Link

Selasa, 02 Februari 2016

The Real Failure: When We Stop Trying

Tsukuba, 29 Januari 2016

Assalamualaikum Wr. Wb
Oke, cerita sekilas elektroforesis beum berakhir rupanya. Setelah kegundahan kemarin karena agar rusak, hari ini saya harus mencoba lagi. Padahal masih trauma sih, hehe.
Yah apa boleh buat. Saya sudah bertekat akan berhasil kali ini. Tapi terlepas dari apapun hasilnya, saya juga sudah mempersiapkan diri untuk ikhlas dan sabar :D pasrah banget kan? Haha

Tapi ya harus semangat dong ya. Gagal sekali bukan berarti dunia mau kiamat :D. Kalau tidak pernah gagal, suksesnya kurang hikmat ntar, haha. Dan kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita berhenti untuk mencoba ^^

Hari ini saya harus mempersiapkan beberapa sample dan tiap sample ada waktunya sendiri. Rempong banget kan? Saya jadinya harus keluar masuk ruangan sel kultur untuk sekedar mencampur beberapa mikro cairan. Dan proses keluar masuknya itu loh yang makan waktu. Kenapa? Karena itu adalah ruangan yang steril, khusul untuk mengkultur atau dipakai untuk melakukan praktikum yang berkaitan dengan sel mamalia. Jadi ada sistemnya sendiri. Kalau mau masuk, harus pakai jas dan alas kaki yang telah disediakan. Setelah itu tidak langsung masuk guys, tapi harus melewati ruangan kecil dulu yang ada angina-anginnya, hehe. Bingung nih jelasinnya.

Oke, “benda” tersebut namanya Air Shower / Pass Box, salah satu produk dari perusahaan AIRTECH Japan (http://www.airtech.co.jp/english/home/). Benda ini memiliki sistem untuk mengeluarkan angin bertekanan tinggi untuk mensterilkan tubuh dan pakaian yang kita gunakan dari debu atau semacamnya. Yah, sekitar 20 detik lah.
air shower (yang bulat-bulat itu tempat anginnya keluar, hehe)
Lalu, jika kita membawa barang atau apapun, kita tidak boleh membawanya langsung. Kita harus meletakannya disebuah alat juga yang memiliki dua pintu. Bentuknya seperti jendela yang ada ruangan didalamnya, hehe. Jadi, pintunya ada dari luar lab kultur sel dan ada dari dalam.
nah, ini ruang perantara untuk membawa masuk barang ke dalam lab kultur
Nah, sedikit merepotkan sih, harus lepas pasang sepatu, buka pasang jas lab dan sebagainya. Tapi ya apa boleh buat, hehe. Karena samplenya ada lima, jadi persiapannya di lima jam yang berbeda pula.

Sebelum memulai elektroforesis, saya menyempatkan mengisi perut dulu, hehe. sebenarnya karena ada waktu kosong sih. Yah, itung-itung nunggu sampel :D. tapi hari ini saya tidak masak pemirsa, cuma bawa ramen doang, huhuhu. saya, Cindy dan rekan baru kami, Miku-san sudah mempersiapkan diri untuk segera menuju ke kafetaria. Sebenarnya ini belum masuk jam makan siang, tapi kafetaria sudah dipenuhi oleh orang-orang yang tentunya sama seperti kami: Kelaparan. hahaha. kemudian kami mencari tempat kosong dan makan bersama.
Cindy, Indah, Miku-san 

oke, setelah makan saya harus segera kembali ke lab. Inilah saatnya dimana saya akan berjuang dengan elektroforesis lagi. Sebelum memulai, basmallah terucap terlebih dahulu.

Oke, proses merakit-rakit dan memasukkan sample berjalan dengan lancer. Alhamdulillah. Setelah itu, menjalankan program dan menunggu selama 40 menit. Tapi dikarenakan besok libur (sabtu – minggu), NIMS akan mengadakan beberapa perbaikan dan listik akan dimatikan total dari sore ini.

Haahh, saya harus kebut-kebutan dengan waktu agar pekerjaan saya bisa beres. Ah, itulah mengapa beberapa staf di lab terlihat sangat sibuk. Mulai dari bersih-bersih, mempersiapkan berbalok-balok es untuk menjaga bahan lab tetap aman, dan memindahkan beberapa bahan kedalam box berisikan es sebagai pengganti freezer.

Setelah 40 menit, tibalah saat pewarnaan. Tepatnya saat pengambilan gel, hehe. Lagi-lagi saya sendri nih. Oke lah. Everything will be alright kok. Saya melakukannya dengan sangat amat perlahan. Saya menghindari sebisa mungkin tindakan-tindakan yang berpotensi menyebabkan gel yang rapuh ini pecah. Haha. Alay banget yak.

Dan berhasiiillll. Uyeeeee.. hahha. Alhamdulillah. Ah, lega sekali rasanya. Memang dengan kegagalan, kesuksesan akan terasa lebih nikmat, eaaaa :D
Tapi hasilnya negative, ah. Ini artinya akan ada dua kemungkinan: 1. Ulang lagi dengan perlakukan yang berbeda atau 2. Move on ke eksperimen berikut. Yaudah yang mana-mana aja monggoooo. Wess ta’ talangin semua, haha.

gel nya mulussss, haha
Listrik akan dimatikan total dari pukul 5 sore ini. Dan saya melihat jam: 16.40. aaaaa… gawat nih. Sempat panic juga. Dan gak enakan sih, karena Hoshi-san ternyata menunggu saya dari tadi. Duh, jadi malu, haha. Nggak kok becanda doang.

Saat saya menunggu proses pewarnaan gel, Hoshi-san bertanya apakah ada alat lagi yang saya butuhkan atau tidak. Tentu ada! Saya perlu menggunakan PC dan kamera serta Invitrogen Machine untuk mengambil gambar. Wah, ternyata semua kabel telah dicabut  dan diamankan. Akhirnya Hoshi-san memanggil Li dan Hatori-san untuk membantu saya. Aduh, jadi gak enak nih.

Setelah itu, saya melanjutkan ke pemotretan untuk si gel ini. Prosesnya tidak terlalu lama. Mungkin tidak sampai sepuluh menit. Dan Hoshi-san masih setia berada di lab, hehe. Arigatou Hoshi-san.

Dan….. yah, saya merepotkan banyak orang lagi. Saya ingin mengambil file foto saya di computer ini, tapi koneksi internetnya mati. Karena computer ini tidak memperkenalkan USB memasukinya, saya terpaksa menggunakan email untuk mentransfer file. Ah, ternyata sambungan LAN nya sudah diputus. Dan dipasang lagi sekarang (karena saya), hehe. ahh gomen neeee.

And finally, semua kerjaan beres. Alhamdulillah. Terima kasih banyak untuk semua yang sudah saya repotkan, hehe. Saya pun kembali ke office dan menemui Cindy karena ada satu misi lagi yang harus kami selesaikan. PRESENTASI. Yeah, presentasi via skype dengan dosen kami tercinta pengampuh mata kuliah Nanobioteknologi, Universitas Teknologi Sumbawa dan sekaigus menjabat sebagai rector UTS, hehe.

Kami pun bergegas pulang ke Ninomiya house. Wah, dinginnnnnnn. Hujannya awet dari tadi pagi. Jadwal presentasi dari jam tujuh sampai Sembilan malam ini. Sekarang masih jam enam, jadi pulang makan dulu, hehe.

Setelah selesai, kami pun bersiap untuk pergi ke lantai dua, Library. Kami seganga memilih tempat ini karena free wi-fi, listrik tersedia, heater juga ada. Haha. Kan lumayan tuh hemat beberapa yen :D
hujannya awet bener dahh
Nah, saatnya sesi presentasi dimulai. Udah dingin, deg-degan pula. Dong makin gemetar, haha. Tapi presentasi kali ini tidak hanya saya dan Cindy, melainkan ada juga tim lain yaitu Yuli, Fahmi, Uni, Arif, Cendra, dan Azhar yang menjadi teman seperjuangan kami di FTB.
Wah, bahagia juga bisa bertatap dengan mereka, walaupun tidak secara langsung. Huaaa.. jadi pengen cepat-cepat pulang :D

saat jeda presentasi, ckreekk
Dan kemudian kami diberikan waktu sepuluh menit untuk presentasi, lalu sesi Tanya jawab seperti biasa. Setelah itu, saya dan Cindy ikut serta pula menjadi audiens untuk tim yang lain dalam presentasinya. Setelah itu, barulah acara bebas, hehe. inilah yang kami tunggu, saat dimana kami bercanda dan tertawa mendengan cerita masing-masing.

Entah kenapa, pada sesi ini semua rasa dingin dan gemetar hilang seketika, hahaha. Kami pun asyik bercerita sampai waktu ternyata sudah menunjukkan pukul 10 malam di Sumbawa. Dan kami terpaksa mengakhiri sesi temu kangen ini. See you soon all ({}).

Dan seteah itu, kami tidak langsung kembali ke kamar, melainkan memanfaatkan wi-fi gratis terlebih dahulu, hehe. Yah, tiada TELKOM, perpuspun jadi :D

Saat asyik ngenet dan download, tiba-tiba lampu dan heater mati pemirsa. Dan semua nampak gelap gulita. (lirik jam) oh, pantas. Ini sudaj jam 11 malam, dan lampu akan mati secara otomatis. Ah, ini penggusuran secara halus sepertinya.

Oke, saya dan Cindy pun bergegas untuk kembali ke kamar, beristirahat dan mempersiapkan diri untuk besok.

Nah, sekian cerita hari ini. Terima kasih seudah membaca^^

Wassalamualaikum Wr. Wb

1 komentar:

  1. Nice info about facilities in the lab :)
    Waah, ada juga ya suasana pemadaman kayak gini di NIMS. Keep going :)

    BalasHapus