Link

Minggu, 31 Januari 2016

Failed? (It’s Okay) Just Try Again!

Tsukuba, 27 Januari 2016

Assalamu’alaykum Wr. Wb
Bagaimana hari ini? Is everything going well? Tapi apapun itu, harus disyukuri, hehe.
Nah, hari ini saya dan Cindy ngelab seperti biasa. Tapi kerjaannya gak sama, hehe. Hari ini sedikit menegangkan pemirsa. Saya akan ber-elektroforesis ria seorang diri. Aduhh

Kemarin saya sudah memperhatikan langkah kerjanya, dan kemudian mencoba melakukan bersama Cindy. Yah, insyaallah bisa lah. Sementara itu, saya membereskan beberapa data sebelum saya pergi ke lab. Ruangan office sangat sepi hari ini. Hanya saya dan Mr. Shan. Beberapa orang telah ke lab, dan ada pula yang absen. Sebelum pergi, saya menyapa Mr. Shan. “Mr. Shan, I will go”. “Laboratory?” Mr. Shan bertanya. “Yes. Please, pray for me”. Ternyata penyataan saya membuat iya tertawa. “Why?” Ia bertanya. Aduh, bikin baper aja. Haha. “I will do electrophoresis now. And I’m nervouse” saya menajwab dengan wajah datar. Ia semakin tertawa meihat ekspresi saya, dan kemudian bertanya, “then, how many days left?”. “Less then 3 weeks” saya menjawab. “Oke Indah, good luck” kata Mr. Shan. Saya hanya tersenyum sambil berterimakasih dan berlalu.

Oke, untuk persiapan tidak terlalu rumit hari ini karena saya telah menyiapkan sample dihari kemarin. Nah, hari ini saya akan berjuang dengan 10 sample. Wah, bengkok nih.
Yah sebenarnya tidak terlalu sulit sih. Cuma perlu teliti aja. Dan saya harus memulai dengan perakitan alat. Kemarin ada Nagasaki-san yang bimbing, jadi tidak sulit. Sekarang? (garuk kepala), hehe.
seperangkat alat elektroforesis

Dan ternyata saya masih ingat, haha. Sebenarnya prosesnya cuma tiga sih: (1) persiapkan alat, (2), persiapkan bahan: buffer, sample dll) dan (3) jalankan programnya. Kalau bagian perakitan alat ya tinggal pasang-pasang doang sih, hehe. Yang agak ribet yang kedua, bahan. Saya harus buat buffer solution dulu dan harus hitung-hitung, hehe. Kalau sample, cuma tinggal campur-campur aja, udah deh :D. Kalo jalankan prongram, tinggal setting mesinnya aja, udah :D hahaha.

Tapi, proses masukin samplenya itu lohhhhh. Ah, melelahkan. Harus ekstra hati-hati. Kalau ceroboh, sample bisa masuk ke tempat yang salah atau bahkan bercampur dengan buffernya. Tapi Alhamdulillah, saya sukses! Haha.

Nah, setelah semua sample sudah masuk, saatnya menjalankan program. Saya harus menunggu sampai 40 menit. Dan karena sudah masuk waktu sholat, jadi saya bergegas menuju lantai tujuh di gedung sebelah.
pemandangan dari lantai 7. Labnya yang gedung kiri warna abu-abu
Prayer Room ini hanya sebatas ruangan sederhana yang bertirai sebagai pemisah antara jamaah laki-laki dan perempuan. Yah, ibadah tidak harus di tempat yang mewah kan? Tapi ahamdulillahnya tempat ini selalu bersih karena selalu ada petugas kebersihan yang mengurus. Didalamnya lengkap dengan sajadah, Al-Qur’an, tempat wudhu, rak sepatu dan tempat sampah. Tapi sekarang sudah ada satu set mukena yang diinfakkan oleh kak Nur. Alhamdulillah.



prayer room in NIMS
Selesai sholat, saya menyegarakan diri untuk kembali ke lab. Saat timer berbunyi yang menandakan bahwa 40 menit telah berlalu, saya segara menyiapkan langkah selanjutnya yaitu pewarnaan. Saya harus mencampur buffer dengan zat pewarna kemudian menutunya rapat-rapat agar tidak terkena cahaya.

Dan, inilah saat yang paling menengangkan. MEMINDAHKAN GEL. Yeah, memindahkan gel dari wadahnya dan merendamnya di zat pewarna. Waduh, kemarin saat saya mencoba bersama Cindy, saya merusak sebagian gelnya :’( jadi hari ini saya sedikit takut, hikss. Dan mungkin karena saya panic dan tidak ada orang yang menemani, saya sedikit gugup. Saya mencoba membuka secara perlahan agar gel didalam plate tidak rusak. Gel nya tipis dan rapuh, hiks. Akhirnya saya berhasil mengangkat plate bagian atas. Tersisalah gel dan plate penyangga bagian bawah. Tapi saya membuat suatu kesalahan yang fatal….

Saat saya hendah mengangkat gel menggunakan tangan dan spatula, gelnya rusak. Huaaaaa :’( yang ini lebih parah. Kemarin, yang rusak hanyalah bagian samping kiri menuju tengah. Tapi sekarang gelnya terbelah dua. Saya sudah panic setengah mati. Ah.. astagfirullah. Mana tidak ada orang yang dapat saya ajak bicara.

gelnya rusak, hiks :'(
Akhirnya dengan pasrah dan lesu, saya memindahkan secara perlahan bagian-bagian gel tersebut kedalam kotak berisi zat pewarna dan menggoyangkannya selama 20 menitan menggunakan shaker.

Dengan wajah putus asa, saya melihat handphone yang telah bergetar menadakan waktu ashar yang tinggal 5 menit lagi. Saya pun meninggalkan lab secepat mungkin. Kalau saya berlama-lama di lab dengan kejadian yang membuat saya lesuh tersebut, saya bisa stress, hehe.

Oke, saatnya mengisi energy dengan beribadah. Rasanya saya ingin berlari sekencang mungkin, atau bahkan terbang agar saya segera sampai ke prayer room. Saya ingin mengeluarkan semua kegelisahan dan kekhawatiran saya. Saya ingin curhat kepada Allah :’(

Setelah sholat, saya mencoba menenangkan diri dengan beristigfar berkali-kali. Ah, cukup Allah yang tau curhatan saya. Saya hanya ingin memnghabiskan waktu menunggu saya di ruangan ini. Yang jelas, saya sekarang menjadi lebih tenang. Alhamdulillah.

Setelah itu, saya kembali ke lab dengan perasaan yang lebih tenang dari sebelumnya. Oke, apapun hasilnya, tawakal. Hehe. Saya sudah berencana untuk meminta ke Yamazaki-san untuk mengulang praktikum ini. Lembur? Oke! Saya siap apapun itu.

Kemudian saya mempersiapkan mesin untuk memotret gel yang saya rendam sebelumnya. Dengan hati-hati, saya mencoba memindahkan gel ke mesin dan menyusunnya. Ada beberapa bagian yang hilang ternyata. Karena warna gelnya bening, larutan pewarnanya juga bening, jadi sedikit sulit untuk mencari. Yasudahhhh… tawakal.

Dan ternyata hasilnya pun tidak sesuai keinginan, hiks. Saya menelpon Yamazaki san untuk memberitahu apa yang sudah terjadi. Tak lama, Yamazaki san pun muncul. Dengan pasrah saya memberitahukan bahwa saya tidak sengaja merusak gelnya. Sekaligus saya meminta izin untuk mengulang lagi. Tapi beliau bilang tidak perlu, karena hasilnya negative. Ah, itu membuat saya sedikit kecewa.

