Link

Jumat, 03 Mei 2019

Get Ready to ABP: Preparation!



Setelah ditanyakan lulus dan diterima sebagai mahasiswa master di Shizuokaa University (Shizudai) melalui Asia Bridge Program (ABP), lalu apa selanjutnya yang dipersiapkan?
First, take a deep breath, then relax :D
You have many things that should be prepared for! Especially documents. Ganbatte ^_^
Pengumuman kelulusan akan diumumkan sesuai dengan tanggal yang tertulis di jadwal ABP. Persis tanpa mengalami pengunduran. Pengumuman siapa yang diterima pertama diumumkan melalui website department masing-masing, selajutnya juga akan dihubungi melalui email.
Kalau saya kemarin setelah lulus langsung mengabari senpai (senior) yang ada di Shizuodai. Nah dari hal sederhana itu, saya akhirnya diinvite ke grup chat Line mahasiswa Shizudai, dan berkenalan dengan banyak orang, termasuk beberapa orang yang juga merupakan mahasiswa baru Shizudai (sama sepeti saya).
Beberapa orang mahasiswa baru tersebut ada yang menghubungi saya secara personal menanyakan persiapan terkait langkah selanjutnya yang akhirnya berujung pada memiliki group chat sesama mahasiswa baru. This is the very important thing, karena melalui group ini kami dapat berinteraksi dan mengenal satu sama lain meski belum pernah bertemu. That group totally help me a lot, banyak kemudahan yang kita dapatkan dengan saling bertukar informasi. Mulai dari berbagi informasi, persiapan dokumen, galau-galauan bareng sampai berangkat bareng loh…
Btw, total mahasiswa Shizudai dari Indonesia tahun ini yang lolos ABP adalah 22 orang, terdiri dari 3 orang mahasiswa S1 (undergraduate) dan 19 orang mahasiswa master yang terbagi di dua lokasi kampus. Oh iya, jadi Shizudai punya dua lokasi kampus, pertama di Kota Shizuoka (Department of Science, Agriculture, Forestry) dan Kota Hamamatsu (Department of Engineering, Informatics).
Oh iya, kembali ke dokumen apa saja yang perlu dipersiapkan, kurang lebih saya rangkum seperti di bawah ini:
1.       Letter of Commitment: diberikan dokumen yang isinya seperti surat pernyataan kesediaan menjadi mahasiswa Shizudai. Ini harus ditanda-tangan lalu dikirimkan kembali dalam bentuk file yang telah di-scan. Ada deadlinenya.
2.       Selanjutnya login ke website Online Pre-Enrollment, mengunduh dan mengisi beberapa hal seperti profile, form Certificate of Eligibiliy (CoE), Form Dormitory, dll. Akan ada tenggat waktu untuk pengisian dokumen-dokumen tersebut.
CoE is the most important document, karena tanpa CoE kita tidak akan bisa mengajukan pembuatan visa pelajar ke kedutaan Jepang.
3.       Setelah beberapa dokumen di atas selesai, beberapa dokumen mungkin kita butuhkan dan bisa diunduh di website pre-enrollment. Beberapa diantaranya, Guidline/Schedule, Study Japanese, Maps and direction, dan Application for Permission to Engage in Activity other than permitted.
Untuk dokumen terakhir itu adalah dokumen yang kita tanda-tangani dan diberikan kepada pihak imigrasi Jepang (jika ingin arubaito/part time job).
Selain persiapan dokumen di atas saya rasa selanjutnya adalah persiapan pribadi saja. Seperti diskusi project research dengan sensei, pemesananan tiket pesawat dan barang-barang yang perlu dibawa dan pengajuan visa. Atau jika mau juga bisa mulai les Bahasa Jepang.
Untuk les Bahasa Jepang kurang lebih saya jalani selama kurang lebih dua bulan. Saya les private dengan Sensei Diana (Guru Bahasa Jepang, SMAN 2 Sumbawa Besar). She is a very kind sensei. ^_^
Kalau teman-teman lowong selama menunggu waktu keberangkatan boleh banget persiapan Bahasa Jepang, tapi itu bukan hal wajib kok. Setelah tiba di Jepang nanti juga akan ada kelas Bahasa Jepang untuk mahasiswa internasional.

