Link

Senin, 24 Agustus 2015

Internship Day-8: Tempat Baru, Keluarga Baru – RSK Dharmais

Jakarta, 20 Agustus 2015

Assalamualaikum Wr. Wb.
Hayyy readers.. semoga masih semangat ya ngikutin saya dan Cindy J. Tidak terasa, waktu kami selama dua minggu disini akan segara habis. Hiks L.

H-1 di Rumah Sakit Kanker Dharmais

Pagi ini suasana di RSKD masih sama seperti pagi-pagi yang lalu. Rombongan “pengunjung” yang datang hampir setara dengan pengunjung di tempat-tempat wisata. Nomor antrian perhari bisa mencapai 500an atau bahkan lebih. Astagfirullah.. begitu banyak nyawa yang ingin dipertahankan melalui rumah sakit ini. Dan seperti biasa, do’a pun selalu terlantun untuk mereka.

Kami berjalan menuju lift yang akan menghantarkan kami ke lantai 2, bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Kami merasa sedikit sedih, mengingat besok adalah hari terakhir kami bekerja disini. Hiks L

Kami melakukan pekerjaan seperti biasa. Menggunakan alat-alat canggih yang insyaallah bisa kami miliki jika Allah mengirimkan rezekinya melalui para donatur-donatur, heheheh :D


Keadaan didalam Litbang tidak sesunyi hari-hari pertama saat kami baru memulai magang kami. Semakin hari, kami semakin mengenal tempat ini. Memang, kesan “horor” di hari pertama tak dapat kami hindari. Kami tak berani untuk berkutik sedikitpun. Bahkan untuk berbicara pun kami enggan. Kami hanya bisa tersnyum sampai bibir kami sakit. Alay :D . Oke, kami telah membuat kesan “anak polos” dihari pertama. Hahaha. Sampai pada suatu hari, *eeeaaaa* kami mendapati suara-suara nyanyian dari dua artis paling tampan di Litbang. Hahahahha :D

Mengupas Sosok-sosok Pembawa Tawa

Pak Kasman (kiri) dan pak Didin (kanan)
Ya, merekalah yang membuat hari-hari kami di Litbang menjadi menyenangkan. Pak Didin dan pak Kasman menjadi laki-laki paling tampan di Litbang, mengingat hanya mereka berdua yang bukan wanita. Hahahhaha, ampun pak :D. Kalau bapak-bapak baca, disenyumin aja ya..Trus qt di do’ain :D

Laboratorium Biologi Molekuler yang merupakan wilayah kekuasaan pak Didin menjadi tempat kami berlabuh. Saya, Cindy, kak Anis dan kak Nova lah yang biasanya meramaikan tempat ini. Jika lab sepi, pak Didin memutar musik dengan volume yang cukup keras untuk mengusir kegalauannya.

Terkadang pula, beliau mengeluarkan lelucon-lelucon yang tak segan membuat kami tertawa. Mengingat usia beliau yang tidak muda lagi, beliau ternyata masih sangat populer di kalangan anak muda. *katanyaa.. hahaha :D

Pak Didin dan pak Kasman hampir memiliki kepribadian yang sama. Ramah, lucu, murah senyum dan terkadang heboh, hahaha. Hal-hal itulah yang pasti kami rindukan dari mereka. *ciee pak Didin sama pak Kasman di kangenin :p. Dan yang paling seru, bapak-bapak ini berbeda dari bapak-bapak pada umumnya. Mereka sangat eksis pemirsa, hahaha :D

Tapi sebenarnya di Litbang ini tidak hanya pak Didin dan pak Kasman yang menjadi artis. Banyak pula artis-artis lain yang bersembunyi. Hehehe, lirik bu Yanti :D

Segala macam canda telah terkuak disini. Kebersamaan dan rasa kekeluargaan pun sangat kami nikmati. Kami bersyukur bertemu orang-orang hebat seperti mereka. Subhanallah..

Selesailah pekerjaan kami hari ini. Alhamdulillah. Setelah berbenah, kami pun pulang kerumah. Eh salah, ke kos. Hehhehe. Di perjalanan, kami mampir ke salah satu warung langganan kami.

Kami selalu mencoba mengkombinasikan menu-menu baru dan memperkirakan harganya. Biasanya sih yang paling murah. Maklum anak kos, hohoho. Makanan pertama kami sebagai anak kos dimulai dengan harga Rp 18.000,00 (nasi + sayur + ayam + perkedel kentang + sambal) per orang. Allahu akbar! Di Sumbawa, harga segitu mah udah dapat porsi plus plus dah :D

Kami mulai mengurangi menu kami sedikit demi sedikit. Dari yang 3 macam (ayam, sayur, telur + nasi), turun menjadi 2 (sayur, telur + nasi), dan akhirnya berhenti di 1 (ikan + nasi). Hahaha. Mirisss :D
Skala yang terbentuk yaitu dari Rp 18.000, Rp 13.000, Rp 10.000 dan jrengg jrengg... Rp 9.000,00 per orang. Hahaha :D

Iya, hari ini kami hanya membeli makanan dengan satu jenis lauk saja. Maklum kondisi dompet makin parah, trus nggak mau khawatirin orang tua, hehe. Kami membeli dua bungkus nasi (doang) + satu ikan mujair goreng. Total harganya adalah Rp 19.000,00. (nasi dua bungkus= Rp 10.000; ikan goreng= Rp 9.000). Jadi saya dan Cindy telah memilih paket ke 4 (Rp 9.000,00/orang).

Tapi keajaiban terjadi. Aseekkk. Hahahah. Entah ibu yang jualan ini sedang dalam kondisi hati dan keuangan yang baik, atau kasihan melihat kami, hahahah :D, akhirnya beliau memberikan lauk tambahan secara gratis untuk kami (2 potong tempe goreng). Gratiss.. yeaahhh!. Alhamdulillah yah :D

Pulanglah kami dengan hati riang :D. Setelah makan dan sholat kami pun beristirahat. Tapi rencana istirahat kami yang indah buyar saat handphone saya berdering. Apalagi saat saya melihat pesan di WA saya dari pak Didin. Ternyata kami tlah melakukan kesalahan L

Saat praktikum, Cindy lupa untu mengganti alat dan meletakan kembali ketempat yang seharusnya. Kepanikan telah melanda kami berdua. Kami takut jika kami akan dimarahi karena kecerobohan tersebut. Akhirnya, baik saya maupun Cindy telah memilah kata-kata paling baik dan paling sopan untuk meminta maaf. Ternyata eh ternyata, pak Didin tidak seganas yang kami pikir. Hahaha :D
Beliau menasehati kami dengan cara beliau yang ramah dan lucu. Itu membuat kami sangat lega. Makasih pak Didinn J

Beruntunglah RSKD memiliki staff seperti beliau yang sangat teliti dan memberi perhatian lebih pada semua fasilitas yang ada. Kami telah mendapat pelajaran berharga. Alhamdulillah J

Kami benar-benar merasa memiliki keluarga baru disini. Bersama mereka, berbagai kenangan indahpun terbentuk. Thanks for everything all J

Okee readers, sekian dulu yaa. Terima kasih sudah membaca :D
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jumat, 21 Agustus 2015

Internship Day 7: Ikhlas Mendatangkan Kebaikan


Rabu, 19 Agustus 2015

Dear dreamers

        Sudah dua hari ini ruangan di Gedung Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais terasa lebih dingin dari biasanya. Entahlah berapa derajat celcius, yang kami rasakan adalah dingin sampai menusuk ke tulang. Dingin yang terasa juga berpengaruh pada perut saya. Huh, entahlah apakah salah makan atau bagaimana yang pasti perut saya benar-benar bermasalah.

       Anyway dreamers mari kita lupakan masalah perut, Hehehe :D Mari fokus ke kegiatan kami pada hari ke-7 magang di RSK Dharmais, Jakarta Barat. Hari ini Bu Febri—pembimbing utama kami—tidak bisa datang pagi ke RSK Dharmais, karena beliau memiliki pekerjaan di kantornya. Jadinya pagi ini kami diminta untuk mengerjakan beberapa hal sambil menunggu kedatangan beliau.

       Nampaknya Bu Febri sudah percaya dengan kinerja kami di laboratorium. Hihihi, Alhamdulillah kalau memang benar begitu. J

     Pagi sembari menunggu kedatangan Bu Febri saya dan Indah menyiapkan reparasi untuk pembutan nanopartikel. Pekerjaan standar yakni menimbang dan melarutkannya, mencampurkan dll seperti yang kami lakukan pada hari kedua kami magang di RSK Dharmais. Pekerjaan kami terbilang lancar pagi ini. Meskipun ada beberapa hal yang kami bingungkan dengan protokol kerja, saya dan Indah selalu mendiskusikannya bersama sampai semuanya memiliki pemahaman  yang sama.
      