Lalu setelah membereskan semuanya, saya kembali ke office dengan wajah yang tidak terlalu berbeda, heheh. Sampai office, Mr. Shan bertanya “how about the result?”. “Not good. And also the gel broken” saya menjawab dengan pasrah. “It’s oke. Don’t worry about that. You can try it again” Ia membalas. Dan saya hanya tersenyum. Ah, tak apa lah. Thanks Mr. Shan.

Dan dengan semua kegalauan, saya dan Cindy bergegas pulang ke Ninomiya. Kami masih memiliki satu misi lagi, yaitu membuat video presentasi untuk mata kuliah Nanobioteknologi. Ah..

Sesampainya di Ninomiya, saya dan Cindy langsung menuju ke lantai dua: Library. Kami menghabiskan lebih dari 3 jam untu membuat video berdurasi 15 menit ini. Kami harus selesai sebelum pukul 11 malam, karena lampu akan mati secara otomatis.

Setelah beberapa kali mengulang, akhirnya kami pun selesai. Dan menyerah juga, hehe. Kami kembali ke kamar dan bergegas makan. Hahah. Iya laparnya udah level atas nih. Sementara Cindy mengedit video, saya menyiapkan makan malam. Ternyata editingnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat sadar, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan mata saya sudah tidak kuat lagi. Alhasil, saya tidur. Gomen ne Cindy san…

Ah, hari yang benar-benar menguras tenaga, pikiran serta batin, hehe. Tapi terlepas dari apapun itu, harus tetap disyukuri kan? Alhamdulillah. J
Oke, sekian cerita dari saya. Byee..

Wassalamualaikum Wr. Wb.

A hectic Day with Electrophoresis

Tsukuba, 24 Januari 2015
Assalammualaikum mina san
Mina san wa ogenki desu ka? Watashi wa genki desu
Masih dengan cerita saya dan Indah dari tanah rantauan. Semoga tidak bosan ya membacanya J Jepang masih seperti biasa, masih dingin, musim dingin masih akan berlangsung mungkin hingga bulan Maret nanti. Tapi saya dan Indah akan merasakan dinginnya kota Science Jepang ini tinggal menghitung minggu. Bulan Januari sudah di penghujungnya, hari selasa ini merupakan hari ke 65 saya dan Indah tinggal di Jepang, menjalani proses internship kami dengan sungguh-sungguh.
Cerita kami kali ini bukan tentang jalan-jalan atau petualangan, baru hari Selasa, libur masih 4 hari lagi. Udah mau libur aja Cin :D Di NIMS khususnya di bagian lab saya dan Indah, hari Selasa berarti Clean Lab Day (hari bersih-bersih lab), agenda yang tidak pernah terlewatkan bagi kami berdua semenjak awal kedatangan kami ke NIMS.
Hari ini Miku-san ternyata menginap di Ninomiya House, jadi saya dan Indah tidak berangkat berdua ke kantor. Miku-san sudah menyewa sepeda di apartemen, kami bertemu Miku-san tepat di parkiran. Yosh, kami pun segera tancap pedal menuju ke kantor. Di tengah perjalanan saya memberitahu Miku-san kalau saya dan Indah akan langsung ke lab untuk membersihkan lab. Miku-san mengangguk dan akan ikut bersama kami.
Seperti biasa, saat membuka pintu lab orang pertama yang selalu kami jumpai setiap selasa pagi di lab adalah Hattori-san. Hattori-san selalu datang lebih awal daripada staff lainnya di lab.
Ohaiyo gozaimasu” ucap kami kepada Hattori-san
“Ohaiyo gozaimasu” balas Hattori-san dan tersenyum kepada kami.
Tanpa perlu diberi komando, kami bertiga langsung mengambil posisi masing-masing. Saya selalu memilih untuk mengumpulkan sampah-sampah yang ada di bak sampah di dalam lab dan kemudian meletakkan plastik sampah yang baru. Indah dan Miku-san segera mengambil handuk kecil dan srottt, srott menyemprotkan alkohol 70% untuk membersihkan meja.
Tidak beberapa lama, Hoshi-san dan Nagasaki-san tiba lab. Pekerjaan sudah hampir beres semuanya. Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan lab tersebut, apalagi sekarang personelnya sudah bertambah lebih banyak. Suasana gotong-royong yang diterapkan di lab ini sangat terasa nuansanya. Membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai.
Usai membersihkan lab, kami bertiga kemudian menuju ke office. Di sana sudah ada Yamazaki-sensei dan beberapa staff lainnya. Kohara-san belum datang hari ini. Kemarin Kohara-san bilang akan datang ke kantor setelah makan siang.
Sensei kemudian mendekati saya dan Indah dan mengingatkan jadwal kami berdua hari ini. Hari ini saya dan Indah akan melakukan eksperimen bersama lagi setelah sekian lama berpisah. Saya akan bermain lagi dengan elektroforesis untuk kedua kalinya, tapi bagi Indah ini adalah kali pertamanya.
“Cindy dan Indah, jangan lupa untuk melakukan elektroforesis hari ini, kalian pakai TBE Buffer yang baru di buat Kohara-san” kata sensei kepada kami berdua.
“Haik, tapi saya tidak tahu di mana Kohara-san menaruh TBE Buffer baru tersebut” jawab saya kemudian.
“That’s the good question, saya juga tidak tahu, ya sudah tunggu dulu sampai Kohara-san datang” jawab sensei lagi.
Saya kemudian menatap Indah sambil memikirkan kata-kata sensei “that’s the good question”.
Kami kemudian melanjutkan aktivitas kami berdua sambil menunggu Kohara-san. Saya memilih membaca jurnal yang diberikan sensei, sementara Indah berkutat dengan datanya. Setelah itu pukul 11.00 a.m saya kembali lagi ke lab untuk melakukan eksperimen saya hingga siang. Kemudian dari lab langsung menuju ke lantai 7 gedung kantor. Saat kembali ke office saya mendapati sebuah note yang di tulis Indah tertempel di meja saya. Indah dan Miku-san sudah pergi ke kafetaria dan meminta saya menyusul mereka.

Kafetaria sudah dipenuhi banyak orang. Di tengah keramaian tersebut saya berusaha mencari Indah dan Miku-san. Ternyata di sana ada Magae-san, Nagasaki-san dan Yuke-san. Wah, anggota wanita Yamazaki-group hanya kurang Kohara-san ini. Saat saya tiba, mereka semua sudah hampir menghabiskan makanan mereka. Saat saya membuka bekal makanan saya, Nagasaki-san langsung tertarik dengan lauk yang saya bawa.
“Wah ikan, ini jenis ikan apa? Tangkap di sungai atau di laut? Tanya Nagasaki-san, antusias seakan saya yang menangkap ikan tersebut.
“Saya beli di KASUMI” jawab saya.
“Wahh KASUMI,, oke-oke” jawab Nagasaki-san kemudian.
Entah kenapa Nagasaki-san bertanya dengan antusiasnya, padahal lauk yang saya bawa tidak begitu spesial. Hanya ikan lajang kecil yang saya beli di KASUMI seharga 200 yen yang kemudian dipindang dan di cocol pakai masin (sambal udang khas Sumbawa). Hehehe, #ketahuan deh lauknya.
Usai mengkeppo lauk saya Nagasaki langsung terlibat percakapan dengan yang lainnya, kecuali saya dan Indah. Saya dan Indah sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, sesekali kami berdua saling lirik dan menahan tawa karena tidak mengerti satu kata pun.
Makan siang pun usai, kami kembali ke office. Dari ujung gedung seseorang melambai-lambai ke arah kami, terlihat samar siapa itu, namun akhirnya saya mengenali itu Kohara-san.
“Kohara-san” panggil saya
Kemudian bergegas masuk ke dalam office dan mengambil notebook dan pergi menyusul Kohara-san. Nanti aku nyusul kata Indah kepada saya. Oke, jawab saya dan pergi.