Little Problem Sebelum Berangkat
Seperti yang telah saya sebutkan di atas, salah satu dokumen yang paling penting adalah CoE. Nah, sebelum berangkat terdapat masalah kecil yang kami (most of Shizudai Student 2018) hadapi. Itu adalah keterlambatan CoE (hikz ). CoE merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh kantor Imigrasi Jepang untuk mengizinkan kita tinggal di Jepang, sepertinya untuk saat ini CoE tidak mudah untuk dikeluarkan, review permohonan CoE pun cukup ketat.
Menunggu CoE tiba adalah masa-masa kegalauan bagi kami. Karena rata-rata calon mahasiswa sudah membeli tiket pesawat dari Indonesia ke Jepang, termasuk saya yang sudah membeli tiket sejak bulan Juni (rencana berangkat akhir September).
Namun, apa boleh dikata, CoE yang dinanti datang tidak tepat pada waktunya dan tidak bersamaan. Alhasil ini mempengaruhi jadwal keberangkatan kami. Saya bahkan sampai 3 kali mengganti tanggal keberangkatan.
Pengajuan CoE ini melewati review ketat di imigrasi Jepang, sehingga jangan kaget jika nanti dihubungi oleh pihak kampus dan diminta untuk mengirimkan beberapa dokumen tambahan, seperti Bank/Financial Statement dari Supporter. Sejujurnya I have no idea about this document, tapi hal tersebut ternyata Rekening Koran. Dokumen ini diminta untuk dikirimkan dokumen aslinya ke Jepang.
Tapiii, kendala tsb tidak berarti apa-apa kok. Pada akhirnya kami semua tetap berangkat meski penuh dengan drama kegalauan sebelumnya, wkwkwk. This kind of drama was coloring my preparation.

Pengajuan Visa Jepang
Here we go!
Tahapannya adalah kurang lebih sebagai berikut:
1.       Lengkapi persyaratannya.
Yap, langkah pertama untuk mengajukan visa adalah melengkapi persyaratan yang dibutuhkan. Karena saya akan berangkat ke Jepang untuk tujuan study, maka saya mengajukan VISA STUDENT, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a.       Passport
b.       FK KTP
c.       CoE
d.       Formulir Visa dan Foto 4,5 x 4,5
e.       Kartu Keluarga (asli dan fotokopi), untuk syarat ini sebenarnya optional, karena saya warga NTB dan jika mengajukan visa Jepang melalui Kantor Konsulat Jendral Jepang di Denpasar, Bali. Saat mengajukan visa kemarin saya dimintai KK asli dan juga fotocopy.
2.       Pastikan syarat-syarat di atas lengkap semua ya.. karena jika satu syarat kurang maka permohonan visa kita akan ditolak dan tidak akan diterima.
3.       Jika permohonan visa diterima, visa akan diproses selama 4 hari kerja.

Saya mengajukan permohonan visa pada Senin, 1 Oktober 2018. Lalu, permohonan visa saya diterima dan bisa di ambil pada Kamis, 4 Oktober 2018. Untuk pengambilan visa tidak harus orang ybs yang hadir, boleh juga diwakili asalkan memiliki kwitansi pengambilan visanya. Selama pengurusan visa saya banyak dibantu oleh orang-orang baik, Alhamdulillah. Mereka keluarga Bu Wiwik, saya berangkat dari Sumbawa dengan Jasmine (anak Bu Wiwik), visa saya juga diambil oleh Bu Wiwik, dan diantarkan ke bandara oleh suami beliau. Thank you very much for your kindness, Bu Wiwik and Family, and also Bu Aryanti and Family.

Anyway, mungkin cukup sekian untuk kali ini, sampai jumpa nantiii….






Jumat, 26 Oktober 2018

Asia Bridge Program Shizuoka University

Hamamatsu, Shizuoka, Jepang, Oktober 2018


Masih sama seperti pertama kali menginjakan kaki di Negeri Sakura ini, suhunya di bawah 20C. Beberapa hal yang berbeda kali ini adalah saya tidak datang berdua, melaikan datang dalam rombongan, saya tidak datang untuk menetap selama 3 bulan seperti sebelumnya, melainkan selama 2 tahun dan menuju kota berbeda, melanjutkan pendidikan MASTER di negeri sakura.

