Link

Kamis, 04 Februari 2016

Berkah Awal Bulan

Tsukuba, 2 Februari 2016

Assalamualaikum Wr. Wb. Apa rungan sarea? (apa kabar semua?). Itu bahasa Sumbawa loh, hehe. Sekarang sudah februari. Artinya sebentar lagi….. :D

Saya tidak tau harus merasa senang atau sedih, karena saya memiliki keduanya. Disatu sisi saya sangat bahagia karena sebentar lagi saya akan berjumpa dengan keluarga dan kawan-kawan saya. Tapi di sisi yang lain sedih juga, hehe. Mungkin karena saya sudah merasa nyaman disini. Dengan suasananya, dengan orang-orangnya, dengan semua-muanya deh :D.

Sampai-sampai Magae-san pernah bilang ke saya “you are special Indah-san. You the only one I know that ever said “sad” because you will back to your country soon. Every internship students here usually want to go home soon”. Saya hanya tersenyum menanggapinya.

Hari ini saya hanya diam di office dari pagi karena jadwal saya masuk lab adalah pukul 15.00. Tapi sebenarnya tadi pagi sudah ke lab sih, hehe. Mampir sebentar buat bantu bersih-bersih. Soalnya tiap hari selasa adalah hari bersih-bersih. Jadi, sudh sewajarnya saya dan Cindy ikut membantu. Karena mereka semua, jika kami memerlukan sesuatu selalu memberi respon cepat dan bantuan yang tepat. Inilah salah satu hal yang membuat saya betah disini.

Dari selepas bersih-bersih, Cindy sudah stand by di lab untuk memulai eksperimen bersama Kohara-san. Sampai sekarang, pukul 11.45, Cindy dan Kohara-san belum juga kembali. Begitu pula dengan Miku-san.

Lalu Magae-san tiba-tiba muncul dan bertanya kepada saya “Indah-san, have you heared from Cindy-san about our lunch?”. Ah, iya. Cindy sudah mengirim pesan via messenger bahwa Kohara-san dan Magae-san ingin mengajak kami untuk makan di resto sushi. Wah, tawaran yang menggiurkan. Tapi saya dan Cindy ragu, karena kami tidak tau makanan disana halal atau tidak. Bahkan saya dan Cindy sudah memutuskan untuk tidak ikut. Lagi pula kami juga sudah membawa bekal makan siang kami.

Saat saya hendak memberitahu Magae-san bahwa kemungkinan kami tidak ikut, Magae-san sudah bertanya kepada saya sambil tersenyum, “why? Worried?”. Saya hanya membalas dengan senyuman. Lalu dia berkata bahwa kemungkinan aman, karena Yamazakin san bilang bahwa beliau pernah mengajak bu Atie dan kak Rizky makan di tempat tersebut. Ai?? Cotto matte ne, Yamazaki-san??

Dengan wajah bingung dan sedikit kaget saya bertanya sambil berbisik kepada Magae-san “Yamazaki-san? Yamazaki-san also?”. Dengan pasti Magae-san menjawab “sure! Why? Are you nervous?” tanya Magae-san sambil menggoda saya. Lalu dengan enteng saya menjawab “hmm, sometime. But if that lunch time, I think it’s will be okay”. Haha, lalu Magae-pun tertawa.

Ia mengingatkan saya bahwa kami akan berangkat pukul 12.00, tepat sepuluh menit lagi. Jadi saya harus segera menanyakan Cindy, karena saya bilang ingin meminta pendapat Cindy terlebih dahulu. Karena Cindy tidak membalas pesan saya, terpaksa saya harus berlari ke lab. Ah, rempong cuy.

Saat saya memberitahu Cindy, ternyata ia juga kaget, haha. Karena Cindy beranggapan bahwa hanya kami berlima dengan Miku-san yang ikut. Ternyata ada Yamazaki-san dan Hoshi-san juga toh, hehe.

Akhirnya kami pun pergi dengan mobil yang terpisah. Saya, Cindy dan Magae-san menggunakan mobil Magae. Kohara dan Miku menggunakan mobil Kohara. Yamazaki-san dan Hoshi-san? Nggak tau :D mungkin mobil Yamazaki-san, hehe.

Yosh, sampailah kami di Hamazushi. Wah, dari namanya saja sudah ketahuan apa yang dijual, hehe. Ternyata tempatnya tidak jauh, dan saya serta Cindy sering melewatinya apabila kami hendak pergi ke Gyoumu Supa.

Wah, tempatnya lumayan penuh. Kohara-san dkk duah sampai duluan dan mengambil posisi. Ada dua kursi lumayan panjang yang berhadapan, dengan satu meja ditengahnya. Dan kami “memuat-muatkan” diri untuk duduk bersama, hehe. Untung muat :D

Disetiap meja, ada satu monitor kecil yang digunakan pelanggan untuk memesan makanan. Wih, kerenn. Ternyata di meja seberang ada mba Riska dan suami. Wah. Alhamdulillah, berarti aman nih makan disini, hehe.

Setelah bersalaman dan bercakap sebentar, kami pun kembali ke meja. Yamazaki-san tersenyum melihat kami dan berkata bahwa mungkin kami bisa makan, karena ada muslim yang lain yang juga makan disini. Dan kami hanya tersenyum menanggapi.

Kemudian kami memesan beberapa jenis sushi. Ehm, lebih tepatnya dipesankan, hehe. Tapi kami sudah bilang duluan bahwa kami tidak makan raw fish. Jadi, kami dipesankan beberapa jenis sushi dengan ikan yang sudah dimasak terlebih dahulu.

Menu pertama: oishi! Hehe. Enak maksudnya. Nasi yang dibentuk onjong dengan ikan diatasnya menjadi menu pertama kami.  Yah, mungkin karena lapar :D. Menu kedua membuat kami mengembangkan senyum: Tempura! Hahahah. Kemudian, kami ditawarkan untuk mencicipi unagi.  Ini adalah ikan yang lumayan mahal katanya. Menu pertama tadi ikannya mirip unagi, tapi KW. Hehehe.
temura dan unagi KW
Akhirnya saya mencobanya. Dan ternyata benar pemirsaaa.. enakk bangett. Ikannya seperti lumer di mulut. Mirip-mirip rasa ikan bakar dikecapin gitu. Tapi ini bener enak! Suwerrr! Magae-san tampak bahagian melihat kami menyukai makanan tersebut. Tiap kali kami mengunya, ia selalu bertanya “daijoubu?” yang artinya mirip-mirip dengan: are you oke?. Hahaha. Yes Magae-san we are daijoubu desu.

yeah! Unagi
sushinya mirip-mirip ini (tapi bukan yang ini, hehe)
Setelah itu, kami dipesankan beberapa jenis sushi yang mirip dengan sushi yang pernah kami buat saat sushi class dulu. Sushi yang pertama: nasi dibungkus dengan nori (rumput laut) dan diberi topping ikan yang dicampur mayonais. Kedua: sushi yang lumayan besar dengan nori di bagian dalam dan luarnya ditaburi dengan telur ikan. Ini kesukaan saya, hehe. telur ikan yang menjadi pembungkus nasi ini sangat renyah saat dikunyah. Meletus-meletus gitu, hehe. yang ketiga: nasi dibungkus nori yang didalamnnya ada ikan dan buah-buahan. Yang ini lumayan segar pemirsa. Mungkin karena ada timun didalamnya.


