Jakarta,
14 Agustus 2015
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Haloo
readers, sehat? Insyaallah selalu
yaa.. Apalagi kalau terus ngikutin cerita-cerita kita, makan sehat dan olahraga
teratur. Dijamin sehat selalu deh, hohoho..
Oke,
pagi ini kami menjalani rutinitas seperti biasanya. Sebelum jam delapan pagi
kami berangkat ke RSK Dharmais untuk melanjutkan pekerjaan kami sebelumnya.
Hari masih terbilang pagi. Namun di pagi ini telah banyak kendaraan yang
berlalu-lalang. Masyarakat pun ikut serta dalam meramaikan jalan yang selalu
kami lalui ini. Langkah demi langkah telah berayun menuju tempat tujuan. Tak
jauh berbeda, mata pun siaga untuk menoleh ke kiri dan kanan. “Rupanya
transaksi pagi telah dimulai”, pikir saya dalam hati. Di sepanjang jalan telah
dipenuhi dengan aroma masakan yang menggoda perut. Tapi, semua menghilang saat
asap knalpot menyerang. Ah..
RSK Dharmais dari luar (kiri) dan dalam (kanan) |
Seperti
biasa, RSK Dharmais selalu penuh dengan pengunjung. Dari anak-anak hingga
manula turut melengkapi keramaian pagi ini. Dari luar, parkiran telah penuh
dengan kendaraan. Mobil-mobil telah berjajar dengan rapi, lengkap dengan
penjaganya. Begitu pula dengan bagian dalam. Hampir semua kursi di lobi dan
ruang tunggu telah terisi. Dalam sehari, nomor antrian bisa mencapai 500 bahkan
lebih.
Kami
pun berjalan sambil memperhatikan sekitar, melewati kerumunan orang yang tengah
mengantri. Pagi ini saya cukup antusias. Kenapa? Karena hari ini saya akan
menyumbangkan 20 mL darah saya untuk di jadikan sample. Uuyeeee :D
Cindy
dan bu Febri hanya tertawa kecil melihat tingkah saya. “Ambil darah aja kok senang banget sih?” Saya dapat membayangan
kalimat itu sudah berkeliaran di kepala bu Febri, hahaha.
Bagi
saya, ini adalah pengalaman pertama saya mengeluarkan darah dengan sengaja. Darah saya keluar pas luka doang soalnya,
hehehe..
Selama
menunggu bu Dewi, saya bertemu dengan salah satu mahasiswi Universitas
Indonesia yang tengah melakukan PKL di RSK Dharmais sperti kami. Namanya kak
Anis. Kemudian kami berincang-bincang seputar pekerjaan kami. Kami juga
memperkenalkan Sumbawa, daerah kami tercinta. Biar gak salah lagi, kalau ngingat kemarin-kemarin Sumbawa dikirain
Sumba, huhu..
Mengingat
kak Anis dari UI, kami bertanya apakah kak Anis mengenal salah satu dari tim
iGEM UI yang kami temui di Boston, 2014 lalu saat mengikuti kompetisi iGEM (international
Genetically Engineered Machine). Ternyata kak Anis mengenal ketua tim tersebut,
yaitu kak Siska. Dan ternyata, kak Anis pun sempat mengikuti seleksi untuk
masuk ke tim iGEM UI, tapi gagal di seleksi wawancara, jelas kak Anis.
Tibalah
saatnya, jreengg jreenngg :D. Saya masuk
kedalah ruang pengambilan sample bersama bu Dewi dan pak Kasman – staf RSK
Dharmais bagian Litbang. Dikarenakan untuk melakukan praktikum ini kami
membutuhkan dua sample darah, maka pak Kasman menjadi korban kedua, hohoho.
Pak
Kasman mendapat giliran pertama dalam kesempatan bahagia ini, hehehe. Untunglah pak Kasman seorang
yang humoris, sehingga saya dan bu Dewi tak henti-hentinya tertawa. Yah, lumayan ilangin tegang, hehehe.
Tapi
melihat pak Kasman mengeluh kesakitan, saya menjadi sedikit takut, hehehe. Waduh! Bahaya nih..
Tibalah
giliran saya. Setelah mempersiapkan semua alat, bu Dewi mulai melakukan
aksinya, hoho. Saya merasakan dingin di permukaan lengan akibat diusap
menggunakan kapas yang beralkohol. Perlahan saya merasakan ujung jarum suntik
mulai menusuk kulit saya. Allahu akbar!!
Saya dan bu Dewi saat pengambilan sample darah |
Ternyata
jarum suntik telah mematahkan semangat saya, hiks. Sakit om, tante :’(
sakitnya spesial pake’ telor deh. Jadi pengen nangiss.. :’(
Saya
tak mengira sakitnya akan seperti ini. Saya menahan diri dan menyabarkan diri
tentunya. Saya berpikir, mungkin saya terlalu berlebihan. Mungkin memang gini kali yak rasanya ngambil darah, huhuhu. Tapi kok
sakit banget ya? :’(
Dan
semua pemikiran saya dalam hati buyar saat kata-kata bu Dewi menyerang. “Dek, sakit
gak apa-apa ya? Soalnya darahnya kental. Jadi ibu tekan-tekan jarumnya”. Mampus! Aaaaa... pantesan aja, kok sakitnya
gini banget :’(
Saya
hanya bisa pasrah dengan wajah lemas. Kemudian bu Dewi bertanaya sudah berapa
kali saya melakukan pengambilan darah. Spontan saya menjawab bahwa ini adalah
pertama kalinya seumur hidup saya. Memang benar, hingga umur saya 20 tahun
seperti sekarang ini, jarum suntik yang pernah singgah ke tubuh saya hanya
jarum suntik yang menghantarkan vaksin polio, yang tidak sebesar jarum yang
digunakan bu Dewi. Itu pun saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Bu
Dewi sedikit kaget dan memastikan kembali kepada saya. “Jadi ini pertama kali
nih?”
“Iya
bu. Ini jarum terbesar pertama yang sudah kenalan dengan badan saya”, jawab
saya. Kemudian bu Dewi tertawa dan berkata, “pantes aja neng, sampai tutup mata
gitu”. Hehehe, jadi malu :D. Saya hanya
tersenyum menanggapi. Tawa saya tidak bisa terlepas, mengingat masih ada jarum
yang menempel manis dan menusuk pembuluh vena saya. Astagfirullah, sabarrr..
Setelah
selesai, saya pun membawa sampel darah ke lab tempat kami bekerja. Disana telah
ada Cindy yang sudah melakukan beberapa persiapan. Yang akan kami lakukan hari
ini hampir sama dengan yang kemarin. Karena mungkin kami tidak memiliki waktu
istirahat yang banyak, saya keluar sebentar untuk membeli makan siang, juga
membeli makanan untuk bu Dewi dan pak Kasman yang telah membantu pekerjaan
kami.
Hari
ini kami bekerja tanpa didampingi bu Febri. Beliau memiliki jadwal rapat di
kantornya, sehingga tidak bisa mendampingi kami sampai selesai. Deg-degan juga sih nggak ada yang ngasih
instruksi..
Untunglah
kami bekrja berdua, sehingga jika ada sesuatu yang membingungkan dapat kami
diskusikan. Dan ternyata pekerjaan kami lebih cepat satu jam dari yang kemarin.
Alhamdulillah.. Allah telah menolong kami meyelesaikan hari ini dengan lancar.
Setelah
berpamitan dengan staf-staf yang ada, kami pun beranjak pulang. Hari ini kami
merasa sangat lelah. Apalagi saya, hikss.
Dan memang saya sedang sedikit flu, jadi badan saya terasa sedikit lemas. Apalagi darahnya udah keluar 20 mL :’). Sakitt
lagi, hiks. Sabarr sabarr..
Ternyata
tidak hanya lelah fisik, hati pun juga. Eeaaaaa,
heheheh. Bagaimana tidak, setiap hari pemandangan yang kami lihat hampir
sama, selalu terasa mengiris hati. Saya sering kali ingin menangis melihat
pasien-pasien rumah sakit ini. Pengguna kursi roda ada hampir di tiap sudut
rumah sakit. Sepertinya rasa lelah mereka telah mencapai puncak. Banyak pula
pasien yang menggunakan penutup kepala, karena kemoterapi telah merenggut helai
demi helai rambut mereka. Miriss :’(
Salah satu pasien RSK Dharmais |
Kami
sangat bersyukur kepada Allah, telah diberikan kesehatan seperti ini. Semua
keluh kami hilang saat mengingat bahwa kami jauh lebih beruntung dari mereka. Lelah
kami tidak seberapa jika dibandingkan dengan orang-orang diluar sana, yang
tidak kami ketahui. Lelah kami tidak seberapa jika dibandingkan dengan pasien
RS Kanker Dharmais yang sering kali menanggung sakit luar biasa, hanya untuk
mempertahankan hidup yang belum tentu bisa dipertahankan. Astagfirullahhaladzim..
benar-benar mengundang air mata..
Saya
menyesal sempat mengeluh saat saya tidak dapat bernapas dengan normal saat
terkena flu. Karena disini, ada orang-orang yang mungkin tidak dapat bernapas
dengan normal untuk waktu yang lama, dan hanya dapat bernapas menggunakan alat
bantu.. sedih banget liatnya :’(
Beruntunglah
kita semua yang masih diberi nikmat kesehatan oleh Allah SWT. Beribu syukur pun
kami panjatkan, karena Allah masih mau mendampingi kami dan orang-orang
disekitar kami.
Ingatlah,
Allah selalu bersama umatnya. Mintalah pada-Nya nikmat kesehatan dan
bersyukurlah untuk semua yang telah dilimpahkan oleh-Nya. Semoga kita semua,
serta seluruh pasien RSK Dharmais selalu mendapat pertolongan Allah SWT. Aminn ya
rabb..
Sekian
untaian cerita kami hari ini. Keep enjoy yaa.. byee J
Wassalamualaikum
Wr. Wb
Nice story :)
BalasHapusKok banyak ya In darahmu diambil? Aku waktu itu cuma 15 mL hihihi. Kalo versiku kemarin sebenarnya ndak terlalu sakit sih *eeeaaa* cuma aku ndak berani liat jarumnya wkwkwk.
Yaaah, gitu deh. Kerja di RSKD emang harus siap liat kondisi pasien kanker. Jadi pengingat juga supaya kita tetap hidup sehat dan mensyukuri hidup :)
Tetap semangat ya!
be pertama kali gina mi. aku pelototin juga jarumnya. asli aku hayati btl. hahaha
BalasHapusiya mimi. mkshh :)
oweeeh hahaha. iya sama2 :)
BalasHapus