Saya melanjutkan pendidikan Master di Jepang melalui program Asia Bridge Program (ABP), Shizuoka University. Saya diterima di Course of Applied Chemistry and Biochemical Engineering, Department of Engineering, Graduate School of Integrated Science and Technology, Shizuoka University, JEPANG.


Shizuoka University merupakan sebuah universitas negeri yang ada di Prefektur Shizuoka, Jepang. Shizuoka sendiri merupakan rumah bagi banyaknya perusahaan-perusahaan global yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita, seperti Honda, Yamaha dan Suzuki. 

Bekerja sama dengan pemerintah daerah dan perusahaan global di Prefecture Shizuoka, Shizuoka University merancang sebuah program yang disebut dengan ABP. Tujuannya adalah untuk mengedukasi pemimpin-pemimpin global di masa depan di bidang bisnis dan masyarakat, dengan misi untuk mengembangkan globalisasi dari masyarakat Shizuoka dan industri dengan melahirkan dan mengembangkan individu yang memiliki kemampuan tinggi dengan visi global.

Tidak hanya menawarkan program master, ABP juga menawarkan program untuk melanjutkan pendidikan S1 (undergraduate) di Shizuoka University. Seperti namanya, program ini hanya dikhususkan untuk negara-negara asia. Untuk program S1 hanya dikhususkan untuk negara India, Indonesia, Thailand dan Vietnam, sedangkan untuk program master ditujukan untuk 16 negara, yaitu Indonesia, Srilanka, Nepal, India, Thailand, Laos, Malaysia, Mongolia, Bangladesh, China, Korea, Singapore, Filipina, Myanmar, Vietnam dan Taiwan. 

ABP mengcover biaya ujian masuk, biaya pendaftaran, biaya kuliah dan juga biaya hidup untuk tahun pertama. Adapun untuk tahun berikutnya akan diberikan berdasarkan hasil nilai mahasiswa (IPK atau GPA) selama tahun pertama. Biaya hidup juga ada yang di support dengan beasiswa dari JASSO yang diajukan oleh pihak Shizuoka University setelah dinyatakan lulus.



Menurut saya program ini sangat menarik, it's quite challenging me.
x

Informasi mengenai ABP pertama kali saya dapatkan dari dosen pembibimbing saya Dr. Arief Budi Witarto, beberapa minggu sebelum wisuda S1. Beliau meminta saya untuk mempelajari terkait detail program ABP.

Setelah memperlajarinya, tahapan seleksi program ini bisa di bilang tidak terlalu sulit. Ada dua tahapan seleksi, yaitu Seleksi Administrasi dan Wawancara. Kebutuhan berkas administrasinya pun tidak terlalu banyak, adapun berkasnya yaitu:
a. Aplication form (biasanya baru akan dibuka sekitar bulan Maret). Isinya kurang lebih tentang biodata, riwayat pendidikan dari SD-S1. 
b. Ijazah (dalam Bahasa Jepang atau Bahasa Inggris). Bagi yang belum memiliki ijazah pun bisa mendaftar dengan cara mengirimkan hard file transkrip akademik (per tahun) ke bagian InterationalAffair Shziuoka University. (deadline sekitar awal Februari).
c. Transkrip akademik per tahun
d. Passport
e. File foto, 
f. Sertifikat TOEFL ITP/iBT/IELTS dll (tidak ada syarat minimum score, jika belum memiliki Sertifikat TOEFL sebelum mendaftar bisa dengan surat keterangan kemampuan bahasa Inggris).
f. Rangkuman tentang riset/penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
g. Essay tentang rencana riset yang akan dijalankan (point f dan g harus ditulis dalam bahasa Inggris dan tidak lebih dari 1000 kata). Jika bingung dengan rencana penelitian, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menghubungi calon professor yang sesuai dengan minat penelitian kita dan mendiskusikan bersama. Eits, berdasarkan obrolan dengan beberapa penerima ABP menghubungi professor sebelumnya bisa meningkatkan peluang kita untuk lolos.
h. surat rekomendasi (bisa dari dosen pembimbing atau atasan). Khusus surat rekomendasi harus di upload sendiri oleh pemberi rekomendasi.