       Saya beruntung karena memiliki partner untuk program magang di National Institute for Material Science (NIMS), Tsukuba, Jepang. Awalnya saya pusing sendiri dalam hal persiapan untuk program tersebut. Tentang pemesanan tiket pulang-pergi (PP) Jepang, persiapan visa, terlebih apalagi sebelum berangkat ke Jepang saya harus magang terlebih dahulu di RSK Dharmais. Huhuhu, hampir saja saya berpetualang sendiri di tanah rantauan ibu kota. Hingga saat Mbak Sausan memberitahukan bahwa saya akan memiliki seorang teman perempuan yang juga akan berangkat bersama saya, saya sangat bersyukur dan sangat senang. Jadi, susah senangnya gak cuma dirasakan sendiri.  Hehehe :D
          
      Saya dan Indah nampaknya partner yang bisa saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Meskipun kadang kami sering memiliki pemahaman dan pendapat yang bertolak belakang hingga salah satu dari kami harus mengalah duluan untuk mencapai kesepakatan yang sama. Hohoho, kita sama-sama memiliki sifat keras kepala sih :D

         
Pak Didin dan Bu Dewi sedang bekerja sambil menghibur kami juga
dengan mengundang gelak tawa penghuni lab :D
    Suasana RSK Dharmais hari ini menurut saya lebih bersahabat dan lebih terlihat lagi kekeluargaannya dari hari biasanya. Pak Didin pagi-pagi sudah “menggoda” saya dan Indah, membuat gurauan-gurauan singkat yang mampu mengundang gelak tawa. Hal yang dilakukan hanya sederhana saja, kadang dengan menyebut dirinya sendiri sebagai orang paling baik dan paling ganteng berdua dengan Pak Kasman diseantero Litbang RSK. Yah kami mengakui saja, karena mayoritas staf Litbang RSK Dharmais adalah perempuan :D Tapi bagi kami semua orang di Litbang RSK Dharmais baik hati semuanya, tanpa terkecuali—makanya bisa jatuh cinta pada hari pertama magang. Sehingga setiap harinya kekakuan dan kecanggungan yang saya dan Indah rasakan makin berkurang. 

We are really enjoying our profession as Medical Biotechologist.

       Hari ini pekerjaan yang kami lakukan lebih banyak berhubungan dengan suhu-suhu rendah. Mulai dari bolak balik cold room dengan suhu 2-4 oC yang di dalamnya terdapat beberapa reagen yang kami perlukan hingga berhadapan dengan freezer bersuhu -80oC tempat menyimpan sampel agar tidak rusak. Apalagi kami merakan bahwa hari ini adalah hari di mana suhu Gedung Litbang RSK Dharmais, sampai-sampai saya dan Indah menggigil. Sebenarnya tidak hanya kami saja yang merasakan hal tersebut, Kak Anis dan Kak Nova (Mahasiswa Semester 7 FMIPA Biologi, Universitas Indonesia) juga merasakan hal yang sama. Brrr,, saya dan Indah tidak terlalu terbiasa dengan suhu terlalu dingin, karena biasanya di Sumbawa panas. Sampai-sampai disela pekerjaan yang kami lakukan, saya dan Indah membuka jendela dan berdiri di depannya sambil menghangatkan tubuh (anggap saja kami sedang menghangatkan diri menggunakan tungku api pada rumah yang memiliki cerobong asap) :D
Suasana Cold Room, dinginya berasa di dalam kulkas :D


     Sekitar pukul 13.00 WIB, Bu Febri sudah tiba di Gd. Litbang RSK Dharmais. Kami pun melanjutkan pekerjaan laboratorium kami. Siang tadi Bu Febri membimbing kami untuk melakukan beberapa preparasi untuk percobaan ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) atau uji kadar immunosorben taut-enzyme digunakan dalam bidang immunologi untuk menganalisis interaksi antara antigen-antibody dalam suatu sampel.

     Dari keseluruhan agenda praktikum kami, saya sangat menunggu kegiatan ELISA ini. Saya sangat penasaran bagaimana mengerjakan prosedur kerja kegiatan yang memiliki nama cantik itu secara langsung. Alhamdulillah, akhirnya hari ini merasakan juga. Hohoho, bahagia deh :D Ternyata waktu setengah hari saja tidak cukup untuk mengerjakan ELISA. Bu Febri mengatakan sebenarnya proses pembacaan hasil menggunakan ELISA Reader tidak membutuhkan waktu lama, hanya beberapa menit. Proses yang panjang adalah persiapan sampelnya, karena ada beberapa perlakuan yang memerlukan waktu inkubasi selama semalaman (overnight). Jadi, kami harus menunggu besok untuk melanjutkan pekerjaan kami.

Indah in action mengerjakan preparasi ELISA dengan bimbingan Bu Febri
     Dreamers, kami sangat-sangat besyukur dan beruntung memiliki kesempatan belajar seperti ini. Meskipun kami harus bersakit-sakit terebih dahulu, menempuh jarak berkilo-kilo meter merantau ke Jakarta hanya berdua jauh lebih jaraknya dari pada luasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami dapatkan. Alhamdulillah ya, dreamers gak boleh patah semangat, harus selalu semangat dan yakin pada diri sendiri. Jika hati kita ikhlas, banyak kebaikan yang akan datang menghampiri kita.

Ganbatte kudasai minna san J

   Sekian dulu ya dreamers, Terimakasih  sudah mau menyempatkan waktu di blog Sumbawa Dream. See ya di kisah kami yang lainnya.


Wassalammualaikum Warrahmatullah Wabbarakatuh

Selasa, 18 Agustus 2015

Internship Day-6: Mengasah Kemampuan

Jakarta, 18 Agustus 2015

Assalamualaikum Wr. Wb.

Halooo... Kembali bersama kami di 99.9 Rasesa FM. Hahaha. Sorry, becanda :D. Wah, jadi kangen dengar siaran radio Sumbawa nih :D *tumbenn.

Nggak terasa nih, udah 10 hari saya dan Cindy merantau, hehe. Mungkin karena tiap hari selalu sibuk kali yak :D

Oke readers.. Setelah menikmati waktu libur selama 3 hari, kami harus berhadapan lagi dengan pekerjaan kami yang tertunda. *eeeaaaa :D

Hari ini kami hanya mengulang pekerjaan yang telah kami kerjakan di hari kedua kami magang. Pada dasarnya, pekerjaan disini tidak terlalu banyak. Hanya saja kami harus melakukannya beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang beragam.

Hari ini kami berangkat pukul 07.45 WIB. Di pagi ini, kami mendapatkan kabar yang menyedihkan. Tetangga sebelah kamar kami yang berasal dari kota Medan tengah mendapat musibah. Bayinya yang berumur kurang dari satu tahun harus dibawa bolak-balik menuju Rumah Sakit Jantung Harapan Kita (sebelah RSK Dharmais) untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Mirisnya, bayi yang masih sangat mungil ini menderita kebocoran jantung. Astagfirullah. Sedihh :’(

Bayi yang akrab disapa Pade ini harus melakukan operasi secepat mungkin. Betapa tersiksanya bayi ini, bisik saya dalam hati. Bagaimana tidak, dengan usia semuda itu dan tubuh yang begitu mungil, ia telah akrab dengan jarum suntik yang beberapa kali telah menempeli tubuhnya. Semoga operasinya lancar, aminn :’)

Sambil berdoa dalam hati, kami pun mulai melangkahkan kaki menuju RSK Dharmais. Dengan berjalan beberapa menit, sampailah kami dikawasan rumah sakit yang telah ramai oleh pengunjung.

Seperti biasa, pemandangan yang kami lihat setiap pagi selalu memilukan. Do’a pun terucap dengan sendirinya untuk semua pasien RSK Dharmais. Mengingat kami mungkin tidak dapat melakukan banyak hal untuk mereka, maka do’a adalah satu-satunya cara yang dapat kami lakukan.

Oke, pada hari ini kami harus bekerja mandiri tanpa dampingan bu Febri. Dikarenakan beliau memiliki beberapa urusan di kantornya, beliau hanya bisa mendampingi kami di siang hari. Disaat-saat seperti inilah kami harus mengasah kemampuan kami. Tanpa dampingan, tanpa instruksi langsung, kami harus bekerja semaksimal mungkin untuk hasil yang terbaik.