Electrophoresis!
Setiba di lab, saya menanyakan Kohara-san perihal buffer yang akan kami gunakan untuk eksperimen kali ini. Kohara-san kemudian mempersiapkannya.
“Cindy-san ini 5x TBE buffer, kamu encerkan jadi 1x ya, nanti bukanya di dalam clean bench karena ini sudah difilter” jelas Kohara-san kepada saya.
“Haik, Kohara-san” jawab saya mantap dan hitungan volume pengenceran buffer tersebut benar kepada Kohara-san.
Saat saya hendak menggunakan bench, Miku-san tengah menggunakan bench. Saya kemudian meminta izin kepada Miku-san untuk mengencerkan buffer tersebut di dalam bench. Tidak butuh beberapa lama, pengenceran pun selesai. Di saat ini saya tidak menyadari bahwa saya telah membuat kesalahan yang lumayan mempengaruhi proses eksperimen.
Usai menyiapkan buffer, tiba saatnya bagi saya dan Indah mempersiapkan sampel yang akan di elektroforesis. Saat mencoba men-setting alat, saya malah bingung sendiri caranya karena kali ini kami me­-running dua gel secara bersamaan. Kami berdua sungkan bertanya kepada Kohara-san karena dia sedang mengerjakan eksperimen yang lain. Melihat kami berdua, Nagasaki-san kemudian membantu kami mulai dari merangkai alat hingga meng-apply sampel. Saya dan Indah melakukan prosesnya secara bergantian. Namun saat memasukkan sampel milik saya, malah sampelnya tidak tepat masuk ke dalam well dan berceceran ke mana-mana dan masuk ke well lain. Lagi, saya berusaha bertanya kepada Kohara-san, tapi Kohara-san terlihat sibuk.
Untungnya, Magae-san menghampiri saya dan memberikan solusi. Ternyata buffer yang kami masukkan kurang, itulah mengapa sampel yang saya masukkan berceceran tidak masuk ke dalam well dengan sempurna. Usai meng-apply semua sampel termasuk sampel milik Indah, kami berdua kemudian me-running gelnya selama 40 menit. Kali ini Kohara-san sudah selesai dengan pekerjaannya dan dapat kami ganggu. Kohara-san memastikan proses running gel berjalan.
“Cindy-san, besok saya akan mengajarkan kamu bagaimana cara melakukan ELISA untuk deteksi immunoglobin E dan G, ini protokolnya, nanti kamu fotocopy dan kembalikan lagi ke saya. Jadi hari ini kamu tolong lakukan persiapan untuk besok” jelas Kohara-san
“Baik Kohara-san” jawab saya.
“Satu lagi, kamu akan menggunakan jenis pewarna berbeda untuk mewarnai gel-mu (elektroforesis) kan, mari sini saya tunjukkan tempatnya” lanjut Kohara-san. “Kamu harus hati-hati menggunakan pewarna ini, pakai sarung tangan dan kaca mata, ini berbahaya” lanjut Kohara-san. “Lalu nanti, kamu akan menggunakan mesin di sana untuk mengambil gambar hasil elektroforesis mu” tambahnya lagi.
“Ah, iya Kohara-san, sekarang sudah jam 3, saya bisa bertanya kepada Magae-san” jawab saya.
“Oke baiklah, saya pulang dulu, ingat jangan lupa persiapkan untuk ELISA besok dan hati-hati menggunakan pewarna gel, pakai sarung tangan dan kaca mata, jangan lupa untuk mengecek gel mu juga” jelas Kohara-san mengulang lagi pekerjaan yang harus saya kerjakan sore itu.
Sejujurnya kepala saya pusing dengan rentetan tugas itu. Saya kemudian mulai mengerjakan satu persatu pekerjaan saya.
“Cindy-san, saya akan mengajarkan mu cara menggunakan alat untuk mengambil gambar hasil elektroforesis” Magae-san menghampiri saya.
“Ah iya, Magae-san, tapi saya mau mempersiapkan untuk ELISA dulu” jawab saya.
“Oke baiklah, saya akan ke kantor dulu mengambil tas, nanti saya kembali” jawab Magae-san.
Tidak beberapa lama, Magae-san kembali dan saya baru saja menyelesaikan proses persiapan ELISA saya. Setelah itu saya dan Magae-san mengecek sampel yang tengah dielektroforesis.
“Ini hasilnya tidak bagus, seharusnya pitanya berpisah” jelas Magae-san.
Saya kaget melihat hasilnya. Proses running gelnya sudah hampir selesai, tapi hasilnya belum menunjukkan bahwa proses tersebut akan selesai. Kami berdua mengecek protokol kerja. Tidak ada yang salah, semuanya sesuai yang tertulis di kertas. Sudah hampir pukul 16.00, saya dan Magae-san masih belum menemukan letak kesalahan proses tersebut. Hingga pada akhirnya, buffer kami habis dan saya hendak mengencerkannya lagi, saya baru sadar, bahwa saya telah dikecohkan oleh satuan volume.
Seharusnya saya mencampurkan 140 mL 5x TBE Buffer ke dalam 560 mL air. Namun yang saya lakukan adalah saya mencampurkan 1400 uL (1,4 mL) 5x TBE Buffer. Saya menjelaskan kepada Magae-san dan setelah itu membuat buffer yang baru. Indah sudah bergabung lagi di lab. Magae-san kemudian membantu kami menjalankan lagi proses running gel elektroforesis tersebut, setelah itu Magae-san pulang, tersisa hanya saya dan Indah di lab.
Kesalahan yang saya lakukan memang tidak terlalu fatal, namun cukup membuat waktu pulang kami lebih lama. Kami harus menunggu selama 40 menit lagi hingga proses running gel selesai. Mungkin sensei bertanya-tanya kenapa saat beliau tiba di lab pukul 5 lebih pekerjaan kami belum juga selesai. Itu semua karena kesalahan saya. Karena terburu-buru jadinya saya tidak begitu memperhatikan apakah yang saya lakukan sudah sesuai apa tidak.
Indah dan Sensei sedang melihat hasil elektroforesis
Namun terlepas dari itu semua, saya banyak belajar dari apa yang terjadi hari ini. Mulai dari semangat gotong-royong, apresiasi, semangat membantu dengan sukarela yang ditunjukkan oleh orang-orang di lab adalah beberapa hal dari sekian banyak pelajaran yang bisa saya ambil hikmahnya dari orang-orang Jepang. Saya juga belajar dari kesalahan yang terjadi, sebagai bahan muhasabah diri untuk menjadi lebih baik ke depannya.




Jumat, 29 Januari 2016

Petualangan: Melawan Angin menuju Masjid Tsukuba, Yuk Bantu Donasi!

Tsukuba, 24 Januari 2016

Selamat pagi minna-san. Ogenki desu ka?
Semoga selalu sehat dan ceria ya ;)

Bagaimana agenda hari minggunya? Hayo, yang anak kos pasti agenda wajibnya nyuci, atau ada yang pergi liburan? Apapun agendanya semoga menyenangkan.

Hari minggu kemarin, saya dan Indah pergi lagi ke Masjid Tsukuba. Hari ini ada kegiatan Forum Keluarga Muslim Indonesia di Tsukuba (FKMIT) yakni pemilihan ketua baru FKMIT. Ini adalah kali ketiga saya dan Indah menginjakkan kaki di masjid lagi. Pukul 10.00 kami berangkat menuju apartemen Mbak Fiqoh, Kami berjanji akan berangkat bertiga ke masjid.

