Jakarta,
11 Agustus 2015
Assalamualaikum
Wr. Wb. Pembaca g’mane kabarnye? Insyaallah sehat yee *eeeaaaa* rada-rada gaul
gak ape-ape kan? Kan udeh jadi anak Jakarta :D
Oke readers,
masih bersama saya dan Cindy
dalam kisah seputar selebriti, hahaha. Bercanda. So, ini adalah hari kedua
kami di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat. Jarum jam masih menunjukkan
pukul 07.50 WIB. Alhamdulillah kami tidak terlambat, dan sepertinya tidak akan,
hehe. Beruntunglah kami yang tinggal sangat dekat dengan lokasi tempat kami
bekerja, sehingga kami tidak perlu repot-repot merasakan macet di pagi hari.
*sayonaraa macet :D
Setelah kemarin membuat agenda kegiatan dan
melakukan beberapa preparasi, nah hari ini kami akan langsung melakukan
praktikum. Weeiisss, langsung ded-degan
nih. Ditemani bu Febri, kami langsung menuju Laboratorium Biologi Molekuler
dengan membawa beberapa alat dan bahan yang telah kami siapkan sebelumnya. Kami
bekerja sesuai dengan instruksi dan protokol yang dibuat oleh bu Febri. Kami mencoba
membuat “nanopartikel” dari campuran chitosan
dan sodium tripolyphospate. Nah loh,
bingung kan? Hahaha. Memang benar, nama-nama bahan yang kami jumpai disini
terbilang cukup asing. Mengingat keterbatasan fasilitas yang ada di
laboratorium kampus kami, hal ini terbilang wajar. Dan juga karena tempat kami
bekerja adalah sebuah rumah sakit besar, wajar juga kalau memiliki banyak
sekali koleksi yang mungkin beberapa di antaranya sangat spesifik (dalam hal
medis) yang tidak kami perlukan untuk kegiatan praktikum kami sehari-hari di
laboratorium.
Laboratorium Biologi Molekuler Bagian Litbang RSK Dharmais |
Pekerjaan-pekerjaan awal yang kami lakukan hanya
menimbang bahan, mengukur volume dan mencampur-campur, hehe. Hal ini terbilang
cukup mudah karena kami sudah sering melakukannya di Sumbawa. Hanya saja,
alat-alat disini lebih canggih dan lebih modern. Yaaiyaalahh...
Awalnya kami memang sedikit grogi karena takut
melakukan kesalahan. Tapi kami sadar, jika kami memiliki pemikiran seperti itu
kami tidak akan bisa melakukan yang terbaik. Catat!!. Dalam belajar akan sangat
wajar jika melakukan kesalahan, karena kesalahan itulah yang akan menghantarkan
kita menuju kebenaran. Tentunya jika kita benar-benar ingin mencari dan
mengetahuinya. So, i’ts oke to have
mistakes. You just need to be confident with your self in your next steps J
Tanpa kami sadari, terik matahari telah mencapai
puncaknya. Ini sudah siang dan kami tidak merasakan apapun. Ya jelas aje nggak, kan kite kerjanye
digedung yang ade AC-nye, hahaha. Kami pun beristirahat untuk menunaikan
ibadah sholat dzuhur dan makan. Ya, makan. Agar kami dapat merasa hidup
kembali, hohohoho. Akhirnya, mau tidak mau kami harus merasakan panas demi
beberapa suap nasi, hiks. Kami berjalan keluar dari rumah sakit. Untungnya posisi
rumah sakit sangat dekat dengan warung. Disepanjang jalan yang selalu kami
lalui, kiri-kanannya dipenuhi dengan warung makan dan rombong-rombong. Orang-orang
disini sangat pandai melihat peluang. Warung-warung ini selalu ramai. Pelanggannya
tidak hanya dari masyarakat sekitar, tetapi juga dari rumah sakit. Baik pegawai
maupun keluarga pasien, rata-rata akan mengunjungi tempat-tempat ini jika tiba
waktu istirahat. Setelah berjalan-jalan dan mencari tempat yang kosong (dan
menunya sesuai dengan apa yang diinginkan perut), kami akhirnya melabuhkan
perut kami kesebuah warung nasi goreng. Yeee,
makann :D
Setelah merasa hidup kembali, kami bergegas menuju
rumah sakit untuk menyelesaikan pekerjaan kami. Di ruangan sudah ada bu Febri –
yang ternyata sedang menjalankan puasa syawal – yang sedang beristirahat. Setelah
melihat kemunculan kami, mata beliau pun berbinar. Hehehe, gak kok, becanda :D. Bersama bu Febri kami lanjut melakukan
praktikum sesuai prosedur. Selain itu, kami juga membuat catatan sendiri setelah
melakukan praktikum. Berdasarkan pengalaman Fahmi *ciiee Fahmi*, ternyata membuat protokol sendiri akan sangat
membantu pemahaman kita akan apa yang telah kita lakukan. Apalagi yang telah
Fahmi lakukan di RS Kanker Dharmais – sebelum kami – hampir mirip dengan apa
yang ia lakukan di Jepang. Dan mengingat bahwa di Jepang hampir semuan panduan
praktikum menggunakan hiragana dan katakana – tulisan Jepang – akan sangat
membantu jika kita sudah memiliki catatan sendiri. Paling tidak, sudah ada
dasar yang dipegang dan menjadi bekal yang berguna disana.
Pada tahap-tahap akhir praktikum, ada satu step dimana kami harus melunakkan
kantong kecil transparan seperti plastik yang ukurannya hampir mirip penggaris
(dialysis membrane). Ternyata, alat
yang harusnya kami gunakan sedang dalam perbaikan. Akhirnya setelah berdiskusi
dan meminta pencerahan pada bu Yanti – salah satu staf RS Kanker Dharmais
bidang Penelitian dan Pengembangan – kami disarankan menggunakan microwive. Hohoho, jadi pengen nge-teh nih
:D. Sambil menunggu cairan yang berisikian kantong – kantong biasa disebut
membran – tersebut panas sampai kantong mulai lunak, kami bercakap-cakap dengan
bu Febri dan bu Yanti. Pada awalnya, saya mengira bahwa orang-orang yang
bekerja disini sangat kaku dan serius, mengingat pada bagian Litbang (bagian
Penelitian dan Pengembangan) ini sangat sepi. Tapi ternyata saya tertipu, hiks.
Staf-staf disini sangat ramah. Ada pak Kasman yang sering menyumbangkan
berbagai macam lagu, pak Didin yang sering mempromosikan tempat makan milik kerabatnya
dan tentunya bu Yanti. Ibu yang satu ini sangat lucu. Di hari pertama kami
datang, beliau malah mempromosikan Tanah Abang – pusat grosir murah di Jakarta –
kepada kami dan menyarankan kami untuk membeli barang sebanyak mungkin, lalu di
jual di Sumbawa, hahaha. Tapi dibalik semua kekocakan yang terlihat, mereka
adalah orang-orang yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang hebat yang kaya
akan ilmu. Ilmu yang mereka miliki dengan senang hati mereka bagikan kepada
kami. Subhanallah. Jika mereka diibaratkan sebagai sumur, maka ilmu yang mereka
miliki adalah airnya. Dan air itulah yang harus kami timbah agar dapat
memberikan manfaat untuk kami dan orang-orang disekitar kami.
Tak terasa semua protokol sudah kami lakukan. Maka
dengan begitu, berakhirlah pekerjaan kami hari ini. Alhamdulillah. Sebelum pulang,
kami menunaikan ibadah sholat ashar di kantor *eeaaa kantor* :D. Kami bersyukur
hari ini dapat kami lalui dengan lancar. Saya maupun Cindy menyukai apa yang
kami lakukan dan berusaha bekerja sebaik mungin. Tetapi, faktor terpenting yang
tidak boleh dilupakan adalah do’a. Karena sebaik-baiknya usaha jika tidak
diiringi dengan do’a maka akan sulit mendapat hasil yang maksimal.
Sekian
curahan kami hari ini. Semoga dapat menghibur dan bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalam .. J
Nice post! Astagaaaa Indaaahhh... hahaha... elu mau ngelenong ape? Kok rasanya postingan gue kemaren berat banget ya habis baca catatan kalian berdua *padahal udah berusaha biar tetap ringan loh bacanya T_T
BalasHapusyaelah pake sebut2 nama gue lagi, bayarrr hahaha. Btw ngedit dikit ya. Kata dasarnya 'timba' ndak pake 'h' di belakang. Buat tulisan judul harusnya 'Ditimba', siip!
Kalo pas di Jepang tiga-tiganya dipake In, katakana, hiragana, plus kanji. Berasa deh pusingnya hohoho
Anyway, salam yah buat Kak Rizky. Iiih, masih mirip kok kayak pas aku ke sana >.<
Keep going and good luck!
ahahah.. maap mimi :D ntr aku edit.. aku buatnya subuh, jadi masih nge-fly2 gtu,. haha.
Hapusoke gue edit :D
tengs yaa sodara
ooh, oke deh hahaha. siip siip (y)
Hapusanytime :)
Good luck my dearest students....enjoy everything to the fullest :)
BalasHapusArigato Gozaimasu Alidi Sensei :-)
HapusArigato Gozaimasu Alidi Sensei :-)
HapusArigato Gozaimasu Alidi Sensei :-)
Hapusthnks a lot pak ay :)
BalasHapus