Melakukan pekerjaan menggunakan alat-alat canggih dan bahan-bahan yang tidak murah membuat kami harus ekstra hati-hati dalam bekerja. Kami membayangkan jika salah satu alat yang kami gunakan menjadi tidak berfungsi lagi (karena kami, hehe), seberapa banyak pekerjaan yang akan tertunda. Ahh.. tantangan kerja di rumah sakit berat cuyy. Tetapi pada dasarnya, tidak hanya bekerja di rumah sakit yang harus ekstra hati-hati. Dimanapun itu, ketelitian memang selalu diperlukan.

Akhirnya saya dan cindi melakukan beberapa persiapan dan mulai mengerjakan praktikum sesuai dengan protokol yang ada. Saatnya mengasah kemampuan.. jreeng jreeng :D. Untuk melakukan hal tersebut tidak membutuhkan waktu lama. Hanya sekitar 15 menit, pekerjaan kami selesai. Yeeeee :D

Saat ingin kembali ke ruangan kami bertemu dengan kak Anis – mahasiswa UI yang tengah menjalankan PKL di RSK Dharmais. Karena pembimbing kak Anis belum datang, kami pun mengobrol untuk mengisi waktu.

Bercakap panjang lebar bersama kak Anis sangat menyenangkan. Orangnya baik dan lucu. Agak polos juga sihh, hehe. Ternyata kak Anis bercerita pada ibunya mengenai kampus kami, UTS. Wahh.. Memang kami sempat mengajak kak Anis untuk berkunjung ke Sumbawa, dan menawarkan barangkali kak Anis bersedia untuk menjadi dosen di UTS. Dan ternyata kak Anis yang seorang mahasiswi Biologi UI ini benar-benar memikirkan hal tersebut. Aseekkk :D

Setelah bercerita panjang lebar, kak Anis berpamitan untuk mencari pembimbingnya, pak Didin. Tinggallah saya dan Cindy di ruangan. Untuk mengisi waktu dan menunggu bu Febri, kami membuat catatan dan mendiskusikan pekerjaan kami.

Berhubung jarum jam masih menunjukkan pukul 11.10 WIB, dan mengingat kami tidak sarapan, hehe, keluarlah hasrat yang terpendam sebelumnya. Makannnn :D

Kami meminta izin kepada bu Febri melalui aplikasi WA. Dan beliau pun mengizinkan kami untuk memajukan waktu istirahat kami. Yesss

Menu andalan kami setiap makan siang adalah nasi goreng seharga Rp 13.000. Untuk sampai ke warung ini, kami hanya berjalan kurang dari 5 menit. Setelah memesan dan akhirnya yang dipesan datang, hehe, kami pun makan dengan lahap.

Kami pun kembali ke rumah sakit dan melanjutkan pekerjaan kami. Bu Febri yang baru saja tiba langsung mengajak kami untuk melakukan sholat dzuhur dahulu sebelum melakukan praktikum.

Selesai sholat, kami pun menjalankan aktivitas di dalam lab seperti biasanya. Hari ini kami hanya melakukan beberapa pekerjaan kecil, sehingga tidak membutuhkan waktu lama. Sekitar pukul 15.00, kami pun pulang.

Sebelum sampai ke kos, kami mampir untuk membeli makanan. Entah kenapa, perut kami hari ini sangat antusias mendengar suara piring dan sendok, hehehe. Kami pun  mampir ke minimarket untuk membeli beberapa roti dan susu.


Sesampainya di kos, kami makan lalu beristirahat. Tidak banyak yang dapat kami lakukan di dalam kos ini. Hal yang biasa kami lakukan hanya menyalin catatan pekerjaan, berbaring di kasur, menonton tv dan makan, hehehe. 

Sumber kehidupan didalam kos :D
Dan tanpa kami sadari, waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Waktu berlalu begitu cepat hari ini. kami hanya bisa berdoa agar hari esok dapat jauh lebih baik. amin J

Oke readers, itulah cerita singkat dari kami. Jangan bosan buat ngikutin yaa.. byee J

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Edisi Liburan 2: One Day, Full Trip Menaklukkan Ibu Kota (Part II)

Assalammulaikum Warahmatullah
Hallo dreamers, apa kabr nih? Ketemu lagi dengan Cindy yang kali ini melanjutkan kisah petualangan saya dan Indah dalam Edisi Liburan 2: One Day Full Trip (Part II). Sudah pada gak sabar ya dengan kelanjutan cerita kami? "Sila mo sia baca" (Bahasa Sumawa, artinya silahkan dibaca)
Flashback Part I:
Baru saja kami berempat masuk melewati gerbang barat Monas, Urwah—mahasiswa Psikologi UTS asal Bekasi menelpon saya. Dia dan Jaffar—mahasiswa Bioteknologi UTS asal Bekasi juga dan merupakan adik tingkat saya di Fakultas Teknobiologi UTS—sudah tiba di stasiun kereta api Tanah Abang. Kemarin saat di TMII kami bertemu dengan mereka berdua dan berjanji akan pergi ke Bumi Serpong Damai (BSD) City tempat kediaman rektor pertama dan sekaligus pemilik UTS, Bapak Dr. Zulkieflimansyah, M.Sc. Kami juga ingin bersilaturrahmi dengan calon adik tingkat kami yang baru, yaitu mahasiswa rantau asal berbagai daerah Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan mereka di UTS.”
        Stasiun Juanda è Stasiun Manggarai (Transit) è Stasiun Tanah Abang (Transit)è Stasiun Rawa Buntu, Serpong è Stasiun Tanah Abang è Slipi (angkot) è Halte Trans Jakarta RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat.
Nah dreamers, kurang lebih seperti itulah jalur kereta yang saya dan Indah tempuh hari ini. Ini adalah kali pertama saya menjadi penumpang kereta di Ibu Kota. Sebelumnya saya pernah menaiki kereta di Boston, Amerika Serikat saat saya dan Tim Sumbawagen mengikuti kompetisi iGEM (Internasional Genetically Engineered Machine) Oktober tahun lalu.
Sistem Transportasi yang Lebih Baik
Kereta yang membawa kami dari Stasiun Juanda menuju Stasiun Manggarai siang tadi tidak begitu ramai. Meskipun demikian saya dan Indah tetap saja tidak mendapatkan tempat duduk. Jadilah kami berdiri sampai akhirnya beberapa penumpang turun di salah satu stasiun pemberhentian kereta. Saat saya tengah berdiri seorang nenek penumpang kereta tersebut melihat ke arah saya dan mempersilahkan saya untuk duduk di sampingnya. Alhamdulillah, saya dan Indah mendapatkan tempat duduk. Perjalanan dari Stasiun Juanda menuju Stasiun Manggarai ternyata memakan waktu yang cukup lama, mungkin sekitar 20 menit. Jika saja kami belum mendapatkan tempat duduk dan terus berdiri bisa-bisa saya dan Indah duduk di lantai gerbong kereta. Huhuhu, tapi jangan coba-coba melakukannya ya dreamers, karena kita dilarang untuk duduk di lantai.
  Karena kali pertama menaiki kereta, saya memperhatikan dengan seksama penjelasan dari petugas kereta. Meskipun mengantuk tapi sebisa mungkin saya menahan mata saya agar tertidur dan tetap fokus pada perjalanan kami. Saya tidak ingin mengulang pengalaman tertidur di kereta sehingga kami turun di stasiun yang salah seperti di Boston dulu. Hohoho, lucu juga jika dibayangkan penganan tersebut.
Flashback Boston 3 November 2014
           Sore itu kebahagian menyelimuti  kami tim Sumbawagen setelah mendapatkan 3 penghargaan pada kompetisi iGEM. Matahari mulai kembali ke peraduannya. Saat itulah Dr. Arief (Rektor UTS saat ini) yang merupakan instruktur kepala di Team Sumbawagen hendak meninggalkan Boston dan akan bertolak menuju Washington DC. Dikarenakan ada beberapa file yang belum selesai di dop, Pak Arief meminta Mbak Sausan (Dosen FTB UTS) untuk ikut dengan beliau menuju Bandara Logan, karena beliau harus segera check in. Mbak Sausan pun mengajak saya untuk menemani Mbak Sausan.
          Singkat cerita nih dreamers, usai mengantar Pak Afief dan urusan copy-mengcopy file sudah selesai, Mbak Sausan dan saya pulang menuju kediaman Pak Sukidi (mahasiswa Indonesia tempat kami menginap selama di Boston). Mungkin karena kelelahan kami jadi salah mengambil jalur kereta, lelah tersebut pula yang membuat saya dan Mbak Sausan tidur pulas selama di perjalanan kereta yang membawa kami ke arah yang salah. Kami tersadar dan baru menyadari bahwa kami telah tersesat. Setelah bertanya kami pun mengambil jalur kereta yang sebenarnya. Lelah lagi-lagi menjadi faktor pendukung untuk tidur. Lagi, kami tidur pulas di kereta dan mendapati bahwa stasiun tujuan kami telah terlewat ketika kami sadar. Saya dan Mbak Sausan jadinya harus menunggu kereta lain lagi yang akan membawa kami menuju stasiun yang benar. Hahaha :D Untung saja kereta malam itu sepi, dan kami tidak perlu mengeluarkan banyak uang karena ketersesatan yang kami alami. :D
        Sekitar pukul 12 siang, kami tiba di Stasiun Manggarai. Kami harus transit dan mengganti kereta jika ingin menuju Stasiun Tanah Abang. “Jalur kereta menuju Tanah Abang berada pada jalur 5” begitulah kira-kira penjelasan yang diberikan oleh petugas kereta melalui pengeras suara yang sudah terpasang pada setiap gerbong kereta. Setelah turun dari kereta saya dan Indah bergegas mencari jalur 5 tersebut. Di sinilah kesabaran kami di uji. Huhuhu L Saya dan Indah beserta beberapa orang yang juga memiliki tujuan yang sama menunggu kedatangan kereta cukup lama. Sekitar 30 menit lebih kereta baru muncul.
      Dan lagi terjadi untuk kesenian kalinya kami harus berdiri lagi (Bacanya pake nada lagu Band Lyla yang judulnya dan lagi ya :D). Peminat stasiun Tanah Abang banyak juga pemirsa. Penumpangnya di dominasi oleh kaum hawa. Tidak heran jika gerbong khusus wanita sangat sesak. Tidak ada tempat duduk, bahkan tempat berpegangan pun hampir tidak ada. Syukurnya perjalanan menuju Stasiun Tanah Abang tidak terlalu jauh. Hanya melewati empat stasiun kereta yang lain, jadinya “penderitaan” yang kami rasakan tidak terlalu lama dan taaadaaaa akhirnya kami sampai juga di Stasiun Tanah Abang.
        Sejujurnya perjalanan dua hijaber traveller (Cindy dan Indah) cukup melelahkan. Kami sangat kehausan stok air putih yang kami bawa sudah habis. Akhirnya di Stasiun Tanah Abang kami mengisi dahaga terlebih dahulu sambil menunggu Jaffar dan Urwah tiba. Tidak beberapa lama kedua anak tersebut muncul. Alhamdulillah, kami jadi punya teman lagi berpetualang hari ini. Hehehe
      Kami masuk ke dalam kereta. Urwah menjadi pemandu perjalanan, dia mengajak kami menyusuri gerbong kereta mencari tempat duduk yang kosong untuk kami berempat. Saya tidak mau masuk ke dalam gerbong kereta wanita lagi. Saya tidak ingin berdiri lagi (trauma gak dapat tempat duduk) mengingat perjalanan yang akan kami tempuh cukup jauh. Tepat di gerbong terakhir Urwah mendapatkan tempat duduk yang muat untuk kami berempat. Alhamdulillah gak jadi berdiri J
      Di dalam kereta kami mengobrol sampai saling membully dan curhat satu sama lain. Dari sela banyaknya obrolan kami salah satu topik menarik adalah mengenai curhatan Jaffar tentang perkembangan sistem transportasi di Indonesia.
Suasana di dalam gerbong kereta, nyaman dan bersih 
“Kereta sekarang bagus kak, berbeda banget pas jaman saya SD, SMP” kata Jaffar memulai curhatannya.
“Emang gimana Far? Tanya saya penasaran.