Mbak Fiqoh mempersilahkan saya dan Indah masuk ke apartementnya. Sambil menunggu Mbak Fiqoh saya meminjam microwave Mbak Fiqoh untuk memanaskan kopi dalam tumbler yang cepat sekali dingin.
"Oh iya Cindy dan Indah, kalian dapat titipan dari Pak Ikhtiar"--salah satu peneliti Indonesia di NIMS-Sengen, juga.
"Apa mbak? tanya kami berdua

Mbak Fiqoh kemudian mengambil sebuah kotak
"Ini oleh-oleh dari Pak Ikhtiar pas beliau pergi konferensi" lanjut Mbak Fiqoh sambil memberikan kotaknya kepada Indah
Dark Chocholate, hadiah dari Pak Ikhtiar


Oleh Indah, kotak tersebut langsung dibuka. Mata kami berdua langsung berbinar-binar melihat isi kotak adalah coklat-dark chocholate-lebih tepatnya.

Usai menyantap coklat tersebut, kami pun bergegas menuju masjid. Kami sudah telat sebenarnya. Kami bertiga pergi menggunakan sepeda. Mbak Fiqoh bilang perjalanannya tidak akan sampai 1 jam kok, cuma 40 menit, setelah kami bercerita pengalaman tersesat 2 jam menemukan masjid. Hehehe

Yosh, yang semangat goesnya. Petualangan kami hari ini nampaknya lebih berat dari pada biasanya. Pasalnya kami harus mengayuh sepeda lebih kuat karena hari ini angin bertiup kencang. Semakin menambah dinginnya kota science Jepang ini. Di tengah angin yang bertiup kencang, kami bertiga harus melewati jalan yang bagian kiri-kanannya dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Tsukuba bukanlah kota seramai Tokyo, yang dikelilingi oleh gedung-gedung menjulang. Kota Science Jepang ini masih terjaga kealamiannya, dikelilingi oleh bukit dan pegunungan, serta masih banyak tersedia lahan kosong. 

Kami mengayuh sepeda dengan tenaga penuh. Angin bertiup kencang sementara kami menuju arah berlawanan dengan arah angin. Pohon-pohon disamping jalan ikut bergemuruh karena tiupan angin.
Saya yang sudah tidak lagi kuat mengayuh sepeda melawan angin tersebut akhirnya memilih berhenti mengayuh. Indah dan Mbak Fiqoh sudah cukup jauh di depan. Tidak beberapa lama Indah juga memilih berjalan kaki. Kami berdua berjalan beriringan sambil memanggil Mbak Fiqoh yang sudah jauh di depan. Mbak Fiqoh berhenti dan menunggu kami berdua. Sesekali saya melirik ke arah pohon-pohon disamping jalan yang jika roboh akan menutupi jalan. Perasaan ngeri menggelayuti. Kami baru setengah perjalanan melewati barisan pohon yang berderet rapi tersebut.

Karena khawatir dengan kecepatan angin yang kurang bersahabat pagi itu, kami memutuskan untuk melewati jalan di perkampungan saja yang lebih aman. Angin memang kurang bersahabat dengan kami pagi itu, melewati persawahan kami tidak kuat lagi mengayuh sepeda dan akhirnya berjalan kaki. Dari pada nanti ketiup angin juga seperti jemuran warga, hehehe :D Melewati perkampungan ini kami masih melihat kekhasan dari Jepang, mulai dari rumah yang terbuat dari kayu dan arsitektur serta ornamennya, tanaman-tanamananya, kuburannya. Ini baru benar-benar keliatan kalau lagi di Jepang. Dreamers pasti tahu serial animasi Doraemon atau Sinchan kan, rasanya itu kayak jalan-jalan di sekitar rumahnya Nobita atau Sinchan yang banyak gang-gang gitu.

Setelah berjalan beberapa menit dan dilanjutkan dengan mengayuh sepeda lagi, Alhamdulillah kami tiba di Masjid Tsukuba dengan selamat. Acaranya sudah di mulai, sudah banyak keluarga muslim yang hadir. Ketua FKMIT yang baru pun sudah dipilih. Selamat untuk ketua FMIT yang baru. Saat kami tiba acara yang sedang berlangsung adalah mendengarkan laporan pertanggungjawaban oleh ketua FKMIT yang lama, yang kemudian dilanjutkan dengan kultum dan makan siang bersama.
Forum Keluarga Muslim Indonesia di Tsukuba 
Bagi saya dan Indah, ini merupakan momen yang akan kami rindukan nantinya, Kebersamaan, kekeluargaan, suka cita bersama dengan orang-orang hebat Indonesia ini. Saya sama sekali tidak pernah membayangkan akan mendapatkan pengalaman seperti ini di negara ini.

Usai makan dan sholat dhuhur bersama, acara silahturrahmi ini pun usai. Saya, Mbak Fiqoh, dan Indah mohon pamit. Setelah dari Masjid Tsukuba kami berencana mampir di rumah sister Japannese kami yang sudah menolong menemukan masjid. Hayo dreamers ada yang ingat? 

Hari minggu kemarin, sekali lagi kami menikmati suasana Jepang, saat pulang melewati jalan yang sama, melewati perkampungan. Angin masih bertiup kencang, tetapi perjalanan pulang kami lebih mudah, karena tidak lagi harus berlainan arah dengan hembusan angin. Tapi sebelum mampir di rumah sister Japannese, kami bertiga mampir terlebih dahulu disebuah padang rumput berwarna coklat di tengah kampung. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk berfoto-foto. Hehehe.
Subhanallah :)
Masya Allah, indah sekali ciptaan Allah. Angin masih bertiup kencang, semakin menambah keindahan yang tercipta ditengah padang rumput tersebut. Puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah sister Japannese kami, Chio-san. Kami tidak menemukan Chio-san di rumahnya, hanya ada Ayah dan Ibunya. Merkea berdua ternyata masih mengenali saya dan Indah. Dengan bantuan Mbak Fiqoh sebagai translator kami menjelaskan maksud kami mampir, memberikan permen susu khas Sumbawa kepada Chio-san dan keluarganya. Setelah itu kami pun pamit. Ibu Chio-san menawarkan kami untuk minum teh terlbih dahulu, tapi karena sudah hampir sore kami menolak, perjalanan kami masih jauh.
Capture the moment
Usai dari rumah Chio-san kami bertiga menuju toko China yang berada di dekat Kampus Universitas Tsukuba. Di toko tersebut menjual beberapa produk makanan halal dan juga produk yang berasal dari Indonesia, misalnya mie instan, coklat, jagung, bumbu sate, soto, dll. Awalnya sempat kalap mau beli mie instant, tapi berfikir lagi masa di Jepang makan mie instan juga, kan bukan perbaikan gizi namanya. Apalagi kalau lihat harganya 100an yen (lebih dari 10.000 rupiah). Niat pun diurungkan. Sisi berhemat kami berdua muncul, hahha

Dari toko tersebut, kami kembali mengayuh sepeda menuju SEIYU (salah satu supermarket favorit kami). Kali ini bukan untuk belanja, melainkan untuk menambah angin sepeda. Jadilah 3 mahasiswi Indonesia ini menjadi "montir" sesaat. Tekniknya tidak terlalu yakin benar apa tidak, yang penting angin masuk, kepala kejedot stang sepeda saat bangun pun tidak masalah. Hihihi
Cie, jadi montir dadakan



Anyway, sekian dulu ya teman-teman cerita petualangan saya dan Indah plus Mbak Fiqoh hari ini, semoga terhibur ^_^

Oh iya sebelum itu, for your information, satu-satunya masjid di Kota Science Jepang ini akan segera dibangun bagunan barunya. Alhamdulillah izin pendirian masjid sudah di kantongi, bagi saudara-saudara atau teman-teman yang ingin menyisihkan pendapatannya mari donasikan untuk pembangunan Masjid Tsukuba. Insya Allah, semoga ini menjadi salalh satu amalan terbaik kita di dunia ini.Aamiin.


Selasa, 26 Januari 2016

Lab & Dapur: Tempat Bertempur dan Bereksperimen!

Tsukuba, 25 Januari 2016
Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, udah masuk akhir januari nih. Wah, gak terasa banget ya. Bentar lagi pulang dehh :D

Nah, hari ini kami melakukan eksperimen di dua tempat loh. Yah, lab dan dapur, haha. Siapa bilang bereksperimen hanya bisa dilakukan di lab? Di dapur juga bisa, apalagi buat cewe :D kalau di lab, mainnya sama reagen, sel, pipette, suntik dkk. Kalau di dapur ya sama bumbu, ikan, panci, kompor, pisau dan perangkat lainnya, hahaha. Yah, beda tipis lah.

Hari ini tidak sesibuk hari-hari kemarin. Saya hanya melakukan preparasi untuk praktikum esok hari. Tapi butuh waktu lama sih, hehe. Sampel yang akan saya uji harus di inkubasi dulu untuk beberapa waktu. Jadi saya harus menunggu selama 1 jam, 2 jam, 4 jam dan 24 jam. Bored? Sure!

Ditambah lagi, hari ini saya melakukan semuanya seorang diri. Sedih? Dikit. Cindy dan Kohara-san melakukan pekerjaan yang lain, sehingga jadwal kami juga berbeda. Dan akhirnya, saya makan siangnya sendiri, hiks. Karena jadwl yang berbeda itu, saya tidak dapat makan di waktu istirahat bersama mereka. Yaudah, jadi saya buat jam makan sendiri, hehe.

Tapi, walaupun makan seorang diri, saya tidak mempercepat durasi saya mengunyah dan menelan makanan. Saya hanya makan sambil menikmati suasana kafetaria ini. Di dalam sini tidak terlalu ramai rupanya. Mungkin karena jam makan siang telah usai, orang-orang telah kembali menekuni aktifitas mereka.

Setelah makan, saya pun kembali ketempat dimana seharusnya saya berada: Lab. Yah, saya masih punya tanggung jawab kepada sampel-sampel saya yang tengah menikmati kehangatan didalam incubator.

Tak lama setelah itu, alaram penunjuk waktu ashar pun berdering. Saya pun pergi menuju lantai tujuh di bangunan yang berbeda untuk menunaikan sholat. Selepas itu, saya kembali ke kantor untuk mencari sesuap nasi, eeeaaa. Haha, gak kok. Saya kembali untuk mengambil barang yang tertinggal. Lalu saya kembali lagi ke lab.

Akhirnya, waktu menunggu telah selesai untuk hari ini. Yang tersisa hanya sampel dengan 24 jam inkubasi. Berarti jadwalnya besok, hehe. Yosh! Ini waktunya pulaaangggg…
Selesai sholat magrib, saya kembali lagi ke kantor untuk berkemas. Sepertinya saya akan pulang sendiri malam ini, karena Cindy masih memiliki pekerjaan di lab. Tapi untungnya ada Miku-san. Ia juga akan pulang ke Ninomiya House. Alhamdulillah

Karena Miku tidak memiliki sepeda (sedangkan saya ada), saya memutuskan berjalan dan menuntun sepeda saya. Miku-san tidak jauh berbeda dengan gadis-gadis jepang pada umumnya. Berkulit putih dan bermata sipit memang menjadi salah satu indicator. Tapi Miku sangat imuuutt, hehe. Gemes banget litanya.

Kami berbicara dan tertawa sepanjang jalan. Walaupun cuaca sangat dingin, tapi kami menikmati bagaimana asap keluar dari mulut kami ketika kami melakukan hal tersebut. Kami membicarakan banyak hal, dan yang paling dominan adalah mengenai makanan, hehe. dan pembicaraan itu merujuk pada sebuah rencana: shopping dan masak bareng. Hahah. Biasalah, ibu-ibu rumah tangga. Dan menu yang akan kami buat adalah sushi dan takoyaki. Yeeee ^^

Maklum lah, kemarin kan udah ikut sushi class. Nah sekarang waktunya untuk bereksperimen :D. Saya juga menjanjikan Miku untuk menemaninya ke super market langganan saya dan Cindy. Itu loh, yang murah ituuu :D

Sesampainya di Ninomiya, saya tidak langsung kembali ke kamar. Saya mampir ke office terlebih dahulu. Saya berniat untuk meminjam salah satu ruangan di Ninomiya House – Assembly Hall – yang akan digunakan sebagai tempat meeting anak-anak PPI. Tempat ini boleh disewa oleh siapapun yang membutuhkan. Tapi, katanya kalau “orang dalam” yang menyewa, harganya lebih murah.

Wah, bener juga sih. Tarifnya hanya 158 yen per jam. Dan kami hanya akan menggunakannya selama 5 jam. Tapi fasilitasnya lengkap loh. Saya harus mengisi form terlebih dahulu. Form ini meminta saya untuk menulis seputar tujuan dan waktu kegiatan. Serta fasilitas yang dibutuhkan seperti dapur, kursi, papan, screen dan sebagainya, tinggal centang aja di kolomnya. Tapi karena saya sedikit tidak yakin untuk beberapa hal, saya memutuskan untuk membawa formnya terebih dahulu.

Miku san turut serta menemani saya ke office. Dan Miku menyewa sepeda! Haha. Akhirnya. Tapi sempat nggak enak juga sih. Soalnya saya pernah dan mungkin sering bilang kalau saja Miku punya sepeda, kita bisa jalan-jalan bertiga. Dan lucunya, Miku memberitahu saya dengan wajah yang sangat gembira, semangat juga sangat lega. Seakan iya telah melakukan sesuatu yang luar biasa, haha. Miku-san sugoi ne :D

Setelah semua urusan beres, kami pun kembali ke kamar masing-masing. Saya langsung melirik kulkas saat masuk kedalam apartemen. Hehe. saya melihat jagung yang saya beli kemarin seakan tersenyum dan meminta untuk dimakan. Oke! Eksperimen dimulai.

Saya memasak apa yang bisa saya masak dan insyaallah cukup layak untuk dimakan. Hehe. Mengingat kemarin kami telah menghadiri sushi class, ini saatnya bagi saya untuk mengaplikasikannya. Saya menyiapkan beberapa bahan yang dibutuhkan seperti nasi, nori (rumput laut), bawang, cabai, jagung, ikan dan tak lupa: MASAKO! Hahaha.
Dan beberapa menit kemudian, jrengg jrenggg:

(After) ini enak loh, seriusan ^^
yang ini bahan mentahnya (before), hehe
Bagaimana? Menggoda bukan? Haha. Ini enak loh, bagi saya tentunya. Iyalah, kan yang masak saya. Kalau bukan saya yang bilang enak, siapa lagi? Haha. Aduh mirisnya.
Setelah menyajikan hasil eksperimen saya di atas meja, saya membereskan beberapa hal yang harus saya bereskan. Yah, itung-itung sambil nunggu Cindy pulang, biar bisa makan samaan. Duh, so sweet banget In.

Dan akhirnya Cindy pun pulang. Yeeee. Dalam hati” yess makan”. Haha, gak kok. Dan tanpa aba-aba lagi karena lapar sudah menguasai, kami mun menyegerakan untuk makan. Alhamdulillah. Semua habis pemirsa. Kami berjuangnya sampai tetes terakhir, haha.