Setelah itu, kami diminta untuk mencoba sweet potato. Enak dan benar-benar manis. Ini seperti kentang goring yang dipotong lumayan besar dan dibaluti dengan caramel. Manis bangettt. Tapi gak bikin enek kok, hehe.

Lalu Yamazaki-san bertanya lagi, apa yang ingin kami makan selanjutnya. Saya menatap tumpukan piring didepan saya. Masyaallah, program diet batal nih. Cindy kemudian meminta tempura lagi. Haha. Caria man kayaknya. Saya meminta yang mahal, unagi. Hahaha. Tapi bukan karena mahalnya sih, emang enak aja.

Kemudian kami dipesankan sushi lagi dengan telur dadar diatasnya. Saya dan Cindy sudah saling melirik. Aman nih kayaknya. Tapi ternyataaaa… ah, terrible. Telur dadarnya manis :’(

karena saya lupa foto, ya kurang lebih kayak gini, hehe
Aneh banget rasanya. Biasanya kan kita makannya yang agak asin, apalagi sama nasi. Akhirnya saya dan Cindy hanya memakan nasinya saja. Sedangkan telur-telur tersebut kami serahkan ke Magae-san. Hahaha. Gomen ne Magae-san. Dan akhirnya ia berkata bahwa ia akan memakan telur-telur ini, tapi tolong berikan nasinya juga. Karena ia juga merasa sedikit aneh memakannya tanpa nasi. Hahaha, yah, nasinya udah masuk perut semua. Dan akhirnya kami pun tertawa.

Dan menu terakhir yang diberikan kepada kami adalah: Miso soup. Ah, perasaan saya sudah tidak enak. Saya tidak terlalu suka dengan menu yang satu ini. Tapi yah, di coba saja. Ternyata miso soup yang ini sedikit berbeda. Tidak ada rumput laut didalamnya. Hanya kerang dan irisan daun bawang. Dan rasanya tidak terlalu buruk rupanya. Yah, terpaksa abis nih, ahahha.

Setelah makan dan kenyang, hehe, kami pun beranjak untuk kembali ke kantor. Dan ternyata saya juga Cindy di traktir oleh Yamazaki-san. Alhamdulilah yah :D. Tau gitu, mending pesan unagi banyak-banyak. Hahahah.

Sampai di kantor, saya langsung menuju lantai tujuh untuk menunaikan sholat dzuhur. Setelah itu, barulah saya ke lab. Hari ini saya terbebas dari elektroforesis, hehe. Saya melakukan eksperimen lain kali ini. Tapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Saya harus mengukur sample tiap jam sampai tiga jam. Yah, pulang lama deh.


kerjaan nih
Dan pengukuran terakhir selesai tepat pukul delapan malam dengan saya seorang diri yang ada di dalam lab. Untunglah Takemura-san masih ada di ruangannya. Jadi saya pamit terlebih dahulu kepada beliau selaku yang bertanggung jawab di laboratorium.

Sampai di office, ternyata Yamazaki san masih ada. Saya melaporkan hasil yang saya dapatkan. Dan untungnya tidak ada yang salah. Alhamdulillah. Dan saya dapat tugas baru yang harus saya selesaikan setelah ini: elektroforesis lagi. Uh, ganbatte ne Indah-san.

Saya harus melakukan elektroforesisi beberapa kali dengan bahan sample yang sama, tapi dengan perlakuan yang berbeda-beda untuk mencari hasil yang terbaik.

Setelah diskusi dengan Yamazaki-san, saya pun kembali ke meja saya. Oh iya! Saya masih punya bekal makan siang nih, hehe. Karena Cindy masih memiliki beberapa pekerjaan, jadi saya ikut menemani di kantor. Lumayan lah, memanfaatkan wi-fi dan menghangatkan badan, hehe.

yukk mariiii

Akhirnya kami pun kembali ke Ninomiya House sekitar pukul 11 malam dengan suhu yang mencapai 1 derajat celcius. Ya Allah, dingin bangetttt. Kami sesegera mungkin mengayuh sepeda agar cepat sampai ke Ninomiya House.

Sesampainya di kamar, kami pun membersihkan diri dan beristirahat. Alhamdulillah, hari ini luar biasa. Rezeki anak sholehah, hehe.
Oke guys, sekian dulu ya. Terima kasih sudah membaca ^^

Wassalamualaikum Wr. Wb

Selasa, 02 Februari 2016

Badminton Time: Tak ada Pragas, Byoin pun Jadi

Tsukuba, 31 Januari 2016

Assalamualaikum Wr. Wb
Halooo semuaa. Jumpa lagi dengan kami di hari terakhir bulan ini. Wah besok udah februari aja. Yeeah, pulang :D

Nah, karena ini minggu, saya bangunnya lebih pagi. Haha. Niat banget kan ya? Iyalah. Setiap hari minggu adalah badminton time. Jadi saya tidak mau momen ini terlewatkan.

Jadwal mabar – main bareng – dari pukul 9 sampai 12 siang di Byoin gym, Univ. Tsukuba. Dari Tsukuba Center ke Byoin hanya 5 menitan menggunakan bus. Lain lagi kalau sepeda. Ah, lumayan jauh sih. Apalagi dari Ninomiya. Yaudah, anggap pemanasan aja.

yeah, fotosintesis!
Cuaca tidak terlalu dingin hari ini. Bisa dibilang lebih hangat jika dibandingkan kemarin dan kemarinnya lagi. Yeah, sudah dua hari mendung pemirsa. Dinginnya jadi berkali-kali lipat. Tapi Alhamdulillah hari ini cerah. Sinar matahari dimana-mana, eaaa. :D

Sekarang sudah jam 9.15 dan saya baru sampai Tsukuba Center. Telat dikit gak papa deh. Lagian kagak punya raket juga, haha. Biasanya sih karena mainnya gentian-gantian, raketnya juga bisa gentian-gantian :D #ngarep

Saya mengayuh sepeda tidak sekencang biasanya. Ah, kaki saya sedikit sakit karena kebanyakan berjalan kemarin. Tapi ntar insyaallah sampe byoin sembuh, haha.

Yosh! Akhirnya sampai juga. Semalam udah janjian sih sama Dea buat mabar. Tapi Cindy gak ikut nih. Si doi masih tepar. Jadinya yang gadis cuma saya, Dea dan mba Rahmi. Yang lainnya bapak-bapak, hehe. Tapi bapak-bapak kece kok. Ala-ala anak muda gitu :D

Lapangan buat badminton ada tiga sebenarnya. Tapi kali ini hanya dua lapangan yang tepakai. Satu buat Indo, satunya lagi buat warga Vietnam. Tapi kadang mabar juga sih, jadi campur-campur gitu.

Dan permainan dimulai. Indah & kak Rudy vs pak Dani & mba Ami. Hanya beberapa menit, kami menang, ahhahah. Iyalah, cuma sampai lima poin soalnya. Karena kak Rudy udah mau balik. Yaudah….

Ronde selanjutnya: Indah & Dea vs pak Dani & mba Ami lagi, ahha. Iya soalnya cuma ada kita berempat doang. Wah, pak Dani jago banget loh. Enaknya main sama belaiu itu, langsung dapat kuliah, hehe. Jadi mainnya sambil diajarin. Dari cara mukul, nangkis bola sampai beberapa trik jitu gitu, haha. Arigatou pak.

Beberapa set telah berlalu, dan kami belum juga lelah. Kadang juga lupa berapa poin masing-masing. Sampai akhirnya bapak-bapak yang lain datang menyusul. Dan lanjut lagi mainnya. Haha

Tapi saya belum tergantikan. Dea sudah menyerah duluan dan saya mendapat pasangan baru. Eaa pasangan baru, hahha. Maksudnya partner baru. Jago jugaa.

Kami main sampai berkali-kali tukar lapangan. Tim Vietnam sudah gulung net dan pamit untuk pulang duluan. Dan hanya kami yang tersisa. Wah, lapangan seperti milik pribadi. Teriak-teriak sambil loncat-loncat juga gak ada yang marahin, haha.

Kami main dari tukar lapangan, sampai tukar pasangan. Eh, partner maksudnya. Nah, main terakhir ini yang seru plus lucu. Saya dan pak Singgih (kalo gak salah) dan mba Ami + pak Sugi (kalo gak salah juga, hehe).

Pak Singgin orangnya lucu sekali. Dan bikin gawat, hehe. Saya sering menjadi kikuk jika beliau berbicara. Dan kata-kata andalan beliau adalah: TANGGUNG JAWAB. “Nah, kalau posisinya depan-belakang, kamu tanggung jawab kiri kanan”. Beberapa menit kemudian “kalo posisinya kiri-kanan begini, kamu tanggung jawabnya depan-belakang. Berat loh”. Gitu. Hahah. Trus kalau saya tidak dapat mengambil bolanya, beliau bilang “wah, gak bertanggung jawab” sambil tertawa. Hahha. Gimana gituuu rasanya dibilang gak bertanggung jawab T_T. Ada-ada aja si bapak.

Terus kalau saya mukul bola keluar lapangan, beliau akan berkomentar “gak papa. Lapangannya aja yang kurang lebar”. Haha, itu nyindirnya halus banget :D

Terus kalau beliau yang tidak dapat mengambil bola, kami akan serempak berkata “wah, bapak gak bertanggung jawab”. Hahaha. Dan begitulah permainan “tanggung jawab” ini berlangsung sampai jam menunjukkan pukul 12 lewat.
tepaaarrrrr
Ah, lelah rasanya. Tapi sangat menyenangkan ^^. Ini saatnya Dea beraksi sebagai debt collector, haha. Biasa, nagih uang lapangan. Per orang harus bayar 100 yen. Dan saya sudah menyiapkan recehan beragam dari 1 yen sampai 10 yen, ahhaha. Yeah, koinnya Dea nambah secara drastis :D
indah & Dea in action

Kemudian setelah bayar membaya dan beres-memberes selesai (bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar, jangan ditiru), kami pun bergegas pulang. Wah, terimakasih buat hari ini ya Allah. Terimakasih juga teman-teman ^^

Dan sekarang kaki saya rasanya sangat beraaat. Ah, lapar pula. Sesegera mungkin saya menuju Ninomiya House. Karena ini juga sudah masuk waktu dzuhur. Sampai Ninomiya, Cindy lagi makan. Ah, tergoda nih. Akhirnya saya ikutan makan, ehhe. Abis itu mandi, sholat terus tidur. Hahaha

Lelah pemirsa. Saya ingin mengistirahatkan badan saya sejenak, sebelum nanti malam bertempur dengan laporan.
Yosh! Sleeping time. Byee byee…                                                                                             


Wassalamualaikum Wr. Wb

Hectic Day Lagi: ELISA! Keep Trying and Do the Best

Tsukuba, 28 Januari 2015
 
Assalammualaikum,
Dear Dreamers,
 
Memasuki minggu-minggu akhir perjalanan magang kami di di Negeri Sakura ini merupakan minggu-minggu penuh dengan jadwal eksperimen. Saking padatnya jadwal makan siang sudah tidak teratur, heheheh. Kami sudah jarang makan siang bersama dengan Kohara-san dan yang yang lainnya. Baik saya dan Indah dan juga Kohara-san sama-sama sibuk dengan eksperimen masing-masing.
 
Hari ini saya akan melakukan eksperimen ELISA, (lihat di sini) begitu pula dengan Kohara-san. Sementara Indah, hari ini dia memiliki kesibukan lain dengan gel elektroforesis. Sebelum berangkat ke lab, saya dan Kohara-san berbincang sebentar di office, menyusun agenda eksperimen. Di tengah obrolan serius itu, saya sesekali menggoda Kohara-san yang terlihat lebih cantik pagi itu.
`Kohara-san, anata wa totemo kawai ne` puji saya
`ah, Cindy-san,  I`m shy` jawabnya sambil menutup muka. Gaya khas Kohara-san jika malu.
Suasana Meja Kerja di lab (berantakan) :D
Kami pun `bergosip` sebentar untuk jadwal tersusun dengan rapi. Yah, ada 10 sample yang harus saya kerjakan untuk ELISA beberapa jenis antibodi seperti IL-10, IgE, IFN-gamma, IL-13. Jadi jadwalnya harus benar-benar dimatangkan. Setelah jam di dinding office menunjukkan pukul 10, saya dan Kohara-san berangkat lebih dulu ke office, meninggalkan Indah yang masih berkutat dengan data eksperimennya.
 
Untuk hari ini saya akan mendeteksi dua jenis antibody yaitu Interleukin(IL)-10 dan Immunoglobulin E (IgE). Keduanya adalah hal yang baru bagi saya, sebelumnya saya dan Indah hanya pernah melakukan ELISA untuk deteksi Interferon-gamma dan IL-6. Protokol kerjanya pun berbeda (prinsip dasarnya sama) cukup membuat bingung. Jadilah seharian penuh saya harus berkutat dengan protokol ELISA yang baru di berikan oleh Kohara-san kemarin.
 
Banyak hal yang ingin saya tanyakan kepada Kohara-san hari itu. Tapi Kohara-san sedang sibuk dengan sampelnya. Melihat Kohara-san yang sibuk, Magae-san datang menawarkan diri membantu saya.
 
`Cindy-san, I am free now, If you wanna ask me, it`s okay` kata Magae-san.
`Iya Magae-san, saya tidak tahu tempat larutan standar untuk IL-10` jawab saya.
`Itu ada di freezer, ayo kita ambil` jawabnya lagi dan mengajak saya membuka freezer dengan suhu -80 derajat celcius itu.
 
Setelah mendapatkan sampel bukannya saya langsung membuat larutan standar malah saya bingung cara membuatnya.
 
 `Bagaimana?` tanya Magae-san
`Saya bingung cara membuatnya Magae-san, ini se-per sekian kali pengencerannya` jawab saya
 
Kohara-san dan Magae-san kemudian berbicara dalam bahasa Jepang, hanya beberapa kata yang saya mengerti artinya.
 
`Jadi kamu harus membuat larutannya 10 ug/ml dulu, kemudian di encerkan, nanti kamu ambil 4 ul dari sini, masukkan ke sini, dan ke sini, bla, bla, bla` jelas Magae-san dengan gambar.
 
`Ah, oke, wakarimashita` jawab saya mantap setelah mengetahui cara yang benar.
 
Setengah hari saya mengerjakan IgE, melanjutkan pekerjaan hari sebelumnya. Menambahkan larutan deteksi antibody, kemudian beberapa larutan lainnya, dan melakukan pengukuran. Pengerjaan ELISA ini memiliki waktu tunggu yang lumayan banyak. Di selah-selah waktu tunggu itu saya melakukan persiapan untuk deteksi IL-10. Sampai pada akhirnya pekerjaan saya bertabrakan waktu satu sama lain.
 
Di saat yang bersamaan saya harus segera mengamati perubahan warna pada sampel saya yang diberi tambahan larutan TMB Substrate dan menyetop  reaksi yang berlangsung beberapa menit itu dengan larutan 1 M H2SO4. Sementara itu, saya juga sedang mempersiapkan sample untuk deteksi IL-10. Tidak berhenti pada kedua hal itu juga, Kohara-san tiba-tiba mengingatkan saya untuk mengambil sampel eksperimen saya yang lainnya.
 
`Cindy-san, sekarang sudah pukul 11.30 ini saatnya kamu untuk sampling, sudah 72 jam inkubasi kan sekarang?` kata Kohara-san mengingatkan.
`Ah, iya Kohara-san, tapi bagaimana, saya harus mengamati sampel IgE` kata saya sambil menunjuk plate ELISA saya yang sedang `bersembunyi` menghindari cahaya di dalam laci dengan sedikit panik.
`Oke, saya akan lihatkan ini untuk kamu` jawab Kohara-san
 
Sementara itu saya sedang mencampur sampel saya yang lain untuk deteksi IL-10. Karena panik saya menutup alat spin down cukup kuat, membuat alat yang yang bekerja otomatis setelah ditutup itu berputar dengan cepat. Kepanikan itu juga membuat saya malah lupa cara menghentikan putaran alat tersebut. Saya berteriak panik kepada Magae-san yang memang sedang berada di dekat saya. Saat Magae-san menoleh, malah alat tersebut sudah bisa saya hentikan.
 
Magae-san yang melihat saya tersenyum dan bertanya `Daijobu (gak apa-apa) Cindy-san?
`Haik, daijobu desu` balas saya dan segera meluncur mengerjakan eksperimen lain.
 
Saya pun segera mengambil sampel eksperimen yang lain. Menghentikan inkubasinya. Tidak butuh waktu lama, mungkin hanya satu menit untuk kemudian saya centrifuge.
 
Setelah itu saya menarik napas panjang. Kemudian Kohara-san mengingatkan lagi untuk saatnya saya menyetop reaksi perubahan warnanya. Setelah itu mengukur absorbansinya untuk mengetahui berapa jumlah konsentrasi antibodi yang disekresikan oleh sel pada sampel tersebut.
 
Usai mengukur absorbansinya, saya nampak sedikit lesu. Aktivitas IgE yang ditunjukkan cukup rendah.
`Tidak apa-apa Cindy-san, saya rasa sampel tersebut tidak mensekresikan IgE` kata Kohara-san menghibur saya.
`Mungkin Kohara-san` jawab saya.
Hasil ELISA
 
Kohara-san kemudian berlalu bersama Magae-san menuju office dan makan siang di kafetaria. Saya masih harus berkutat dengan satu eksperimen lagi, deteksi IL-10, menambahkan sampel dan larutan standar ke dalam well yang telah di blok dengan larutan assay diluent. Usai menambahkan sampel kini saya memiliki kelonggaran waktu, saya harus menunggu selama 2 jam. Lumayan, bisa bernafas lega akhirnya.
 
Ternyata Miku-san masih ada di dalam lab. Akhirnya saya mengajak Miku-san berselfie. Hehehe :D
Selepas siang pekerjaan saya sudah tidak terlalu banyak, saya memiliki waktu untuk menulis notebook di selah waktu tunggu. Alhamdulilillah, respon sel terhadap IL-10 juga menunjukkan hasil yang cukup bagus. Rasanya semangat meningkat, mengganti semangat yang hilang akibat hasil IgE sebelumynya.
Selfie dengan Miku-san (kacamatanya lupa dilepas, maap pemirsa :D)
Add caption
 

Outsukare sama desu. Alhamdulillah hari ini saya dan Indah sudah melakukan yang terbaik untuk eksperimen kami. Indah juga sudah tidak merusak gel elektrophoresisnya lagi, sepertinya dia sudah expert. Apapun itu jika kita terus berlatih dan terus melakukannya pasti kita akan lebih baik dari sebelumnya. Keep try and do the best!
 
Anyway, sekian dulu ya dreamers, see you!
 
 
 
 

 

 

 
 

The Real Failure: When We Stop Trying

Tsukuba, 29 Januari 2016

Assalamualaikum Wr. Wb
Oke, cerita sekilas elektroforesis beum berakhir rupanya. Setelah kegundahan kemarin karena agar rusak, hari ini saya harus mencoba lagi. Padahal masih trauma sih, hehe.
Yah apa boleh buat. Saya sudah bertekat akan berhasil kali ini. Tapi terlepas dari apapun hasilnya, saya juga sudah mempersiapkan diri untuk ikhlas dan sabar :D pasrah banget kan? Haha

Tapi ya harus semangat dong ya. Gagal sekali bukan berarti dunia mau kiamat :D. Kalau tidak pernah gagal, suksesnya kurang hikmat ntar, haha. Dan kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita berhenti untuk mencoba ^^

Hari ini saya harus mempersiapkan beberapa sample dan tiap sample ada waktunya sendiri. Rempong banget kan? Saya jadinya harus keluar masuk ruangan sel kultur untuk sekedar mencampur beberapa mikro cairan. Dan proses keluar masuknya itu loh yang makan waktu. Kenapa? Karena itu adalah ruangan yang steril, khusul untuk mengkultur atau dipakai untuk melakukan praktikum yang berkaitan dengan sel mamalia. Jadi ada sistemnya sendiri. Kalau mau masuk, harus pakai jas dan alas kaki yang telah disediakan. Setelah itu tidak langsung masuk guys, tapi harus melewati ruangan kecil dulu yang ada angina-anginnya, hehe. Bingung nih jelasinnya.

Oke, “benda” tersebut namanya Air Shower / Pass Box, salah satu produk dari perusahaan AIRTECH Japan (http://www.airtech.co.jp/english/home/). Benda ini memiliki sistem untuk mengeluarkan angin bertekanan tinggi untuk mensterilkan tubuh dan pakaian yang kita gunakan dari debu atau semacamnya. Yah, sekitar 20 detik lah.
air shower (yang bulat-bulat itu tempat anginnya keluar, hehe)
Lalu, jika kita membawa barang atau apapun, kita tidak boleh membawanya langsung. Kita harus meletakannya disebuah alat juga yang memiliki dua pintu. Bentuknya seperti jendela yang ada ruangan didalamnya, hehe. Jadi, pintunya ada dari luar lab kultur sel dan ada dari dalam.
nah, ini ruang perantara untuk membawa masuk barang ke dalam lab kultur
Nah, sedikit merepotkan sih, harus lepas pasang sepatu, buka pasang jas lab dan sebagainya. Tapi ya apa boleh buat, hehe. Karena samplenya ada lima, jadi persiapannya di lima jam yang berbeda pula.

Sebelum memulai elektroforesis, saya menyempatkan mengisi perut dulu, hehe. sebenarnya karena ada waktu kosong sih. Yah, itung-itung nunggu sampel :D. tapi hari ini saya tidak masak pemirsa, cuma bawa ramen doang, huhuhu. saya, Cindy dan rekan baru kami, Miku-san sudah mempersiapkan diri untuk segera menuju ke kafetaria. Sebenarnya ini belum masuk jam makan siang, tapi kafetaria sudah dipenuhi oleh orang-orang yang tentunya sama seperti kami: Kelaparan. hahaha. kemudian kami mencari tempat kosong dan makan bersama.
Cindy, Indah, Miku-san 

oke, setelah makan saya harus segera kembali ke lab. Inilah saatnya dimana saya akan berjuang dengan elektroforesis lagi. Sebelum memulai, basmallah terucap terlebih dahulu.

Oke, proses merakit-rakit dan memasukkan sample berjalan dengan lancer. Alhamdulillah. Setelah itu, menjalankan program dan menunggu selama 40 menit. Tapi dikarenakan besok libur (sabtu – minggu), NIMS akan mengadakan beberapa perbaikan dan listik akan dimatikan total dari sore ini.

Haahh, saya harus kebut-kebutan dengan waktu agar pekerjaan saya bisa beres. Ah, itulah mengapa beberapa staf di lab terlihat sangat sibuk. Mulai dari bersih-bersih, mempersiapkan berbalok-balok es untuk menjaga bahan lab tetap aman, dan memindahkan beberapa bahan kedalam box berisikan es sebagai pengganti freezer.

Setelah 40 menit, tibalah saat pewarnaan. Tepatnya saat pengambilan gel, hehe. Lagi-lagi saya sendri nih. Oke lah. Everything will be alright kok. Saya melakukannya dengan sangat amat perlahan. Saya menghindari sebisa mungkin tindakan-tindakan yang berpotensi menyebabkan gel yang rapuh ini pecah. Haha. Alay banget yak.

Dan berhasiiillll. Uyeeeee.. hahha. Alhamdulillah. Ah, lega sekali rasanya. Memang dengan kegagalan, kesuksesan akan terasa lebih nikmat, eaaaa :D
Tapi hasilnya negative, ah. Ini artinya akan ada dua kemungkinan: 1. Ulang lagi dengan perlakukan yang berbeda atau 2. Move on ke eksperimen berikut. Yaudah yang mana-mana aja monggoooo. Wess ta’ talangin semua, haha.

gel nya mulussss, haha
Listrik akan dimatikan total dari pukul 5 sore ini. Dan saya melihat jam: 16.40. aaaaa… gawat nih. Sempat panic juga. Dan gak enakan sih, karena Hoshi-san ternyata menunggu saya dari tadi. Duh, jadi malu, haha. Nggak kok becanda doang.

Saat saya menunggu proses pewarnaan gel, Hoshi-san bertanya apakah ada alat lagi yang saya butuhkan atau tidak. Tentu ada! Saya perlu menggunakan PC dan kamera serta Invitrogen Machine untuk mengambil gambar. Wah, ternyata semua kabel telah dicabut  dan diamankan. Akhirnya Hoshi-san memanggil Li dan Hatori-san untuk membantu saya. Aduh, jadi gak enak nih.

Setelah itu, saya melanjutkan ke pemotretan untuk si gel ini. Prosesnya tidak terlalu lama. Mungkin tidak sampai sepuluh menit. Dan Hoshi-san masih setia berada di lab, hehe. Arigatou Hoshi-san.

Dan….. yah, saya merepotkan banyak orang lagi. Saya ingin mengambil file foto saya di computer ini, tapi koneksi internetnya mati. Karena computer ini tidak memperkenalkan USB memasukinya, saya terpaksa menggunakan email untuk mentransfer file. Ah, ternyata sambungan LAN nya sudah diputus. Dan dipasang lagi sekarang (karena saya), hehe. ahh gomen neeee.

And finally, semua kerjaan beres. Alhamdulillah. Terima kasih banyak untuk semua yang sudah saya repotkan, hehe. Saya pun kembali ke office dan menemui Cindy karena ada satu misi lagi yang harus kami selesaikan. PRESENTASI. Yeah, presentasi via skype dengan dosen kami tercinta pengampuh mata kuliah Nanobioteknologi, Universitas Teknologi Sumbawa dan sekaigus menjabat sebagai rector UTS, hehe.

Kami pun bergegas pulang ke Ninomiya house. Wah, dinginnnnnnn. Hujannya awet dari tadi pagi. Jadwal presentasi dari jam tujuh sampai Sembilan malam ini. Sekarang masih jam enam, jadi pulang makan dulu, hehe.

Setelah selesai, kami pun bersiap untuk pergi ke lantai dua, Library. Kami seganga memilih tempat ini karena free wi-fi, listrik tersedia, heater juga ada. Haha. Kan lumayan tuh hemat beberapa yen :D
hujannya awet bener dahh
Nah, saatnya sesi presentasi dimulai. Udah dingin, deg-degan pula. Dong makin gemetar, haha. Tapi presentasi kali ini tidak hanya saya dan Cindy, melainkan ada juga tim lain yaitu Yuli, Fahmi, Uni, Arif, Cendra, dan Azhar yang menjadi teman seperjuangan kami di FTB.
Wah, bahagia juga bisa bertatap dengan mereka, walaupun tidak secara langsung. Huaaa.. jadi pengen cepat-cepat pulang :D

saat jeda presentasi, ckreekk
Dan kemudian kami diberikan waktu sepuluh menit untuk presentasi, lalu sesi Tanya jawab seperti biasa. Setelah itu, saya dan Cindy ikut serta pula menjadi audiens untuk tim yang lain dalam presentasinya. Setelah itu, barulah acara bebas, hehe. inilah yang kami tunggu, saat dimana kami bercanda dan tertawa mendengan cerita masing-masing.

Entah kenapa, pada sesi ini semua rasa dingin dan gemetar hilang seketika, hahaha. Kami pun asyik bercerita sampai waktu ternyata sudah menunjukkan pukul 10 malam di Sumbawa. Dan kami terpaksa mengakhiri sesi temu kangen ini. See you soon all ({}).

Dan seteah itu, kami tidak langsung kembali ke kamar, melainkan memanfaatkan wi-fi gratis terlebih dahulu, hehe. Yah, tiada TELKOM, perpuspun jadi :D

Saat asyik ngenet dan download, tiba-tiba lampu dan heater mati pemirsa. Dan semua nampak gelap gulita. (lirik jam) oh, pantas. Ini sudaj jam 11 malam, dan lampu akan mati secara otomatis. Ah, ini penggusuran secara halus sepertinya.

Oke, saya dan Cindy pun bergegas untuk kembali ke kamar, beristirahat dan mempersiapkan diri untuk besok.

Nah, sekian cerita hari ini. Terima kasih seudah membaca^^

Wassalamualaikum Wr. Wb

Minggu, 31 Januari 2016

Failed? (It’s Okay) Just Try Again!

Tsukuba, 27 Januari 2016

Assalamu’alaykum Wr. Wb
Bagaimana hari ini? Is everything going well? Tapi apapun itu, harus disyukuri, hehe.
Nah, hari ini saya dan Cindy ngelab seperti biasa. Tapi kerjaannya gak sama, hehe. Hari ini sedikit menegangkan pemirsa. Saya akan ber-elektroforesis ria seorang diri. Aduhh

Kemarin saya sudah memperhatikan langkah kerjanya, dan kemudian mencoba melakukan bersama Cindy. Yah, insyaallah bisa lah. Sementara itu, saya membereskan beberapa data sebelum saya pergi ke lab. Ruangan office sangat sepi hari ini. Hanya saya dan Mr. Shan. Beberapa orang telah ke lab, dan ada pula yang absen. Sebelum pergi, saya menyapa Mr. Shan. “Mr. Shan, I will go”. “Laboratory?” Mr. Shan bertanya. “Yes. Please, pray for me”. Ternyata penyataan saya membuat iya tertawa. “Why?” Ia bertanya. Aduh, bikin baper aja. Haha. “I will do electrophoresis now. And I’m nervouse” saya menajwab dengan wajah datar. Ia semakin tertawa meihat ekspresi saya, dan kemudian bertanya, “then, how many days left?”. “Less then 3 weeks” saya menjawab. “Oke Indah, good luck” kata Mr. Shan. Saya hanya tersenyum sambil berterimakasih dan berlalu.

Oke, untuk persiapan tidak terlalu rumit hari ini karena saya telah menyiapkan sample dihari kemarin. Nah, hari ini saya akan berjuang dengan 10 sample. Wah, bengkok nih.
Yah sebenarnya tidak terlalu sulit sih. Cuma perlu teliti aja. Dan saya harus memulai dengan perakitan alat. Kemarin ada Nagasaki-san yang bimbing, jadi tidak sulit. Sekarang? (garuk kepala), hehe.
seperangkat alat elektroforesis

Dan ternyata saya masih ingat, haha. Sebenarnya prosesnya cuma tiga sih: (1) persiapkan alat, (2), persiapkan bahan: buffer, sample dll) dan (3) jalankan programnya. Kalau bagian perakitan alat ya tinggal pasang-pasang doang sih, hehe. Yang agak ribet yang kedua, bahan. Saya harus buat buffer solution dulu dan harus hitung-hitung, hehe. Kalau sample, cuma tinggal campur-campur aja, udah deh :D. Kalo jalankan prongram, tinggal setting mesinnya aja, udah :D hahaha.

Tapi, proses masukin samplenya itu lohhhhh. Ah, melelahkan. Harus ekstra hati-hati. Kalau ceroboh, sample bisa masuk ke tempat yang salah atau bahkan bercampur dengan buffernya. Tapi Alhamdulillah, saya sukses! Haha.

Nah, setelah semua sample sudah masuk, saatnya menjalankan program. Saya harus menunggu sampai 40 menit. Dan karena sudah masuk waktu sholat, jadi saya bergegas menuju lantai tujuh di gedung sebelah.
pemandangan dari lantai 7. Labnya yang gedung kiri warna abu-abu
Prayer Room ini hanya sebatas ruangan sederhana yang bertirai sebagai pemisah antara jamaah laki-laki dan perempuan. Yah, ibadah tidak harus di tempat yang mewah kan? Tapi ahamdulillahnya tempat ini selalu bersih karena selalu ada petugas kebersihan yang mengurus. Didalamnya lengkap dengan sajadah, Al-Qur’an, tempat wudhu, rak sepatu dan tempat sampah. Tapi sekarang sudah ada satu set mukena yang diinfakkan oleh kak Nur. Alhamdulillah.



prayer room in NIMS
Selesai sholat, saya menyegarakan diri untuk kembali ke lab. Saat timer berbunyi yang menandakan bahwa 40 menit telah berlalu, saya segara menyiapkan langkah selanjutnya yaitu pewarnaan. Saya harus mencampur buffer dengan zat pewarna kemudian menutunya rapat-rapat agar tidak terkena cahaya.

Dan, inilah saat yang paling menengangkan. MEMINDAHKAN GEL. Yeah, memindahkan gel dari wadahnya dan merendamnya di zat pewarna. Waduh, kemarin saat saya mencoba bersama Cindy, saya merusak sebagian gelnya :’( jadi hari ini saya sedikit takut, hikss. Dan mungkin karena saya panic dan tidak ada orang yang menemani, saya sedikit gugup. Saya mencoba membuka secara perlahan agar gel didalam plate tidak rusak. Gel nya tipis dan rapuh, hiks. Akhirnya saya berhasil mengangkat plate bagian atas. Tersisalah gel dan plate penyangga bagian bawah. Tapi saya membuat suatu kesalahan yang fatal….

Saat saya hendah mengangkat gel menggunakan tangan dan spatula, gelnya rusak. Huaaaaa :’( yang ini lebih parah. Kemarin, yang rusak hanyalah bagian samping kiri menuju tengah. Tapi sekarang gelnya terbelah dua. Saya sudah panic setengah mati. Ah.. astagfirullah. Mana tidak ada orang yang dapat saya ajak bicara.

gelnya rusak, hiks :'(
Akhirnya dengan pasrah dan lesu, saya memindahkan secara perlahan bagian-bagian gel tersebut kedalam kotak berisi zat pewarna dan menggoyangkannya selama 20 menitan menggunakan shaker.

Dengan wajah putus asa, saya melihat handphone yang telah bergetar menadakan waktu ashar yang tinggal 5 menit lagi. Saya pun meninggalkan lab secepat mungkin. Kalau saya berlama-lama di lab dengan kejadian yang membuat saya lesuh tersebut, saya bisa stress, hehe.

Oke, saatnya mengisi energy dengan beribadah. Rasanya saya ingin berlari sekencang mungkin, atau bahkan terbang agar saya segera sampai ke prayer room. Saya ingin mengeluarkan semua kegelisahan dan kekhawatiran saya. Saya ingin curhat kepada Allah :’(

Setelah sholat, saya mencoba menenangkan diri dengan beristigfar berkali-kali. Ah, cukup Allah yang tau curhatan saya. Saya hanya ingin memnghabiskan waktu menunggu saya di ruangan ini. Yang jelas, saya sekarang menjadi lebih tenang. Alhamdulillah.

Setelah itu, saya kembali ke lab dengan perasaan yang lebih tenang dari sebelumnya. Oke, apapun hasilnya, tawakal. Hehe. Saya sudah berencana untuk meminta ke Yamazaki-san untuk mengulang praktikum ini. Lembur? Oke! Saya siap apapun itu.

Kemudian saya mempersiapkan mesin untuk memotret gel yang saya rendam sebelumnya. Dengan hati-hati, saya mencoba memindahkan gel ke mesin dan menyusunnya. Ada beberapa bagian yang hilang ternyata. Karena warna gelnya bening, larutan pewarnanya juga bening, jadi sedikit sulit untuk mencari. Yasudahhhh… tawakal.

Dan ternyata hasilnya pun tidak sesuai keinginan, hiks. Saya menelpon Yamazaki san untuk memberitahu apa yang sudah terjadi. Tak lama, Yamazaki san pun muncul. Dengan pasrah saya memberitahukan bahwa saya tidak sengaja merusak gelnya. Sekaligus saya meminta izin untuk mengulang lagi. Tapi beliau bilang tidak perlu, karena hasilnya negative. Ah, itu membuat saya sedikit kecewa.

Lalu setelah membereskan semuanya, saya kembali ke office dengan wajah yang tidak terlalu berbeda, heheh. Sampai office, Mr. Shan bertanya “how about the result?”. “Not good. And also the gel broken” saya menjawab dengan pasrah. “It’s oke. Don’t worry about that. You can try it again” Ia membalas. Dan saya hanya tersenyum. Ah, tak apa lah. Thanks Mr. Shan.

Dan dengan semua kegalauan, saya dan Cindy bergegas pulang ke Ninomiya. Kami masih memiliki satu misi lagi, yaitu membuat video presentasi untuk mata kuliah Nanobioteknologi. Ah..

Sesampainya di Ninomiya, saya dan Cindy langsung menuju ke lantai dua: Library. Kami menghabiskan lebih dari 3 jam untu membuat video berdurasi 15 menit ini. Kami harus selesai sebelum pukul 11 malam, karena lampu akan mati secara otomatis.

Setelah beberapa kali mengulang, akhirnya kami pun selesai. Dan menyerah juga, hehe. Kami kembali ke kamar dan bergegas makan. Hahah. Iya laparnya udah level atas nih. Sementara Cindy mengedit video, saya menyiapkan makan malam. Ternyata editingnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat sadar, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan mata saya sudah tidak kuat lagi. Alhasil, saya tidur. Gomen ne Cindy san…

Ah, hari yang benar-benar menguras tenaga, pikiran serta batin, hehe. Tapi terlepas dari apapun itu, harus tetap disyukuri kan? Alhamdulillah. J
Oke, sekian cerita dari saya. Byee..

Wassalamualaikum Wr. Wb.

A hectic Day with Electrophoresis

Tsukuba, 24 Januari 2015
Assalammualaikum mina san
Mina san wa ogenki desu ka? Watashi wa genki desu
Masih dengan cerita saya dan Indah dari tanah rantauan. Semoga tidak bosan ya membacanya J Jepang masih seperti biasa, masih dingin, musim dingin masih akan berlangsung mungkin hingga bulan Maret nanti. Tapi saya dan Indah akan merasakan dinginnya kota Science Jepang ini tinggal menghitung minggu. Bulan Januari sudah di penghujungnya, hari selasa ini merupakan hari ke 65 saya dan Indah tinggal di Jepang, menjalani proses internship kami dengan sungguh-sungguh.
Cerita kami kali ini bukan tentang jalan-jalan atau petualangan, baru hari Selasa, libur masih 4 hari lagi. Udah mau libur aja Cin :D Di NIMS khususnya di bagian lab saya dan Indah, hari Selasa berarti Clean Lab Day (hari bersih-bersih lab), agenda yang tidak pernah terlewatkan bagi kami berdua semenjak awal kedatangan kami ke NIMS.
Hari ini Miku-san ternyata menginap di Ninomiya House, jadi saya dan Indah tidak berangkat berdua ke kantor. Miku-san sudah menyewa sepeda di apartemen, kami bertemu Miku-san tepat di parkiran. Yosh, kami pun segera tancap pedal menuju ke kantor. Di tengah perjalanan saya memberitahu Miku-san kalau saya dan Indah akan langsung ke lab untuk membersihkan lab. Miku-san mengangguk dan akan ikut bersama kami.
Seperti biasa, saat membuka pintu lab orang pertama yang selalu kami jumpai setiap selasa pagi di lab adalah Hattori-san. Hattori-san selalu datang lebih awal daripada staff lainnya di lab.
Ohaiyo gozaimasu” ucap kami kepada Hattori-san
“Ohaiyo gozaimasu” balas Hattori-san dan tersenyum kepada kami.
Tanpa perlu diberi komando, kami bertiga langsung mengambil posisi masing-masing. Saya selalu memilih untuk mengumpulkan sampah-sampah yang ada di bak sampah di dalam lab dan kemudian meletakkan plastik sampah yang baru. Indah dan Miku-san segera mengambil handuk kecil dan srottt, srott menyemprotkan alkohol 70% untuk membersihkan meja.
Tidak beberapa lama, Hoshi-san dan Nagasaki-san tiba lab. Pekerjaan sudah hampir beres semuanya. Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan lab tersebut, apalagi sekarang personelnya sudah bertambah lebih banyak. Suasana gotong-royong yang diterapkan di lab ini sangat terasa nuansanya. Membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai.
Usai membersihkan lab, kami bertiga kemudian menuju ke office. Di sana sudah ada Yamazaki-sensei dan beberapa staff lainnya. Kohara-san belum datang hari ini. Kemarin Kohara-san bilang akan datang ke kantor setelah makan siang.
Sensei kemudian mendekati saya dan Indah dan mengingatkan jadwal kami berdua hari ini. Hari ini saya dan Indah akan melakukan eksperimen bersama lagi setelah sekian lama berpisah. Saya akan bermain lagi dengan elektroforesis untuk kedua kalinya, tapi bagi Indah ini adalah kali pertamanya.
“Cindy dan Indah, jangan lupa untuk melakukan elektroforesis hari ini, kalian pakai TBE Buffer yang baru di buat Kohara-san” kata sensei kepada kami berdua.
“Haik, tapi saya tidak tahu di mana Kohara-san menaruh TBE Buffer baru tersebut” jawab saya kemudian.
“That’s the good question, saya juga tidak tahu, ya sudah tunggu dulu sampai Kohara-san datang” jawab sensei lagi.
Saya kemudian menatap Indah sambil memikirkan kata-kata sensei “that’s the good question”.
Kami kemudian melanjutkan aktivitas kami berdua sambil menunggu Kohara-san. Saya memilih membaca jurnal yang diberikan sensei, sementara Indah berkutat dengan datanya. Setelah itu pukul 11.00 a.m saya kembali lagi ke lab untuk melakukan eksperimen saya hingga siang. Kemudian dari lab langsung menuju ke lantai 7 gedung kantor. Saat kembali ke office saya mendapati sebuah note yang di tulis Indah tertempel di meja saya. Indah dan Miku-san sudah pergi ke kafetaria dan meminta saya menyusul mereka.

Kafetaria sudah dipenuhi banyak orang. Di tengah keramaian tersebut saya berusaha mencari Indah dan Miku-san. Ternyata di sana ada Magae-san, Nagasaki-san dan Yuke-san. Wah, anggota wanita Yamazaki-group hanya kurang Kohara-san ini. Saat saya tiba, mereka semua sudah hampir menghabiskan makanan mereka. Saat saya membuka bekal makanan saya, Nagasaki-san langsung tertarik dengan lauk yang saya bawa.
“Wah ikan, ini jenis ikan apa? Tangkap di sungai atau di laut? Tanya Nagasaki-san, antusias seakan saya yang menangkap ikan tersebut.
“Saya beli di KASUMI” jawab saya.
“Wahh KASUMI,, oke-oke” jawab Nagasaki-san kemudian.
Entah kenapa Nagasaki-san bertanya dengan antusiasnya, padahal lauk yang saya bawa tidak begitu spesial. Hanya ikan lajang kecil yang saya beli di KASUMI seharga 200 yen yang kemudian dipindang dan di cocol pakai masin (sambal udang khas Sumbawa). Hehehe, #ketahuan deh lauknya.
Usai mengkeppo lauk saya Nagasaki langsung terlibat percakapan dengan yang lainnya, kecuali saya dan Indah. Saya dan Indah sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, sesekali kami berdua saling lirik dan menahan tawa karena tidak mengerti satu kata pun.
Makan siang pun usai, kami kembali ke office. Dari ujung gedung seseorang melambai-lambai ke arah kami, terlihat samar siapa itu, namun akhirnya saya mengenali itu Kohara-san.
“Kohara-san” panggil saya
Kemudian bergegas masuk ke dalam office dan mengambil notebook dan pergi menyusul Kohara-san. Nanti aku nyusul kata Indah kepada saya. Oke, jawab saya dan pergi.

Electrophoresis!
Setiba di lab, saya menanyakan Kohara-san perihal buffer yang akan kami gunakan untuk eksperimen kali ini. Kohara-san kemudian mempersiapkannya.
“Cindy-san ini 5x TBE buffer, kamu encerkan jadi 1x ya, nanti bukanya di dalam clean bench karena ini sudah difilter” jelas Kohara-san kepada saya.
“Haik, Kohara-san” jawab saya mantap dan hitungan volume pengenceran buffer tersebut benar kepada Kohara-san.
Saat saya hendak menggunakan bench, Miku-san tengah menggunakan bench. Saya kemudian meminta izin kepada Miku-san untuk mengencerkan buffer tersebut di dalam bench. Tidak butuh beberapa lama, pengenceran pun selesai. Di saat ini saya tidak menyadari bahwa saya telah membuat kesalahan yang lumayan mempengaruhi proses eksperimen.
Usai menyiapkan buffer, tiba saatnya bagi saya dan Indah mempersiapkan sampel yang akan di elektroforesis. Saat mencoba men-setting alat, saya malah bingung sendiri caranya karena kali ini kami me­-running dua gel secara bersamaan. Kami berdua sungkan bertanya kepada Kohara-san karena dia sedang mengerjakan eksperimen yang lain. Melihat kami berdua, Nagasaki-san kemudian membantu kami mulai dari merangkai alat hingga meng-apply sampel. Saya dan Indah melakukan prosesnya secara bergantian. Namun saat memasukkan sampel milik saya, malah sampelnya tidak tepat masuk ke dalam well dan berceceran ke mana-mana dan masuk ke well lain. Lagi, saya berusaha bertanya kepada Kohara-san, tapi Kohara-san terlihat sibuk.
Untungnya, Magae-san menghampiri saya dan memberikan solusi. Ternyata buffer yang kami masukkan kurang, itulah mengapa sampel yang saya masukkan berceceran tidak masuk ke dalam well dengan sempurna. Usai meng-apply semua sampel termasuk sampel milik Indah, kami berdua kemudian me-running gelnya selama 40 menit. Kali ini Kohara-san sudah selesai dengan pekerjaannya dan dapat kami ganggu. Kohara-san memastikan proses running gel berjalan.
“Cindy-san, besok saya akan mengajarkan kamu bagaimana cara melakukan ELISA untuk deteksi immunoglobin E dan G, ini protokolnya, nanti kamu fotocopy dan kembalikan lagi ke saya. Jadi hari ini kamu tolong lakukan persiapan untuk besok” jelas Kohara-san
“Baik Kohara-san” jawab saya.
“Satu lagi, kamu akan menggunakan jenis pewarna berbeda untuk mewarnai gel-mu (elektroforesis) kan, mari sini saya tunjukkan tempatnya” lanjut Kohara-san. “Kamu harus hati-hati menggunakan pewarna ini, pakai sarung tangan dan kaca mata, ini berbahaya” lanjut Kohara-san. “Lalu nanti, kamu akan menggunakan mesin di sana untuk mengambil gambar hasil elektroforesis mu” tambahnya lagi.
“Ah, iya Kohara-san, sekarang sudah jam 3, saya bisa bertanya kepada Magae-san” jawab saya.
“Oke baiklah, saya pulang dulu, ingat jangan lupa persiapkan untuk ELISA besok dan hati-hati menggunakan pewarna gel, pakai sarung tangan dan kaca mata, jangan lupa untuk mengecek gel mu juga” jelas Kohara-san mengulang lagi pekerjaan yang harus saya kerjakan sore itu.
Sejujurnya kepala saya pusing dengan rentetan tugas itu. Saya kemudian mulai mengerjakan satu persatu pekerjaan saya.
“Cindy-san, saya akan mengajarkan mu cara menggunakan alat untuk mengambil gambar hasil elektroforesis” Magae-san menghampiri saya.
“Ah iya, Magae-san, tapi saya mau mempersiapkan untuk ELISA dulu” jawab saya.
“Oke baiklah, saya akan ke kantor dulu mengambil tas, nanti saya kembali” jawab Magae-san.
Tidak beberapa lama, Magae-san kembali dan saya baru saja menyelesaikan proses persiapan ELISA saya. Setelah itu saya dan Magae-san mengecek sampel yang tengah dielektroforesis.
“Ini hasilnya tidak bagus, seharusnya pitanya berpisah” jelas Magae-san.
Saya kaget melihat hasilnya. Proses running gelnya sudah hampir selesai, tapi hasilnya belum menunjukkan bahwa proses tersebut akan selesai. Kami berdua mengecek protokol kerja. Tidak ada yang salah, semuanya sesuai yang tertulis di kertas. Sudah hampir pukul 16.00, saya dan Magae-san masih belum menemukan letak kesalahan proses tersebut. Hingga pada akhirnya, buffer kami habis dan saya hendak mengencerkannya lagi, saya baru sadar, bahwa saya telah dikecohkan oleh satuan volume.
Seharusnya saya mencampurkan 140 mL 5x TBE Buffer ke dalam 560 mL air. Namun yang saya lakukan adalah saya mencampurkan 1400 uL (1,4 mL) 5x TBE Buffer. Saya menjelaskan kepada Magae-san dan setelah itu membuat buffer yang baru. Indah sudah bergabung lagi di lab. Magae-san kemudian membantu kami menjalankan lagi proses running gel elektroforesis tersebut, setelah itu Magae-san pulang, tersisa hanya saya dan Indah di lab.
Kesalahan yang saya lakukan memang tidak terlalu fatal, namun cukup membuat waktu pulang kami lebih lama. Kami harus menunggu selama 40 menit lagi hingga proses running gel selesai. Mungkin sensei bertanya-tanya kenapa saat beliau tiba di lab pukul 5 lebih pekerjaan kami belum juga selesai. Itu semua karena kesalahan saya. Karena terburu-buru jadinya saya tidak begitu memperhatikan apakah yang saya lakukan sudah sesuai apa tidak.
Indah dan Sensei sedang melihat hasil elektroforesis
Namun terlepas dari itu semua, saya banyak belajar dari apa yang terjadi hari ini. Mulai dari semangat gotong-royong, apresiasi, semangat membantu dengan sukarela yang ditunjukkan oleh orang-orang di lab adalah beberapa hal dari sekian banyak pelajaran yang bisa saya ambil hikmahnya dari orang-orang Jepang. Saya juga belajar dari kesalahan yang terjadi, sebagai bahan muhasabah diri untuk menjadi lebih baik ke depannya.