“Sekarang kereta kelas ekonomi udah bagus banget kak, keretanya bersih lagi. Sekarang semua orang sudah bisa dapat tempat duduk. Dulu kan masih pada naik ke atas gerbong, banyak yang gak bayar tiket juga. Kualitas kereta kayak ini cuma bisa di dapat di kelas bisnis kalau dulu kak. Harganya mahal banget bisa sampai ratusan ribu. Apalagi keretanya juga banyak yang sering ngaret”
“Iya juga sih Far, dulu kalau kita lihat di TV banyak banget orang di atap gerbong, sekarang udah gak ada, keretanya juga bersih banget” balas saya.
Itulah sedikit percakapan saya dengan Jaffar terkait perkembangan sistem transportasi di Indonesia.
Jika di bandingkan dengan transportasi di luar negeri, misalnya Boston, sistem transportasi Indonesia sudah cukup mendekati sistem transportasi di Boston. Busway dan kereta sudah lebih tertata sistemnya. Fasilitas transportasinya pun sangat nyaman, meski terkadang penumpang masih harus berdesak-desakan. Benar apa yang dikatakan Jaffar. Selama saya menikmati fasilitas transportasi umum di Ibu Kota Jakarta yakni busway dan kereta, saya seperti berada dalam shuttle Bus dan kereta di Boston.
Tempat duduk tersedia, gerbong dan daerah khusus wanita pada kereta dan busway, ruangan yang bersih dan di lengkapi AC. Tidak hanya itu, halte dan stasiunnya pun juga nyaman dan bersih. Jadi tidak ada lagi penumpang gelap yang bisa masuk tanpa tiket. Kartu kereta yang kita miliki bahkan juga bisa ditukarkan dengan uang cash jika kita tidak menggunakannya lagi. Kebijakan dilarang merokok, makan dan minum baik di dalam kereta dan busway juga sudah diterapkan. Sistem pembayaran yang sudah menggunakan e-money, menggunakan kartu khusus kereta atau busway yang bisa kita isi ulang setiap saat. Dengan membeli kartu Rp. 10.000 untuk kereta dan Rp. 20.000 untuk busway kita sudah dapat menikmati semua fasilitas tersebut. Harga tiketnya pun tidak terlampau mahal, untuk busway sekitar Rp. 3.500,00 dan kereta Rp. 2.000,00 per 25 km. Murah dan nyaman serta bebas macet lagi.
Kartu yang digunakan saat menggunakan jasa trasnportasi umum, Charlie Card (atas) untuk kereta dan shuttle bus di Boston, USA; Kartu Flazz (tengah) untuk alat pembayaran jasa busway Tans Jakarta dan Kartu Cummuter milik PT KAI COMMUTER JABODETABEK (bawah) untuk kereta di Jakarta, Indonesia

          Tanpa terasa perjalanan kami menuju Stasiun Rawa Buntu Serpong hanya tinggal melewati dua halte lagi. Sekitar pukul 14.00 Wita kami sudah tiba di Stasiun Rawa Buntu. Nah dreamers, dari stasiun kami menggunakan angkot menuju salah satu pusat perbelanjaan di BSD yakni Mall ITC. Dari ITC kami kemudian menggunakan taksi menuju Taman Giri Loka, Blok F5, tempat kediaman Pak Dr. Zulkieflimansyah (Rektor pertama UTS).

