di komputer lab, kemudian melakukan passaging cells untuk persiapan eksperimen Senin nanti.

Namun masalah muncul di clean bench saya. Aspirator saya tidak mau menyedot larutan supernatan yang saya sodorkan. Saya mengecek berkali-kali, namun saya buntu dalam menemukan solusinya. Saya lalu teringat metode yang dulu pernah diajarkan Bu Febri di Dharmais.

Saya tidak kehabisan akal. Saya mengambil dua tabung 50 mL untuk menampung cairan limbah, lalu mengganti aspirator dengan pipet manual. Yah, memang jadi boros pipet sih, tapi saya tidak bisa berhenti karena saya perlu sel saya untuk eksperimen.

Usai passaging, saya mencari Morita-sensei untuk melaporkan masalah saya. Sayangnya, lab kosong melompong sore itu. Saya bergegas kembali ke kantor membereskan laporan eksperimen.

Saat itulah, terdengar ketukan dari pintu ruang kerja. Sesosok wajah muncul di kaca kecil pintu. Saya bergegas membukanya.

"Hei. Mau cari siapa?" sapa saya saat melihat Zhang muncul di balik pintu.

"Dr. Yamazaki ada?" tanyanya.

"Mmm, terakhir sih saya lihat tadi siang. Sepertinya sedang ada pertemuan, soalnya tadi saya lihat beliau agak buru-buru."

"Baiklah, saya tunggu di sini saja," kata Zhang lalu berjalan ke kursi tamu di belakang saya.

"Yeah, please have a sit (silahkan duduk)," kata saya mempersilahkan.

Saya lalu kembali ke kubikel. "Oh iya, ngomong-ngomong, tadi saya melihat daftar reservasi clean bench. Sepertinya pekan depan kamu akan sangat sibuk," kata saya lalu tersenyum.

Zhang menoleh, lalu tertawa. "Yaaah, begitulah."

"Tentu. Kamu melakukan reservasi lima hari berturut-turut dari jam 9 sampai 12?! That's amazing!" ujar saya antusias. "Good luck ya," kata saya lagi.

Tak lama kemudian, Dr. Yamazaki muncul di ruang kerja. Beliau lalu menghampiri kubikel saya setelah Zhang beranjak. "Bagaimana eksperimenmu hari ini?"

"Hari ini saya dan Kohara-san sudah selesai melakukan uji efisiensi. Ini hasilnya," kata saya sambil menyerahkan selembar kertas berisi tabel dan grafik.

"Oh, oke. Bisa saya lihat file Excel-nya?" tanya Dr. Yamazaki.

Saya lalu membuka file yang disimpan Kohara-san serta file hasil pengujian saya siang tadi.

"Oke. Senin nanti kamu akan memulai eksperimenmu. Jadi, silahkan catat semua protokol yang telah diajarkan Kohara, karena nanti semua proses itu akan kamu lakukan sendiri."

"Baiklah. Oh iya, Dr. Yamazaki, ada masalah saat saya tadi passaging cells." Saya lalu menceritakan apa yang saya alami di lab.

"Oh, begitu? Kenapa tidak panggil staf?"

"Tadinya saya mau mencari Morita-sensei, tapi beliau tidak ada. Jadi, saya berniat melaporkannya Senin nanti."

"Mmm..kalo ada waktu, ikut saya sekarang ke lab. Kita lihat masalah yang kamu temui tadi," kata Dr. Yamazaki.

Kami pun bergegas ke lab. Langit Tsukuba telah gelap saat jarum jam tangan saya menunjukkan pukul 18.20.

"Bagaimana rencana akhir pekanmu?" tanya Dr. Yamazaki.

"Ng...sebenarnya setiap minggu saya ada agenda main bulutangkis dengan orang Indonesia di Tsukuba. Saya juga ada agenda diskusi dengan Dr. Arief karena saya diberi beberapa tugas selama di sini," ujar saya sambil berjalan ke lab.

"Ah, begitu. Kamu suka bulutangkis? Di NIMS ada klub bulutangkis juga. Kebanyakan orang Jepang sih, tapi saya yakin mereka akan menyambutmu dengan senang hati," saran Dr. Yamazaki.

Kami lalu tiba di lab. Dr. Yamazaki mengecek aspirator clean bench. Ternyata keran udara pada sumbat labu penampung cairan limbah dalam posisi terbuka, sehingga udara yang seharusnya digunakan untuk menyedot cairan malah dialirkan ke lingkungan.

"Kadang-kadang orang lupa dengan ini. Nah, sekarang sudah tidak ada masalah lagi, kan?" kata Dr. Yamazaki. 

Saya lalu mengecek selang aspirator. "Ya, ini sudah bisa digunakan."

Kami lalu meninggalkan ruang kultur sel.

"Kalau kamu mengalami masalah, segera laporkan kepada staf. Karena ini merupakan fasilitas umum, jadi semua orang bisa mengakses. Akan menjadi masalah kalau tidak dilaporkan," kata Dr. Yamazaki. Saya mengangguk mengiyakan.

"Oh iya, semalam kamu lihat salju tidak?" tanya Dr, Yamazaki.

"Salju? Waaah, saya tidak melihat salju semalam,"

"Ya, tadi malam sekitar jam 8 sampai 9 ada turun salju, tapi tidak terlalu banyak. Mungkin Februari akan ada banyak salju," kata Dr. Yamazaki. "Ngomong-ngomong, di Tsukuba pasti dingin sekali ya dibanding Sumbawa," lanjut beliau.

"Yah, begitulah," saya hanya tertawa kecil.

"Saya agak khawatir kamu terkena flu. Kalau kamu merasa kurang sehat, jangan ragu hubungi saya atau Suwarti. Dia sudah lama tinggal di Jepang," kata Dr. Yamazaki.

"Saya juga khawatir sih. Karena itulah saya disarankan Pak Arief melakukan vaksin influenza sebelum ke sini, and I did it."

"Oh, bagus kalau begitu. Tapi, orang-orang di Jepang juga melakukan vaksin, dan mereka tetap terkena flu," kata Dr. Yamazaki. Kami lalu tertawa.

"Mungkin ada baiknya kamu membeli masker supaya tidak terkena flu," lanjut beliau.

"Mungkin hingga Maret nanti saya akan sangat sibuk dengan urusan administrasi. Saya sedang mencari waktu untuk membicarakan risetmu. Mungkin Senin pekan depan setelah jam 6 saya akan punya waktu untuk membahas risetmu selama di sini. Oke, kalau begitu, saya harus kembali bekerja. Kamu mau pulang sekarang?" kata Dr. Yamazaki pada saya.

Saya mengangguk lalu tersenyum.

"Baiklah, sampai ketemu hari Senin," kata Dr. Yamazaki tersenyum, lalu meninggalkan saya.

Saya menarik napas panjang. Seperti judul yang saya berikan, hari ini memang sangat padat. Saya berharap saya akan selalu punya cukup energi untuk menghadapi hari-hari saya selama di Tsukuba, aamiin. Melelahkan memang, namun saya menikmati semua kesibukan saya di sini.

Oke Dreamers, itu dia kisah saya hari ini. Terima kasih sudah pantengin blog Sumbawa Dream sampai hari ini. Nantikan terus keseruan saya di hari-hari selanjutnya ya! Sampai jumpa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar