Link

Rabu, 12 Agustus 2015

Internship Day-2 : Sumur Ilmu yang Harus Ditimba

Jakarta, 11 Agustus 2015

Assalamualaikum Wr. Wb. Pembaca g’mane kabarnye? Insyaallah sehat yee *eeeaaaa* rada-rada gaul gak ape-ape kan? Kan udeh jadi anak Jakarta :D

Oke readers, masih bersama saya dan Cindy dalam kisah seputar selebriti, hahaha. Bercanda. So,  ini adalah hari kedua kami di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat. Jarum jam masih menunjukkan pukul 07.50 WIB. Alhamdulillah kami tidak terlambat, dan sepertinya tidak akan, hehe. Beruntunglah kami yang tinggal sangat dekat dengan lokasi tempat kami bekerja, sehingga kami tidak perlu repot-repot merasakan macet di pagi hari. *sayonaraa macet :D

Setelah kemarin membuat agenda kegiatan dan melakukan beberapa preparasi, nah hari ini kami akan langsung melakukan praktikum. Weeiisss, langsung ded-degan nih. Ditemani bu Febri, kami langsung menuju Laboratorium Biologi Molekuler dengan membawa beberapa alat dan bahan yang telah kami siapkan sebelumnya. Kami bekerja sesuai dengan instruksi dan protokol yang dibuat oleh bu Febri. Kami mencoba membuat “nanopartikel” dari campuran chitosan dan sodium tripolyphospate. Nah loh, bingung kan? Hahaha. Memang benar, nama-nama bahan yang kami jumpai disini terbilang cukup asing. Mengingat keterbatasan fasilitas yang ada di laboratorium kampus kami, hal ini terbilang wajar. Dan juga karena tempat kami bekerja adalah sebuah rumah sakit besar, wajar juga kalau memiliki banyak sekali koleksi yang mungkin beberapa di antaranya sangat spesifik (dalam hal medis) yang tidak kami perlukan untuk kegiatan praktikum kami sehari-hari di laboratorium.
Laboratorium Biologi Molekuler Bagian Litbang RSK Dharmais

Pekerjaan-pekerjaan awal yang kami lakukan hanya menimbang bahan, mengukur volume dan mencampur-campur, hehe. Hal ini terbilang cukup mudah karena kami sudah sering melakukannya di Sumbawa. Hanya saja, alat-alat disini lebih canggih dan lebih modern. Yaaiyaalahh...

Awalnya kami memang sedikit grogi karena takut melakukan kesalahan. Tapi kami sadar, jika kami memiliki pemikiran seperti itu kami tidak akan bisa melakukan yang terbaik. Catat!!. Dalam belajar akan sangat wajar jika melakukan kesalahan, karena kesalahan itulah yang akan menghantarkan kita menuju kebenaran. Tentunya jika kita benar-benar ingin mencari dan mengetahuinya. So, i’ts oke to have mistakes. You just need to be confident with your self in your next steps J

Tanpa kami sadari, terik matahari telah mencapai puncaknya. Ini sudah siang dan kami tidak merasakan apapun. Ya jelas aje nggak, kan kite kerjanye digedung yang ade AC-nye, hahaha. Kami pun beristirahat untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur dan makan. Ya, makan. Agar kami dapat merasa hidup kembali, hohohoho. Akhirnya, mau tidak mau kami harus merasakan panas demi beberapa suap nasi, hiks. Kami berjalan keluar dari rumah sakit. Untungnya posisi rumah sakit sangat dekat dengan warung. Disepanjang jalan yang selalu kami lalui, kiri-kanannya dipenuhi dengan warung makan dan rombong-rombong. Orang-orang disini sangat pandai melihat peluang. Warung-warung ini selalu ramai. Pelanggannya tidak hanya dari masyarakat sekitar, tetapi juga dari rumah sakit. Baik pegawai maupun keluarga pasien, rata-rata akan mengunjungi tempat-tempat ini jika tiba waktu istirahat. Setelah berjalan-jalan dan mencari tempat yang kosong (dan menunya sesuai dengan apa yang diinginkan perut), kami akhirnya melabuhkan perut kami kesebuah warung nasi goreng. Yeee, makann :D

Setelah merasa hidup kembali, kami bergegas menuju rumah sakit untuk menyelesaikan pekerjaan kami. Di ruangan sudah ada bu Febri – yang ternyata sedang menjalankan puasa syawal – yang sedang beristirahat. Setelah melihat kemunculan kami, mata beliau pun berbinar. Hehehe, gak kok, becanda :D. Bersama bu Febri kami lanjut melakukan praktikum sesuai prosedur. Selain itu, kami juga membuat catatan sendiri setelah melakukan praktikum. Berdasarkan pengalaman Fahmi *ciiee Fahmi*, ternyata membuat protokol sendiri akan sangat membantu pemahaman kita akan apa yang telah kita lakukan. Apalagi yang telah Fahmi lakukan di RS Kanker Dharmais – sebelum kami – hampir mirip dengan apa yang ia lakukan di Jepang. Dan mengingat bahwa di Jepang hampir semuan panduan praktikum menggunakan ­hiragana dan katakana – tulisan Jepang – akan sangat membantu jika kita sudah memiliki catatan sendiri. Paling tidak, sudah ada dasar yang dipegang dan menjadi bekal yang berguna disana.

Pada tahap-tahap akhir praktikum, ada satu step dimana kami harus melunakkan kantong kecil transparan seperti plastik yang ukurannya hampir mirip penggaris (dialysis membrane). Ternyata, alat yang harusnya kami gunakan sedang dalam perbaikan. Akhirnya setelah berdiskusi dan meminta pencerahan pada bu Yanti – salah satu staf RS Kanker Dharmais bidang Penelitian dan Pengembangan – kami disarankan menggunakan microwive. Hohoho,  jadi pengen nge-teh nih :D. Sambil menunggu cairan yang berisikian kantong – kantong biasa disebut membran – tersebut panas sampai kantong mulai lunak, kami bercakap-cakap dengan bu Febri dan bu Yanti. Pada awalnya, saya mengira bahwa orang-orang yang bekerja disini sangat kaku dan serius, mengingat pada bagian Litbang (bagian Penelitian dan Pengembangan) ini sangat sepi. Tapi ternyata saya tertipu, hiks. Staf-staf disini sangat ramah. Ada pak Kasman yang sering menyumbangkan berbagai macam lagu, pak Didin yang sering mempromosikan tempat makan milik kerabatnya dan tentunya bu Yanti. Ibu yang satu ini sangat lucu. Di hari pertama kami datang, beliau malah mempromosikan Tanah Abang – pusat grosir murah di Jakarta – kepada kami dan menyarankan kami untuk membeli barang sebanyak mungkin, lalu di jual di Sumbawa, hahaha. Tapi dibalik semua kekocakan yang terlihat, mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang hebat yang kaya akan ilmu. Ilmu yang mereka miliki dengan senang hati mereka bagikan kepada kami. Subhanallah. Jika mereka diibaratkan sebagai sumur, maka ilmu yang mereka miliki adalah airnya. Dan air itulah yang harus kami timbah agar dapat memberikan manfaat untuk kami dan orang-orang disekitar kami.

Tak terasa semua protokol sudah kami lakukan. Maka dengan begitu, berakhirlah pekerjaan kami hari ini. Alhamdulillah. Sebelum pulang, kami menunaikan ibadah sholat ashar di kantor *eeaaa kantor* :D. Kami bersyukur hari ini dapat kami lalui dengan lancar. Saya maupun Cindy menyukai apa yang kami lakukan dan berusaha bekerja sebaik mungin. Tetapi, faktor terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah do’a. Karena sebaik-baiknya usaha jika tidak diiringi dengan do’a maka akan sulit mendapat hasil yang maksimal.

Sekian curahan kami hari ini. Semoga dapat menghibur dan bermanfaat bagi para pembaca. Wassalam .. J

8 komentar:

  1. Nice post! Astagaaaa Indaaahhh... hahaha... elu mau ngelenong ape? Kok rasanya postingan gue kemaren berat banget ya habis baca catatan kalian berdua *padahal udah berusaha biar tetap ringan loh bacanya T_T

    yaelah pake sebut2 nama gue lagi, bayarrr hahaha. Btw ngedit dikit ya. Kata dasarnya 'timba' ndak pake 'h' di belakang. Buat tulisan judul harusnya 'Ditimba', siip!

    Kalo pas di Jepang tiga-tiganya dipake In, katakana, hiragana, plus kanji. Berasa deh pusingnya hohoho

    Anyway, salam yah buat Kak Rizky. Iiih, masih mirip kok kayak pas aku ke sana >.<

    Keep going and good luck!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahah.. maap mimi :D ntr aku edit.. aku buatnya subuh, jadi masih nge-fly2 gtu,. haha.
      oke gue edit :D
      tengs yaa sodara

      Hapus
    2. ooh, oke deh hahaha. siip siip (y)
      anytime :)

      Hapus
  2. Good luck my dearest students....enjoy everything to the fullest :)

    BalasHapus