Berkenalan dengan Mahasiswa Rantau Baru UTS beserta keluarganya
        Taksi yang kami tumpangi akhirnya berhenti di depan F5—akrab kami menyebut rumah Pak Zul yang merupakan salah satu markas mahasiswa UTS jika berada di Jakarta. Terlihat di depan F5 banyak mobil yang terparkir rapi, tidak sebanyak biasanya. Ternyata sore tadi sedang ada pertemuan antara orang tua mahasiswa baru UTS asal Bekasi yang akan marantau ke Sumbawa esok hari. Kami berempat malu untuk masuk karena F5 sangat ramai. Saya kemudian menghubungi Bang Ian memberitahukan posisi kami di depan F5. Akhirnya setelah Bang Ian menemui kami dan mempersilahkan masuk barulah kami masuk ke dalam rumah tersebut.
        Rasanya semua mata langsung tertuju kepada kami berempat. *eaaaa, ini kepedean dreamers, tapi memang benar sih, hehehe*. Pak Zul kemudian memperkenalkan kami berempat kepada mahasiswa baru dan juga orang tua mereka. Tidak hanya di perkenalkan nama dan dari program studi apa, kami berempat di daulat untuk menceritakan pengalaman kami selama kuliah di UTS. Wah, kami menjalankan tugas kekampusan (ala-ala tugas kenegaraan) di sana. Hehehe :D
     Dengan senang hati Saya, Indah, Jaffar dan Urwah menceritakan pengalaman kami selama menjadi mahasiswa UTS. Saya dan Indah juga di daulat untuk menceritakan pengalaman kami saat mengikuti iGEM di Boston, USA. Awalnya kami merasa canggung, secara gitu loh kami berbicara di depan bapak-bapak dan ibu-ibu. Hehehe :D Alhamdulillah, suasana sore tadi tidak begitu menegangkan dan kaku, karena para orang tua mahasiswa sangat antusias mendengarkan cerita kami. Apalagi sesekali cerita kami tidak hanya membuat kagum tetapi juga mengundang gelak tawa orang-orang di rumah tersebut.
        Satu hal yang membuat saya merasa heran. Rata-rata orang tua mahasiswa tersebut mengatakan bahwa saya dan Indah seperti orang Sunda, dari segi wajah dan juga logat berbicara. Ini bukan pertama kalinya sih kami di kira orang Sunda, saat hari pertama berkenalan dengan staf Litbang di RSK Dharmais kami juga dikira orang Sunda karena logat bicara kami. Hohoho ;D padahal  kami orang Sumbawa tulen.
          Tapi kami sangat senang karena bisa berbagi cerita dengan para mahasiswa rantau ini. Semoga saja cerita kami berempat dapat menginspirasi mereka semua termasuk juga orang tua mereka. Aamiin ya Rabbal Alaamiin J
     Sekitar 140 mahasiswa rantau yang berasal dari seluruh penjuru nusantara akan melanjutkan  pendidikan mereka di Sumbawa. Hari minggu ini adalah jadwal mahasiswa yang termasuk dalam kloter kedua keberangkatan menuju Sumbawa. Keberangkatan ini akan terus berlanjut sampai tanggal 28 Agustus nanti. Wah, bisa dibayangkan kampus akan semakin ramai saja. Kehadiran mahasiswa rantau ini merupakan salah satu motivasi juga untuk kami mahasiswa lokal terus belajar dan menjalin silaturahmi. Akhirnya setelah sekian lama banyak anak-anak muda Sumbawa yang memilih merantau melanjutkan pendidikan ke luar daerah kini Sumbawa juga tidak kalah kedatangan anak-anak dari penjuru Indonesia memilih melanjutkan pendidikan mereka di Sumbawa.
     Tidak terasa waktu semakin sore, Saya, Indah, Jaffar dan Urwah memutuskan untuk segera pulang menuju Jakarta lagi. Sebenarnya saya dan Indah ingin menginap di F5, tapi karena kami keluar ala anak backpacker kami megurungkan niat untuk menginap dan ikut pulang ke Jakarta bersama Jaffar dan Urwah.
   Jaffar dan Urwah memang tuan rumah yang sangat baik. Mereka tuan rumah yang bertanggungjawab juga ternyata. Hohoho, Tidak tega juga mereka melihat dua gadis polos dari Sumbawa ini pulang sendirian. mereka berdua mengantarkan saya dan Indah pulang sampai ke kos. Padahal saya dan Indah sudah menyakinkan mereka bahwa kami akan baik-baik saja, karena kami kasihan juga dengan mereka berdua yang masih harus melanjutkan perjalanan menuju Bekasi, sementara jadwal kereta terakhir adalah pukul 22.00 WIB. Terimaksih banyak Jaffar dan Urwah, sampai jumpa lagi di Sumbawa ya J
       Hari ini merupakan hari yang sangat luar biasa bagi saya dan Indah. Seperti kata pepatah “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui” begitulah petualangan kami hari ini. Sekali keluar kami bisa menikmati banyak kegiatan, mulai dari CFDan di Bundaran HI, berkunjung ke Monas, hingga bersilaturahmi ke F5 dengan para mahasiswa rantau UTS beserta keluarganya. Alhamdulillah.
    Nah dreamers, sekian dulu ya kisah petualangan kami hari ini. Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi dreamers dan pembaca setia Blog Sumbawa Dream. Terimakasih banyak sudah mau mampir dan membaca tulisan-tulisan kami. Jika ada kesalahan mohon di koreksi dengan memberikan komentar di bawah tulisan kami.
Arigato gozaimasu minna-san ^_^
Wassalamualaikum Warrahamatullah Wabbarakatuh

                  

Senin, 17 Agustus 2015

Edisi Liburan 2: One Day, Full Trip (Part I)



Edisi Liburan 2: One Day, Full Trip (Part I)
Minggu, 16 Agustus 2015
                Lelah masih setia menempel di tubuh kami pagi ini. Begitu juga dengan cucuran keringat yang sudah mengering setelah petualangan kami mengitari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) kemarin. Wah, rasanya pagi ini kami hanya ingin tetap berada di tempat tidur di kamar kos, hehehe :D Tapi kami tidak boleh melakukan hal tersebut, karena kemarin kami sudah membuat janji dengan Ali dan Ajeng untuk mengikuti Car Free Day (CFD) di Bundaran Hotel Indonesia (HI).
                Ali mengatakan kita harus sudah berangkat sekitar pukul 05.30 WIB. “Hah, pagi sekali protes” saya kemarin. Pukul 05.30 WIB sudah lewat, belum ada kepastian pasti jadi atau tidak mengikuti CFD. Setelah bermusyawarah kesepakatan pun didapatkan. Kami akan bertemu di Halte Busway Semanggi pukul 07.30 WIB, mundur satu jam dari waktu awal. Indah dan saya bergegas untuk bersiap-siap. Maklum saja tadi kami masih setia berada di tempat tidur, hehehe :D
Pukul 07.30 WIB kami sudah berada di Halte Busway Trans Jakarta (TJ) di depan Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita. Untuk masuk ke halte busway kami harus mengisi ulang (Top Up) saldo kartu flazz busway Trans Jakarta yang kami miliki karena saldonya sudah habis digunakan ke TMII. Minimal top up adalah Rp. 20.000 yang bisa digunakan oleh dua orang untuk 2-3 kali perjalanan. Biaya perjalanan menggunakan Trans Jakarta pun hanya Rp. 3.500/orang jauh dekatnya jarak perjalanan.
                Pukul 08.00 WIB, Indah dan saya sudah tiba di Halte Trans Jakarta Semanggi—titik pertemuan kami dengan Ali dan Ajeng. Di halte ini Indah dan saya harus menunggu Ali dan Ajeng dulu, karena mereka terjebak macet. Kami sebenarnya bosan menunggu, hehehe :D Nah untuk menghibur diri kami memperhatikan jalanan Ibu Kota Jakarta dari atas halte busway dan sesekali mengambil foto. Ini nih suasana Ibu Kota di minggu pagi (hasil jepretan kami):

Suasana Ibu Kota dari atas Halte Transjakarta Semanggi
                15 menit kemudian yang ditunggu sudah datang. Jadilah hari ini Indah dan saya tidak hanya berdiam diri menghabiskan waktu di kos, melainkan hari ini kami mengisi liburan kami dengan nge-trip ke berbagai tempat di Jakarta dan sekitarnya. Dreamers, simak kisah liburan kami hari ini ya, “One Day, Full of Trip” cekiidot ;)
Car Free Day, di Bundaran Hotel Indonesia
                Car free day atau disingkat CFD merupakan hari bebas kendaraan bermotor yang bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar sejenak meninggalkan kendaraan bermotor yang mereka miliki di rumah mereka dan kemudian beraktivitas dengan berjalan kaki, bersepeda atau menggunakan kendaraan umum untuk bepergian jauh. Lokasi CFD di Jakarta biasanya difokuskan di sekitar Bundaran Hotel Indonesia atau lebih akrab disebut Bundaran HI. Itulah mengapa di sekitar jalan menuju Bundaran HI, jalanan telah ditutup dan tidak boleh ada kendaraan bermotor yang lewat kecuali Tran Jakarta dan mobil polisi yang bertugas memantau kegiatan CFD.
Karena dari itulah tujuan perjalanan 4 anak Sumbawa (Cindy, Indah, Ajeng dan Ali) di hari libur ini adalah CFDan di Bundaran HI. Bertemu di Halte Trans Jakarta (TJ) Semanggi, kami berjalan kaki menuju halte TJ berikutnya yaitu Halte Dukuh Atas. Ini adalah kegiatan CFD pertama yang saya dan Indah ikuti seumur hidup kami, *di Sumbawa kan gak ada CFD*. Saya tidak ingin melewatkan CFD ini begitu saja, minggu depan saya dan Indah sudah harus kembali lagi ke Sumbawa meninggal tanah rantauan ini *berasa merantau bertahun-tahun, padahal cuma minggu, hehehe :D*.
Tidak ada kesempatan lagi jika saya melewatkan kesempatan yang sudah di depan mata, toh hari ini kami juga libur, dari pada hanya berdiam diri di kosan sama saja dengan di Sumbawa gak ada suasana lain. Kurang lebih begitulah pikiran saya pagi tadi.
                “Ternyata banyak juga ya peminat CFD di Jakarta” batin saya dalam hati melihat ramainya masyarakat Jakarta di sepanjang jalan menuju Bundaran HI. Apalagi antrean di dalam halte TJ, Masya Allah, kami harus berdesak-desakan dengan penduduk ibu kota yang berebut masuk ke dalam TJ yang baru saja tiba di halte. Karena kami pendatang, kami tidak ingin masuk dalam kegiatan berebut tersebut. Kami mencari aman saja dengan menunggu TJ selanjutnya yang akan mampir di halte tersebut. Sungguh, pemandangan seperti ini tidak akan bisa kami dapatkan di Sumbawa.

Suasana Car Free Day di sekitar Bundaran Hotel Indonesia
                Setelah melewati beberapa halte dari Halte Dukuh Atas, kami akhirnya turun di salah satu halte (maaf ya dreamers saya lupa nama haltenya L). Untuk menuju Bundaran HI kami hanya perlu berolahraga pagi dengan berjalan kaki. Ternyata keramaian yang kami lihat di dalam halte tadi ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keramaian masyarakat di depan kami.
                Berbagai jenis masyarakat dari berbagai latar belakang tumpah ruah di tempat tersebut. Mulai dari bayi hingga yang sudah lanjut usia. Ada yang menikmati CFD dengan keluarga, teman sekolah, sahabat, teman dekat, bahkan ada juga yang mengajak serta hewan  peliharaan mereka. Di sana juga banyak orang yang berkumpul dengan komunitasnya, misalnya para Aremania (fans klub sepak bola Arema), anak-anak pesantren, anak-anak pramuka, komunitas peduli lingkungan, dan komunitas lainnya.
Kegiatan yang dilakukan pun juga beragam, tidak hanya sekedar berjalan kaki dan berfoto melainkan ada yang menyanyi, melihat pameran binatang peliharaan atau aksi-aksi komunitas tertentu, ada juga yang menjajakan jualan mereka,  masyarakat yang memanfaatkan CFD untuk mengais rezeki, dengan berjualan dan meminta sumbangan untuk kegiatan pentas seni sekolahnya. Wah dreamers pokoknya banyak deh, saking banyaknya susah di sebutkan satu per satu.
                Nampaknya 4 anak Sumbawa ini sangat menikmati suasana CFD. Buktinya padahal sudah berjalan kaki sekitar 1 km lebih wajah kami masih terlihat bahagia. Raut bahagia ini juga bertambah dengan banyaknya momen yang berhasil kami abadikan di sekitar kolam dengan latar belakang Patung Pancoran. *Kayaknya di mana pun tempatnya, kegiatannya tetap jerat jepret sana sini alias narsis* hohoho kebiasan wajib*
                Di tengah kebahagian yang kami berempat rasakan, saya juga merasa sedikit sedih. Saya sedih karena saya hanya “sendiri” di tempat ini. Melihat banyak orang yang berjalan bersama keluarganya saya teringat akan keluarga saya di Sumbawa. Mama, Bapak dan Cikal, rasanya ingin sekali berada di tempat ini bersama mereka. Di saat Indah, Ali dan Ajeng tengah asyik berfoto, saya memilih menepi ke pinggir kolam menulis pada selembar kertas yang sudah saya persiapkan sejak di kos.
“Mama, Bapak, Cikal, sekarang hanya nama yang bisa saya bawa di sini. Suatu saat nanti Cidy akan bawa kalian semua jalan-jalan ke tempat ini. Insya Allah jika diberikan rezeki dan kesempatan oleh-Nya”
                “Mama, Bapak, Cikal, sekarang hanya nama yang bisa saya bawa di sini. Suatu saat nanti Cidy akan bawa kalian semua jalan-jalan ke tempat ini. Insya Allah jika diberikan rezeki dan kesempatan oleh-Nya” begitulah kurang lebih yang terus membatin pada hati dan pikiran saya. Selama ini saya banyak bepergian sendiri ke luar kota bahkan ke luar negeri “sendiri” tanpa mereka, keluarga kecil saya. Kedua orang tua saya adalah orang yang sangat saya sayangi di dunia ini, begitu pun dengan adik saya Cikal. Terus membahagiakan mereka adalah cita-cita terbesar saya. Oleh karena itu saya ingin suatu saat tidak bepergian “sendiri” lagi, saya ingin bepergian dengan mengajak keluarga kecil saya. Aamiin J Selama di merantau di Jakarta, intensitas Mama dan Bapak saya menelepon cukup sering dibanding ketika saya di Sumbawa. Terkadang saya hanya menjawab telepon mereka sebentar saja. Bukan saya tidak mau mengobrol dengan mereka, tetapi karena saya tidak ingin saja mereka mendengar saya menangis di ujung telepon. #huhuhu saya malah jadi mewek ni dreamers. Berusahalah untuk membuat kedua orang tua kita selalu tersenyum dan mendoakan yang terbaik untuk mereka ya :).

Car Free Day, No Car No Waste
Anyway dreamers, ada hal yang menarik bagi saya di CFD pertama yang saya ikuti ini. Banyaknya masyarakat yang tumpah ruah di sekitar Bundaran HI totalnya mungkin ratusan atau bahkan ribuan. Banyaknya orang berarti sampah juga banyak, seperti menjadi pemandangan saat ada kegiatan yang melibatkan banyak massa. Tapi saya takjub, pemikiran saya tadi salah besar.
Car Free Day tidak hanya merupakan hari bebas kendaraan, tetapi juga hari bebas sampah. Sejauh yang saya perhatikan di jalan yang kami lewati tidak banyak sampah yang berserakan. Hanya ada satu atau dua saja botol bekas minuman yang ditinggal oleh pemiliknya yang tidak bertanggung jawab. Saya senang karena rata-rata masyarakat tidak hanya menikmati fasilitas yang ada tetapi juga ikut menjaganya. Rasa senang saya juga bertambah karena banyak anak-anak muda Indonesia mampu memberikan contoh yang baik untuk menjaga lingkungan sekitar seperti yang dicontohkan oleh anak-anak pramuka yang membawa plastik hitam besar untuk memungut sampah.
Genenrasi Muda yang Peduli Lingkungan

“Permisi ya kak, mau pungut sampah” sapa seorang anak dengan seragam pramuka lengkap yang lewat di depan saya dan Indah saat kami tengah duduk menunggu Ajeng dan Ali sambil makan es krim di samping jalan.
“Oh iya dik, silahkan. Nitip buang sampah juga ya” balas saya dan Indah sambil membuang kertas penutup bungkusan es krim yang sedari tadi kami pegang karena tidak ada tempat membuang sampah di sekitar tempat tersebut.
“Apa mau di tunggui juga kak sampah wadah es krimnya?” balas salah seorang lagi. Kami yang merasa tidak enak jika ditunggui selesai menghabiskan es krim pun menolak.
“Gak usah dik, nanti kami saja yang buang sendiri” balas kami. Mereka kemudian berlalu sambil memungut sampah daun dan bungkusan kecil permen yang ada di sekitar jalan. Alhamdulillah, bersyukur sekali karena calon-calon khalifah di muka bumi ini semakin banyak.

Next trip to Monumen Nasional (Monas)
Ali dan Ajeng nampaknya sudah selesai dengan urusan mereka. Kami juga sudah puas menikmati suasana CFD di Bundaran HI. Kami pun memutuskan tujuan perjalanan kami selanjutnya menuju Monumen Nasional (Monas). Dari Bundaran HI rencananya kami akan berjalan kaki menuju Monas. Namun rasa lelah sudah lebih dulu menempel di kaki kami, akhirnya setelah bertemu halte TJ kami memutuskan untuk menggunakan jasa transportasi tersebut, berhubung di Sumbawa belum ada, hohoho :D
Sama seperti halte TJ sebelumnya, di Halte TJ Sarina antrian juga sangat ramai. Hal ini juga diperparah dengan terlambatnya kedatangan TJ di halte tersebut akibat jalurnya di tutup oleh massa yang melakukan demo. Demo mengenai apa tidak terlalu jelas, petugas halte hanya menyampaikan jika ada demo kepada seorang bapak yang protes karena keterlambatan bus TJ. Hingga bus TJ tiba banyak penumpang yang saling berdesakan berebut masuk, padahal di dalam bus tersebut sudah padat sekali. Lagi lagi kami memilih mencari aman dengan menunggu kedatangan bus selanjutnya. Kami tidak boleh hanya mementingkan ego kami untuk cepat tiba di Monas.
Ada beberapa hal yang harus kami perhatikan terlebih dahulu. Pertama terkait keselamatan nyawa kami, jika tadi kami memaksa masuk pasti bus akan semakin sesak, ruang gerak kami terbatas karena harus bersempit-sempitan dengan penumpang lain. Jangankan kami akan mendapatkan tempat duduk, gantungan untuk berpegang saja mungkin tidak kami dapatkan. Kedua, kami juga harus menjaga keselamatan barang bawaan kami. Tempat umum dan ramai seperti itu tanpa diduga bisa memicu tindak kejahatan seperti pencurian. Oleh karena itulah salah satu tips jika berada di tempat ramai jika membawa tas atau menggunakan tas punggung sebaiknya digunakan di bagian depan, tidak diletakkan di punggung. Jika tas berada di depan kita akan lebih aman karena kita bisa melihat tas kita dan menjaga barang bawaan, sedangkan jika berada di punggung, kita akan sulit mengawasi tas dan barang bawaan dan mungkin bisa saja hilang. Jangan sampai kehilangan ya dreamers karena tidak ada yang akan bertanggung jawab atas kehilangan barang-barang berharga kita. Jadi tetap hati-hati ayah, sippp ;-)
Bus kedua sudah tiba, tidak terlalu penuh seperti yang sebelumnya. Kami kemudian memilih masuk. Syukurlah meskipun tidak mendapatkan tempat duduk setidaknya kami masih mendapatkan gantungan untuk berpegangan. Alhamdulillahnya lagi perjalanan ke Monas hanya melewati 2 halte, tidak terlalu jauh sehingga kami tidak berdiri terlalu lama. Tiba di halte Monas, pemandangan yang kami dapatkan tidak ada bedanya dengan halte sebelumnya melainkan halte TJ di Monas lebih ramai. Kami sampai harus turun berdesakan melewati orang-orang yang sebagian besar remaja menunggu di halte tersebut. Setelah melewati kerumunan orang kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki masuk ke dalam lingkungan  Monas.
Rencana kami adalah akan naik menuju bagian puncak Monas. Inilah yang membuat saya dan Indah tergiur untuk ikut dengan Ali dan Ajeng pergi ke Monas. Selama saya dan Indah ke Jakarta bersama-sama kami hanya sempat melihat Monas dari jauh dan belum pernah melewati gerbangnya, apalagi menaikinya menuju puncak, sama sekali belum pernah.
Cindy, Inda dan Ajeng di Monumen Nasional (Monas)
Baru saja kami berempat masuk melewati gerbang barat Monas, Urwah—mahasiswa Psikologi UTS asal Bekasi menelpon saya. Dia dan Jaffar—mahasiswa Bioteknologi UTS asal Bekasi juga dan merupakan adik tingkat saya di Fakultas Teknobiologi UTS—sudah tiba di stasiun kereta api Tanah Abang. Kemarin saat di TMII kami bertemu dengan mereka berdua dan berjanji akan pergi ke Bumi Serpong Damai (BSD) City tempat kediaman rektor pertama dan sekaligus pemilik UTS, Bapak Dr. Zulkieflimansyah, M.Sc. Kami juga ingin bersilaturrahmi dengan calon adik tingkat kami yang baru, yaitu mahasiswa rantau asal berbagai daerah Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan mereka di UTS.
                Kami memberitahukan hal ini kepada Ali dan Ajeng kemudian bermaksud untuk pamit. Jadilah saya dan Indah tidak jadi menuju puncak Monas dengan mereka berdua. Sebelum berpisah dengan mereka berdua, saya dan Indah meminta sedikit penjelasan terkait arah yang harus kami lalui untuk menyusul Jaffar dan Urwah ke Stasiun Tanah Abang. Ali mengatakan bahwa kami harus berjalan menuju pintu timur Monas dan menemukan halte TJ yang akan membawa kami menuju ke stasiun kereta api. Saya dan Indah mengikuti saran yang diberikan Ali.
Ali sedang menjelaskan arah jalan yang harus kami lewati menuju Stasiun Tanah Abang
                Untuk mencapai pintu timur Monas saya dan Indah harus berjalan kaki lagi. Sebenarnya kami sudah sangat lelah, energi pun sudah mulai habis, tapi kami paksakan saja berjalan sampai menuju pintu timur Monas. Namun MIRIS :-( setelah berjalan kaki dengan jarak cukup jauh ditambah panas terik matahari yang sudah tinggi dan cukup menguras energi saya dan Indah ternyata pintu timur Monas tertutup. Huuaaah, rasanya saya dan Indah ingin teriak dan menangis, hikzz L
                Namun rasanya teriak dan menangis pun tidak ada artinya sama sekali. Tidak ada yang yang menyuruh kami untuk pergi ke Monas. Kami sendiri yang memilih dan memutuskan untuk pergi. Jadi kami harus menerima segala konsekuensinya.
                Saya dan Indah kembali berjalan kaki menuju pintu Monas yang selanjutnya ke arah Masjid Istiqlal. Besar harapan kami agar pintu selanjutnya tidak tertutup, agar kami tidak perlu berjalan mengelilingi wilayah Monas yang besar itu. Dengan langkah tertatih *ini kayak lagunya Kerispatih aja :D* saya dan Indah terus berjalan dan berjalan. Meskipun kaki rasanya sudah hampir copot tapi melihat pintu Monas selanjutnya terbuka kami memutuskan untuk berlari-lari kecil.
                Saat selangkah keluar dari gerbang Monas, saya dan Indah merasa sangat-sangat bahagia. Rasanya tuh seperti keluar dan terbebas dari belenggu penjara *meskipun kami tidak pernah merasakan bebas dari penjara bagaimana*. Keluar dari lingkungan Monas sebenarnya belum menyelesaikan permasalahan kami. Kami malah tidak tahu arah jalan pulang *Rumor kali yah, butiran debu*. Beruntung Ali dan Ajeng tidak jadi naik ke puncak Monas, karena kehabisan tiket. Jadinya kami bertemu dengan mereka lagi di dekat gedung Pertamina. Alhamdulillah gak sampai jadi butiran debu :-D
Oleh mereka kami di ajak untuk merujak dulu di trotoar pinggir jalan. Mereka berdua benar-benar pengertian dan mengerti kalau cacing di perut kami minta di beri makan. Oke fix kami akan sakit perut nampaknya. Makan rujak tanpa sarapan nasi terlebih dahulu. Dreamers gak boleh ditiru ya, cukup kami saja, karena kepepet. Hehehe :D Rujak tadi cukup membantu mengembalikan sedikit energi kami yang sempat terkuras akibat berjalan kaki dari ujung ke ujung.
Matahari sudah semakin tinggi. Usai rujakan di pinggir trotoar, kami berempat memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan menuju stasiun kereta terdekat. Kasihan Jaffar dan Urwah sudah terlalu lama menunggu. Beruntungnya kami berjalan di bawah pepohonan yang rimbun sehingga tidak terlalu panas dan kami bisa menyimpan sebagian energi kami. Sampai akhirnya kami tiba di depan Stasiun Kereta Api Juanda. Alhamdulillah dapat tempat berteduh dan beristirahat sejenak.
Saya, Indah dan Ajeng menyerahkan urusan pembelian tiket kepada Ali. Ketiga gadis polos ini hanya ingin beristirahat karena lelah. Hehehe :D Maafkan kami Ali J Tiket sudah kami genggam, kami pun masuk ke dalam stasiun. Ternyata stasiun Juanda merupakan titik perpisahan antara saya dan Indah dengan Ali dan Ajeng. Saya dan Indah akan menyusul Jaffar dan Urwah ke Stasiun Tanah Abnag dan kemudian ke Serpong, sementara Ali dan Ajeng akan menuju Stasiun Cawang. Tidak perlu menunggu lama, Commuter Line yang akan membawa kami menuju stasiun Tanah Abang baru saja tiba. Kami pun naik ke kereta dan berpamitan dengan Ali dan Ajeng.
Thank you so much for today guys¸ Ali and Ajeng. ^_^ See you next time yaJ
Bersambung....
Sekian dulu ya dreamers cerita kali ini. Jangan lupa ditunggu sambungan cerita kami tentang Edisi Liburan 2: One Day, Full Trip (Part II) yang akan di publish besok ya. Terimakasih banyak dreamers J

Minggu, 16 Agustus 2015

Edisi Liburan 1: Mengeksplor Kota Metropolitan

Jakarta, 16 Agustus 2015


Assalamualaikum Wr. Wb.

Hay readers.. Thanks a lot yaa udah mau ngikutin cerita-cerita kami di blog Sumbawa Dream J

Nah, mumpung hari ini lagi libur, saya dan Cindy akan memulai perjalanan yang sudah kami nantikan. Ceritanya, hari ini kami akan mengeksplor sebagian kecil dari kota Metropolitan. *selamat menikmati maceetttt :D

Sekitar jam sembilan pagi, saya dan Cindy berjalan menuju halte busway RS. Harapan Kita. Kami ditemani oleh om Asep – kerabat – untuk berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah. Yyeeeeee :D


Kami membeli e-ticket seharga Rp 40.000. Kartu ini dapat digunakan beberapa kali tergantung saldo kartunya. Jadi, saya dan Cindy hanya membeli satu kartu untuk dipakai berdua. Sekali perjalanan menggunakan busway dikenakan tarif Rp 3.500 per orang. Jika saldo dalam kartu habis, kami hanya perlu mengisi lagi dengan harga minimal Rp 20.000. Praktis banget, hehehe.

Saya dan Cindy saat berjalan di halte busway (kiri) dan membeli e-ticket (kanan)
Setelah melewati beberapa halte, sampailah kami di halte Pluit yang merupakan halte terdekat dengan TMII. Ternyata kami telah berdiri di dalam busway sekitar satu jam. Yaelahh. Pantesan nih betis sakit -_-. Kemudian kami menaiki angkot menuju kawasan TMII seharga Rp 3.000 per orang. Sampai disana, kami membayar tiket masuk seharga Rp 10.000 per orang.

Salah satu kesempatan langka bagi kami untuk melakukan perjalanan ini. Karena pada 16 Agustus ini, di TMII tepatnya Anjungan NTB sedang berlangsung acara Halal Bihalal dan silaturrahim bagi warga Sumbawa yang berada di kota Jakarta. Waduhh, banyak juga orang Sumbawa yang merantau kesini, heheh. Acara ini juga dilakukan hanya sekali dalam satu tahun, tepatnya sebulan setelah lebaran Idul Fitri.

Dalam acara ini, kami bertemu beberapa orang yang tidak kami kenal, hehehe. Tapi beberapa dari mereka ternyata mengenal keluarga saya. *cciieee tenarr :D

Foto bersama keluarga besar "Tau Samawa" di Anjungan NTB
Tamu undangan yang hadir dalam acara ini tidak hanya bapak-bapak dan ibu-ibu, tetapi banyak juga pemuda-pemudi Sumbawa yang tergabung dalam IKASUM (Ikatan Mahasiswa Sumbawa). Mereka adalah pemuda-pemudi Sumbawa yang sedang mengenyam pendidikan di Ibu Kota. Merekalah yang menjadi panitia pelaksana kegiatan ini. Kegiatan ini dihadiri oleh anggota DPR RI yaitu bapak Fahri Hamzah yang merupakan orang Sumbawa asli dan beberapa pejabat lainnya. Mereka yang dianggap “sesepuh” menjadi pembicara dalam acara ini. Beberapa dari warga asli Sumbawa ini ada yang telah hidup di Jakarta selama puluhan tahun, bekerja dan berkeluarga di Jakarta. Tapi tak jarang dari mereka yang mudik ke Sumbawa bersama keluarganya.

Acara berlangsung cukup meriah. Diatas panggung telah ramai dengan orang-orang yang duduk sambil bercengkrama, tentunya dengan menggunakan bahasa Samawa (Sumbawa). Suatu kebanggaan tersendiri bagi kami karena “Tau Samawa” (orang Sumbawa) juga dapat mengambil peran dalam mengatur bangsa yang tengah menanti hari dimana bangsa ini akan berusia 70 tahun, tepat satu hari lagi. Dirgahayu Indonesia. Jayalah Bangsaku J

Tibalah saat istirahat, setelah berbagai rangkaian percakapan diakhiri. Yess, makannn. Hahaha :D. Didepan panggung telah tersedia beberapa meja panjang, lengkap dengan makanan diatasnya. Pass banget nih, mumpung belum sarapan dan makan siang :D

Menu-menu yang terhidang diatas meja sangat menggoda selera. Tentunya, beberapa makanan khas Sumbawa seperti sepat – makanan berkuah asam yang segar dengan ikan bakar didalamnya -  dan gecok yang terbuat dari daging dan diracik sedemikian rupa sehingga sangat sayang untuk dilewatkan. Penasaran dengan rasanya? Ayoo readers, wisata kuliner ke Sumbawa aja :D

Sembari menyantap makanan, kami dihibur oleh beberapa pertunjukan dari tamu yang hadir. Bapak-bapak yang usianya tidak muda lagi, hehehehe, dengan semangat menyumbangkan suara emasnya. Bapak-bapak ini menyanyikan beberapa lagu Sumbawa dengan riang. Bahkan, istri dari salah satu bapak-bapak tersebut yang merupakan penduduk asli Jakarta dapat menyanyikan lagu Poto Tano dengan sangat fasih. Aahhhh, terharu deh :’)

Foto bersama anggota IKASUM
Selama acara berlangsung, kami juga ditemani oleh kawan kami yang bernama Ali dan Ajeng. Mereka juga sedang menempuh kuliah di Jakarta. Kami dikenalkan dengan beberapa pemuda-pemudi yang juga kuliah disana. Percakapanpun mengalir dengan sendirinya. Faktor usia juga nih kayaknya. Sama-sama anak muda, jadi kalau ngomong nyambung, hehehe.

Pakaian Adat di dalam Istana Dalam Loka
Setelah acara selesai, kami melakukan sesi foto bersama dan berpamitan pada semua panitia dan tamu undangan. Tapi ini bukan saatnya kami untuk kembali ke kos, hahaha. Kami memasuki Istana Dalam Loka (Rumah Adat Sumbawa) yang tepat dibangun dibelakang panggung. Didalamnya terdapat berbagai macam atribut khas Sumbawa, Bima dan Lombok. Dari pakaian adat, peralatan dapur, peralatan berburu sampai dengan beberapa patung yang memperagakan beberapa tradisi khas suku Sasambo (Sasak, Samawa, Mbojo).

Indah and Cindy in action
Matahari menguasai siang dan memancing kelelahan untuk keluar. Tapi hal tersebut tidak dapat mematahkan semangat kami untuk mengelilingi Taman Mini yang indah ini. Ini pertama kalinya saya berkunjung ke tempat ini. Kami menglilingi beberapa anjungan yang ada di dalam TMII ini. Sangat menakjubkan. Kami dapat melihat dan menikmati keragaman Indonesia dengan 34 provinsi yang dimilikinya. Subhanallah J. Suatu saat, ingin sekali saya memboyong ibu, saudara dan sanak keluarga saya kesini, menikmati bangunan-bangunan tradisional dengan berbagai motif yang terukir indah.

Perjalanan terakhir, kami ditemani oleh Ja’far dan Urwah, mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa yang merupakan warga asli Bekasi. Mengetahui kami sedang berada di TMII, mereka langsung menyusul menggunakan sepeda motor. Kemudian kami berbincang-bincang sambil beristirahat dibawah pohon yang rindang. Sejuk sekali..

Foto bersama (dari kiri) Ja'far, Urwah, Cindy dan Indah
Setelah bercengkrama, berfoto dan berkeliling, kami memutuskan untuk pulang. Ja’far dan Urwah kembali ke Bekasi menggunakan motor, sedangkan saya, Cindy dan om Asep menggunakan angkot lalu menggunakan busway. Daaannnn, jreeengg jreeenggg... petaka dimulai!

Ya, petaka. Macet. Huuhhh.. iya sih, bukan Jakarta namanya kalau tidak macet. Antrian di lampu merah mencapai puluhan bahkan ratusan meter di keempat sisinya. Bunyi klakson mobil dan motor turut memeriahkan keadaan ini. Dikarenakan penumpang sangat banyak, kami terpaksa harus berdiri lagi. Sabarr yaa kaki, betis :’)

Setelah berdiri untuk waktu yang lama, kami pun sampai di halte pertama yang kami naiki. Alhamdulillah, akhirnya sampai. Betis dan kaki kami pun serasa ikut tersenyum, hahahaha :D

Tapi senyum itu menghilang saat mengingat bahwa kami masih harus berjalan dari halte ke kos sekitar sepuluh menitan. Ampuunn dehh..
Dipersimpangan, tepatnya di samping RSK Dharmais kami berpisah dengan om Asep. Beliau pun menaiki angkutan umum dan pulang kerumahnya. Good bye om Asep.. Terima kasih sudah menemani :D

Disepanjang jalan, kami pun digoda oleh aroma soto, bakso dan makanan lainnya. Dan kami tergoda, haha. Pulanglah kami dengan membawa dua bungkus makanan. Sesampainya di kos, kami makan lalu beristirahat. Subhanallah. Betapa indah hari ini. Kami bersyukur kepada Allah, masih bisa menikmati kenikmatan yang luar biasa. J

Sekian untaian cerita dari kami *eeaaaa*. Readers, jangan lupa untuk berkunjung juga yaa.. dijamin seruuuu :D

Bye.. Wassalamualaikum Wr. Wb