Setelah makan, saya tidak langsung tidur, hehe. Saya harus menyiapkan beberapa laporan untuk diberikan kepada Yamazaki-san besok pagi. Dan setelah hampir satu jam berlalu, saya tidak dapat menahan kantuk pemirsa. Untungnya kerjaan sudah beres. Alhamdulillah.
Saatnya menutup mata untuk beristirahat. Oyasuminasai ^^

Wassalamualaikum Wr. Wb

Minggu, 24 Januari 2016

Korban Cuaca Akhir Pekan

Tsukuba, 23 Januari 2016

Assalamualaikum Wr. Wb
Minna san, ogenki desuka? Semoga selalu dalam lindungan Allah ya ^^
Wah udah hari sabtu aja, perasaan hari senin baru kemarin. Padahal dalam hati: YES! LIBUR! Haha. Yah begitulah. Hari kerja hanya 5 hari, senin-jum’at dan selebihnya libur. Asik kan? Hehe. Tapi disini waktu seperti berlari, bukan berjalan. Waktu berlalu begitu cepat. Jam 5 sore terkadang matahari telah menghilang. Jadi semua terasa sangat singkat.
Oke, memang tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Allah selalu menyertakan kekurangan dalam setiap kelebihan, dan begitupun sebaliknya. Jadi disyukuri saja :D

Ini adalah hari yang saya dan Cindy tunggu diawal minggu ini loh. Bukan karena liburnya ya, hehe. Tapi berdasarkan prediksi cuaca, hari ini akan ada hujan salju. Uyeeeee ^^
Kohara-san dan Yamazaki san juga mengingatkan kami bahwa dihari sabtu ini akan ada salju dan cuca akan sangat dingin. Saya dan Cindy hanya tersenyum dengan mata berbinar. Dalam hati berkata, eeaaaa : yaudahlah yah, dingin juga gak papa. Kapan lagi coba? :D. Tapi……

Flashback H-1 sebelum hujan salju
Nah, selepas culture class di Ninomiya, saya dan Cindy menyempatkan diri untuk mampir ke North Lounge untuk memandaatkan fasilitas yang ada: wi-fi gratis, hehe. Yah, taka da Telkom, North Lounge pun jadi, hahaha.

Saya turun memastikan cuaca esok yang “katanya” akan bersalju. Dan ternyata benar pemirsa. Suhu terrendah ditanggal 23 esok hari sekitar -6 drajat Celsius. Wah, dingin banget pasti. Malam ini aja udah -2 (menggigil). Tapi kalau disini, biasanya kalau hujan cuaca tidak terlalu dingin loh. Gak tau juga kenapa. Perasaan aja kali ya, hehe.

Saat kembali ke kamar dan hendak tidur, saya sengaja membukan horden jendela agar saya dapat langsung melihat pemandangan luar esok hari, hehe. Niat banget kan? :D. Ngarepnya sih, besok pas bangun, jalanan udah putih semua, hahaha.

Hari yang “katanya” akan turun salju
Dari sebelum tidur sampai sekarang (bangun tidur), saya terus melihat ke jendela. Tpi semua tampak seperti biasa-biasa saja. Mulai merasa aneh. Tak puas, saya pun bangun dan membuka horden agar dapat langsung melihat jalanan dibawah. Aneh. Lah, saljunya mana??????

Ah, mungkin lagi otw. Belum sampai Ninomiya kali ya. Mencoba ber-positive thinking dan menenangkan diri. Akhirnya saya pun bangun dan menuju dapur untuk mencari segelas air. Setelah kumur-kumur dan minum, saya mendekati jendela lagi. Deg-degan. Oke, mungkin belum. Mencoba tegar. Lalu saya ke kamar mandi untuk mandi (iyalah). Berjalan sambil melirik jam (09:00). Oh, masih pagi ya. Mungkin saljunya akan turun sebentar lagi. Cuaca juga tampak mendung. Mencoba lebih tegar.

Setelah mandi hampir setengah jam, saya pun bersiap untuk pergi ke NIMS. Rajin? Nggak kok, haha. Saya harus mengambil data di kantor untuk keperuan laporan minggan. Yah, itung-itung berolah raga. Dengan baju yang berapis + jaket (karena pasti dingin), saya mempersiapkan diri dengan salju yang akan saya temui nanti. Masih ngarep dan belum nyerah.

Saat membuka pintu apato (apartemen), angin yang kencang langsung menyambut saya. Waduh!. Saya mampir sebentar ke North Lounge untuk mengecek cuaca “lagi”. 6 drajat celcius, medung. Oke. Terus salju yang semalam mana??????? Argh! Jadi korban cuaca deh. Ah..
Akhirnya dengan kecewa saya pun meninggakan Ninomiya untuk sekedar berjalan-jalan melemaskan otot plus menenangkan diri. Ilangin kecewa maksudnya. Ah, PHP banget sih. Udah ngarep-ngarep juga!

Saya mencoba berlali perlahan ke NIMS sekalian untuk mengusir rasa dingin juga. Ah, matahari masih malu-malu. Cahanyanya sangat sulit terihat akibat awan tebal yang menyeimuti langit di Tsukuba.

Sesampainya di NIMS, saya sedikit terkejut. Ternyata tidak se-sepi yang saya bayangkan. Saya bertemu beberapa orang yang mungkin memiliki keperluan yang hampir sama dengan saya. Ada juga beberapa pekerja yang tengah memperbaiki lantai dan beberapa bagian bangunan kantor.

Tapi di lantai 4 tempat saya dan Cindy sangat sepi loh. Saya rasa hanya saya yang ada disini. Dari lorong ke lorong kosong melompong. Hanya ada suara langkah saya. Waduh, ngeri juga, hehe.

Tidak sampai lima menit, saya pun keluar. Karena keperuan saya hanya untuk mengambil data dengan bermodal USB saja. Setelah itu, saya memutuskan untuk berjalan-jalan ke Tsukuba Center.

Saya melewati jembatan yang menghubungkan NIMS dengan jalanan menuju Takezono Park. Jalanan disini sangat bersih. Kalaupun terlihat sedikit kotor, yang mengotori hanyalan dedaunan yang gugur, bukan sampah-sampah pada umumnya.
mendung tak berati salju, eh salah. tak berati hujan maksudnya :D
Saat diatas jembatan, saya berhenti untuk sesaat. Saya melihat kebawah, ke arah jalanan yang luas. Mobil melintas dengan kecepatannya masing-masing. Orang-orang juga berlalu-lalang menggunakan sepeda. Ada pula yang hanya sekedar berjalan atau berlari seperti saya.

Dengan hembusan angin, saya mencoba menikmati sejenak situasi saat ini. Ceritanya sudah pasrah saljunya gak ada. Langit terlihat sangat mendung, seakan beberapa menit lagi hujan akan turun. Saya sedikit ragu, melanjutkan perjalanan atau tidak. Tapi…..

Sesuatu yang kecil dan berwarna putih melintas dihadapan saya. Sontak saya mengadahkan kepala keatas. Benarkah ini????? Alay ya? Hahaha. Salju! Yeah! Saljuuu meeennnnn ! hahaha.
Tanpa pikir lagi, saya melanjutkan perjalanan menuju Tsukuba Center. Dengan senyum yang mengembang dan tangan yang mengadah keatas, membuat beberapa orang melirik kearah saya. Hahah. Yaudah lah ya. Kan ngarepnya kayak di tipi-tipi gitu. Ntar saljunya turun tepat ditelapak tangan, hahaha.

Saya melihat beberapa orang berjalan menggunakan payung. Wah, sedia payung sebelum hujan ya? Good good. Sampai di Tsukuba Center, saya bingung sendiri mau kemana, hehe. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali melewati jembatan tadi. Gaje banget kan gue? Mana saljunya numpang lewat doing lagi. Sedikiiiit pula, ah.

Melewati jembatan, lurus, sampai di Ninomiya Park. Yaudah mampir, haha. Tapi Cuma numpang lewat doing kok. Yah biasa lah, menikmati pemandangan, hehe. sempat mikir juga sih. Kapan ya bisa kesini lagi?

Ninomiya Park. sebenarnya ada saljunya, cuma gk kelihatan
Setelah mengelilingi taman, saya memutuskan untuk pulang. Waktu juga sudah memperingatkan bahwa sebentar lagi akan masuk waktu dzuhur. Tapi disepanjang jalan, ada salju lagi. Hahaha. Tapi kok irit banget ya? Turunnya sedikit-sedikit. Eh mungkin karena kebawa angin juga kali ya? Gilee anginnya kenceng banget. Saya rasanya akan terbang, eaaaa.
Saya sudah tidak bisa merasakan lagi wajah dan telapak dangan saya. Semua seakan beku dan mati rasa. Beberapa butiran salju yang mengenai tangan saya tidak terasa dingin sama sekali. Ah, sayang banget.

Sampai di Ninomiya, saya segera menuju kamar untuk sholat dan menghangatkan diri tentunya. Plus mengisi perut, hehe. Tapi sampai apato, Cindy tidak ada. Lah? Oh mungkin lagi memanfaatkan fasilitas, hehe. Tak terasa, waktu ashar pun tiba. Saya menunaikan sholat seperti biasa dan menuju ke North Lounge sesudahnya. Ternyata benar. Saya menemukan Cindy disini, haha.

Ditengah keheningan dan kedinginan, ide pun muncul. KAZUMI. Yeah, ayo kita shopping, haha. Kami memang kekurangan stok bahan bakar (untuk perut) di apato. Jadi kami memutuskan untu pergi membeli beberapa keperluan. Ternyata hujan. Hujan air, bukan salju!

Kami mengurungkan niat untuk bersepeda dan memilih untuk berjalan menggunakan payung. Menurut saya, dinginnya tidak akan terlalu dingin jika berjalan. Tapi ya namanya angin kencang ya tetap saja dingin. Cindy sampai menggigil, hahaha.
karena mau foto, menggigilnya ditahan, hahaha

Alhamdulillah nya, hujan tidak teralu deras. Hanya sekedar rintik. Sampai di Kazumi, kami membeli ikan dan snack untuk menemani kami di apato. Tapi tidak lama, karena waktu magrib akan tiba.

Seperti biasa, matahari telah menghilang lagi. Tapi jalanan tidak terlalu gelap karena mobil yang melintas cukup banyak. Kami berjalan melewati jalan yang biasa kami lalui dan kami anggap paling cepat untuk sampai ke Ninomiya, hehe.

Sampai apato, sholat, masak. Yeah! Tapi tidak hanya itu. Kami sadar kami punya banyak tanggung jawab, salah satunya adalah laporan. Hehe, yah, kami harus mengolah data praktikum yang kami dapatkan untuk ditunjukkan kepada Yamazakin san hari senin nanti. Memang sih, masih ada hari minggu. Tapi kalau bisa dicicil dari sekarang kenapa tidak?

Dan begitulah kami menghabiskan malam ini, eeaaaa. Haha. Cuaca terlalu dingin, membuat kami enggan untuk beraktivitas. Serta membuat kami ingin berada dibawah selimut lebih lama :D

Alhamdulillah untuk hari ini, juga hari kemarin. Walaupun sempat di-PHPin sama salju, gak papa deh. Akan ada salju yang lain kok. Kalau nggak, yaudah parut es batu aja, hahaha.
Okedeh, terimakasi yo sudah mau baca. Semoga menghibur ^^

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sabtu, 23 Januari 2016

Elektroforesis dan Sushi Class

Jum'at, 22 Januari 2016

Assalammualaikum
Selamat malam pembaca setia blog Sumbawadream, bagiamana kabarnya hari? Semoga selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Hari Jum'at, artinya hari terakhir kami masuk kerja di minggu ke tiga bulan Januari ini. Wah, gak berasa ya, sudah 63 hari saya dan Indah tinggal di Kota Science (Tsukuba) Jepang. Jika mem-flash back memori kami sejak hari pertama sudah banyak sekali hal yang terjadi. Kami pun sudah hampir berada di ujung project penelitian kami di sini. Yaps, hanya tersisa dua atau tiga jenis eksperimen lagi yang harus kami selesaikan.

Hari ini saya dan Kohara-san, beserta Indah akan melakukan eksperimen elektroforesis. Elektroforesis merupakan teknik untuk memisahkan suatu komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam medium yang dialiri arus listrik. Prinsip dasarnya, molekul yang bermuatan tersebut akan bergerak ke arah elektrode yang memiliki muatan berlawanan dibawah pengaruh medan listrik, Kali ini molekul bermuatan tersebut adalah DNA yang muatannya negatif akan berpindah dari kutub negatif menuju kutub positif, Pada proses perpindahan tersebut terdapat laju perpindahan oleh gaya gerak listrik dala matrix gel yang bergantung pada ukuran molekulnya. Molekul yang memiliki massa kecil dan muatan negatif besar yang akan mudah dan lebih cepat berpindahDari sinilah suatu molekul bermuatan misalnya DNA dapat dipisahkan.
Cindy sedang berjuang memasukkan sample
Ini adalah kali pertama bagi saya melakukan elektroforesis secara langsung. Dulu saat mengerjakan project Sumbawagen saya tidak terlibat dalam pengerjaan, saya hanya menyusun protokol kerjanya saja. Kohara-san seperti biasa dengan setia mendampingi saya mengerjakan setiap prosesnya. Bagi saya yang pemula elektrforesis bukan merupakan pekerjaan yang mudah, Dibutuhkan kehati-hatian yang cukup tinggi dalam pekerjaannya. Apalagi saat memasukkan sample ke dalam well gel yang yang sangat kecil bahkan hampir tidak terlihat. Saya harus berjongkok dan mengerjakannya pelan-pelan, Indah yang berada di samping saya menyemangati, tapi tetap saja saya gugup.

"Ah, Otsukare sama desu" ucap saya saat berhasil menyelesaikan misi memasukkan sample terakhir. Ada 10 sample yang harus di elektroforesis hari ini, Kohara-san hanya memasukkan sampel pertama ke dalam well, sementara saya mengerjakan sisanya, 9 sample.

"Kohara-san, saya sudah selesai" kata saya kepada Kohara-san yang sejak tadi mondar mandir membantu Mr. Shan.

"Oke Cindy-san, ayo kita jalankan" kata Kohara-san

"Oke Kohara-san, tapi apakah hasilnya tidak apa-apa jika begini" saya menunjuk ke arah sampel yang saya masukkan, tidak terlalu rapi.
Otsukare sama desu, berhasil juga
"Kita akan tahu hasilnya nanti setelah prosesnya selesai Cindy-san" jawab Kohara-san. "Jika hasilnya jelek, nanti kamu bisa mengulang lagi" tambah Kohara-san.

Kalimat tambahan Kohara-san membuat saya menarik nafas panjang.

"Oke baiklah Kohara-san" jawab saya sambil membayangkan saya akan pulang pukul 20.30 JST lagi seperti malam kemarin.

"Yamazaki-sensei selalu berkata seperti itu kepada saya" jawab Kohara-san.

Proses elektrofosis tersebut dijalankan selama 40 menit, selama iu kami mempunyai waktu menunggu yang lama. Sambil menunggu saya dan Kohara san melakukan beberapa persiapan untuk pewarnaan gel, sementara Indah kembali ke office untuk sholat dhuhur dan makan siang. Saya dan Indah tidak makan siang bersama hari ini, Indah akan mengerjakan eksperimennya pukul 13.00 siang, sementara saya dan Kohara-san masih berkutat dengan elektroforesis hingga pukul 14.00 siang.

Eksperimen ini tidak berhenti selama 40 menit, melainkan masih berlanjut sampai pewarnaan gel dan pengambilan gambar hasil eksperimen. Pukul 14.00 siang, perut saya sudah menyanyi, sampai saya dan Kohara san hampir kehilangan fokus dengan eksperimen, hehehe.

"Ayo kita pergi makan siang dulu, nanti kita lanjutkan mengambil gambarnya satu kali lagi setelah makan" kata Kohara-san.

"Baik Kohara-san" jawab saya menyetujui.

Kami pun bergegas kembali ke kantor.
"Totemo onaka suita Kohara-san (saya sangat lapar Kohara-san)" ucap saya sambil mempraktekkan kosakata Bahasa Jepang yang diajarkan oleh Kohara-san beberapa hari lalu.

Saya tidak sadar ternyata saya mengucapkannya cukup keras dan masih berada di ruang lab. Minowa-san dan Hattori-san pun tertawa dan berbicara dalam bahasa Jepang dengan Kohara-san. Saya yang baru sadar, akhirnya malu sendiri. Hahaha, aduh Cindy :D

Selepas makan saya dan Kohara-san kembali lagi ke lab. Kami mengambil gambar hasil elektroforesis sekali lagi.

"Gambar yang ini tidak terlalu bagus Cindy-san, kamu bisa pilih gambar sebelumnya untuk laporan ke Yamazaki-sensei" jelas Kohara-san

Bayangan di kepala saya dari tadi adalah hasilnya tidak bagus dan saya harus mengulang lagi dari awal. Saya bertanya kepada Kohara-san mengenai hasil yang kami dapatkan, dan Kohara-san menjawab saya tidak tahu pasti hasilnya bagiamana, tapi kontrol pada sample saya menunjukkan hasil yang bagus.

"Haruskah saya mengulang eksperimen ini Kohara-san?" tanya saya masih cemas.
"Jika kamu punya waktu silahkan, tapi konsultasikan dulu hasilnya dengan sensei" jawab kohara-san
"Oke saya akan mengkonsultasikannya hari senin nanti" jawab saya, karena sensei tidak datang ke NIMS hari ini.

"Sudah jam 3, it's time for you to go home" lanjut saya kepada Kohara-san, "Arigatou gozaimasu for today, and take care Kohara-san, see you next week" tambah saya.

Setelah mengerjakan elektroforesis saya melanjutkan eksperimen lain, yakni mempassage sel. Saya mencari Indah, ternyata dia berada di ruang tempat mesin zeta potencial berada. Sepanjang siang Indah ternyata bolak-balik dari ruang kultur sel ke ruang sebelah tempat mesin zeta potencial. Dia mengerjakan dua kegiatan sekaligus hari ini.


Otsukare sama desu, Alhamdulillah hari ini ekperimen lab saya selesai lebih awal, pukul 16.30 JST. Saya bisa kembali ke office saat cahaya matahari masih ada hari ini. Karena tidak melihat jaket Indah tergantung di ruang lab, saya mengira dia sudah kembali ke office, ternyata dugaan saya salah dia masih "bermain" dengan mesin zeta potencial. Akhirnya saya menunggu Indah di office.

Sushi Class

Pukul 18.00, kami akan memiliki kelas budaya dengan para peneliti asing lainnya yang bekerja di NIMS. Setelah beberapa waktu lalu kami belajar cara orang Jepang mandi, kali ini kami belajar cara membuat beberapa macam  Sushi, yang mengahdirkan chef Sushi Jepang yang telah lama tinggal di Canada. Saya merasa ini adalah pelajaran yang penting bagi saya dan tidak boleh terlewatkan.

Kelas kali ini sangat asyik dan interaktif. Kami diajarkan cara membuat 5 jenis suhsi. Kelima jenis itu adalah:
1. Inari Sushi. Sushi jenis ini menggunakan nasi yang dibungkus dengan kulit tahu yang sudah digoreng dan di bumbui. Membuatnya tidak terlalu susah, kita hanya perlu memasukkan nasi seukuran bola pimpong ke dalam kulit tahu tersebut. Jadi deh sushinya.
2. Temaki Sushi. Cara membuatnya dengan menggunakan tangan, bentuknya seperti kerucut. Nasi dan beberapa sayur misalnya timun dan wortel dibungkus bersama nasi dengan nori yan bentuknya seperti kerucut. 
Temaki Sushi (http://www.iromegane.com/japan/sushi/)
3. Maki Sushi. Sushi jenis ini seperti yang biasa kita liat, bulat/kotak kecil dan panjang yang kemudian dipotong-potong. Nasi dan beberapa lauk dibungkus dengan nori kemudian dipotong-potong.
Maki Sushi (sumber: http://animusjars.blogspot.jp/2012/12/jenis-jenis-sushi.html)
4. Oshi Sushi. Kalau yang ini hampir sama dengan Maki Suhsi, bedanya ukurannya yang lebih besar dan norinya terdapat di bagian dalam bersama sayur dan bagian luarnya adalah nasi. Tujuan nori berada di bagian dalam adalah unuk menyamarkan bau dari nori itu sendiri sehingga dibalut dengan nasi.

Oshi Sushi ( http://animusjars.blogspot.jp/2012/12/jenis-jenis-sushi.html)
5. Nigiri Suhsi. Kalau Nigiri Sushi hanya terdiri dari nasi yang bagian atasnya diberikan toping berupa ikan tuna/salmon atau seafood diatasnya. 

Saya sempat mengajukan diri untuk membuat Nigiri Sushi. Meskipun hanya terdiri dari ikan dan nasi tetapi cara membuatnya lumayan sulit. Banyak sekali teknik-tekniknya, untuk chefnya baik hati mengajarkan saya perlahan sehingga saya bisa membuatnya dengan sukses. Hehehe.
Chef Sushinya lagi mengajarkan bagaimana cara memotong ikan tuna yang baik dan benar
 
Oleh chefnya, kami tidak hanya diperkenalkan jenis sushi melainkan juga diajarkan cara pembuatannya dari awal hingga akhir. Dari cara mempersiapkan berasnya, hal-hal penting seperti kalau membuat sushi menggunakan nasi yang tidak terlalu banyak, saat meletakkan nasi pada nori tidak boleh ditekan, tangan tidak boleh panas, cara memotong salmon dan tuna yang bagus yakni harus berlawannan dari urat daging dan dipotong miring kurang dari 90 derajat, cara penyajiannya hingga cara makannya. Wah sangat menarik sekali, pengetahuan baru yang sangat bermanfaat bagi saya dan Indah serta peserta kelas lainnya.

Pasalnya saya pernah membuat sushi untuk pertama kalinya. Tapi sushi buatan saya tidak pas jika disebut sushi, pantasnya adalah nasi bambu. Ukurannya mungkin 10 kali lipat lebih besar dari ukuran sushi yang dibuat oleh chef tersebut. Hahaha :D Sampai-sampai Kak Nor tidak mau memakannya :D
Sushi buatan Cindy, Inari Sushi (atas) dan Nigiri Sushi (Bawah)
Anyway, meskipun saya dan Indah terlibat dalam proses pembuaan sushi tersebut, tapi saya dan Indah memilih tidak memakannya. Alasan utamanya bukan karena ikan mentahnya yang membuat saya dan Indah cukup melihatnya saja sudah enek, melainkan lebih kepada keyakinan kami berdua. Nasi yang digunakan untuk membuat sushi ditambahkan dengan vinegar atau cuka. Pada dasarnya kami bisa mengkonsumsi cuka (tergantung dari asalnya), namun hati kami berdua tidak yakin, meskipun dikatakan bahwa vinegar yang digunaka terbuat dari beras. Karena kami tidak mantap dan tidak yakin maka kami berdua memutuskan untuk tidak memakannya.

Bagi kami berdua yang terpenting dari kelas ini adalah bukan soal makannya, melainkan ilmu dan pengetahuan baru, itulah yang terpenting. Jika sudah mendapatkan ilmunya seperti ini kami bisa membuatnya sendiri di rumah, sehingga tidak akan ada kejadian sushi nasi bambu. Hehehe.

Oke deh dreamers, mungkin itu saja yang bisa saya bagikan mengenai pengalaman kami hari ini. semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman yang membacanya.


Link referensi:
1.http://silvianaonar-fpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-107755-Tugas%20Kuliah-Analisis%20DNA%20(Deoxyribo%20Nucleic%20Acid)%20.html
2. http://biotecedu.blogspot.jp/2011/03/elektroforesis.html
3. http://www.generasibiologi.com/2012/08/elektroforesis.html