Mengenai department atau jurusan apa saja yang tersedia di program ABP bisa dicek di website ABP berikut ini:

http://www.abp.icsu.shizuoka.ac.jp/eng/master/studyguide/

Seleksi Administrasi ini baru akan di buka pada bulan Maret, namun berkas-berkas di atas sudah bisa disiapkan dari jauh-jauh hari. Biasanya panduan pendaftaran akan dierbitkan setiap tahun pada bulan Desember. Itu mengapa berkas administrasi bisa disiapkan dari jauh-jauh hari.

Untuk melakukan pendaftaran, kita diharuskan membuat akun pendaftaran terlebih dahulu, setelah itu kita bisa login dan menyimpan aplikasi kita.

Hasil seleksi Administrasi akan diumumkan pada awal Bulan Mei. Bagi yang lolos seleksi administrasi maka akan mengikuti seleksi Wawancara. Kemudahan dari program ini aalah kita tidak perlu untuk melakukan wawancara ke Jepang. Wawancara dilaksanakan melalui Skype.


Setelah dinyatakan lulus berkas administrasi, saya harus mengisi aplikasi online lagi untuk menentukan jadwal wawancara. Rangkaian proses wawancaranya ada dua tahap, yang pertama adalah test connection dan wawancara yang sebenarnya. Karena menggunakan skype maka pihak ABP harus memastikan koneksi internet agar saat interview yang sebenarnya dapat dilaksanakan dengan lancar. Jadwal Connection test saya adalah 25 Mei 2018 sore, dan Skype interview adalah 31 Mei 2018, pukul 10.00 Wita.

Saat wawancara saya sempat deg-degan. Saya sempat kaget ketika melihat dilayar laptop ada sekitar 7 orang yang menjadi pewawancara. Alhamdulillah wawancara saya berjalan dengan lancar. Selama 30 menit, mungkin ada sekitar 25 pertanyaan diluar soal matetimatika yang diberikan. Simulasi serta pengalaman yang saya dapat dari mahasiswa yg saya hubungi tersebut benar-benar membantu saya. Oiya, masing-masing department memiliki mekanisme wawancara sendiri. Karena saya di bawah Department of Engineering maka terdapat soal matematika (kalkulus dasar) yang diberikan.

Jujur saja saya tidak memiliki pengalaman dalam wawancara seperti ini sebelumnya. Karena ini kali pertama saya mencoba melamar program beasiswa untuk pendidikan master, ini pengalaman pertama saya. Oleh karena itu saya banyak meminta bantuan pada beberapa pihak. Saya kembali meminta bimbingan dari Pak Alidi, sampai beliau bersedia membantu saya melakukan simulasi wawancara bersama beliau. Saya juga memberanikan diri menghubungi salah satu mahasiswa asal Indonesia yang juga kuliah di Shizuoka University dengan ABP. Alhamdulillah, mahasiswa tersebut bersedia membagi pengalamannya dengan saya. 

Setelah melewati banyak tahapan, Alhamdulilah, saat ini saya bisa melanjutkan pendidikan master di kota industri Jepang ini.


Seperrtinya kali ini cukup segitu saja cerita saya, nanti kita lanjutkan lagi ke bagian lainnya.


Salam
Cindy ^_^

Kamis, 01 Maret 2018

Ceriwis Part 2: Semakin Jauh, Semakin Dekat

 Assalamu’alaikum, sahabat..
Apa rungan?

Josh.. berjumpa lagi dengan saya. Kali ini saya akan bercerita sedikit bagaimana kehidupan muslim sebagai minoritas di negri perantauan. Check it out!

Banyak yang mengatakan bahwa menjadi seorang muslim di Negara dengan mayoritas non-muslim adalah ujian yang benar-benar memerlukan kesabaran. Segala sesuatu serba terbatas. Tidak bisa makan sepuasnya (bagi saya, Lol!). Eits, jangan salah sangka dulu. Bukan hanya memberi makan jasmani, tapi juga rohani. Setuju?

Oke, let’s start from your body! Untuk saya yang berada di Jepang (dan suka makan), ke supermarket adalah salah satu ujian. Kenapa? Ya karena berlimpahnya makanan yang merangsang produksi air liur secara berlebih (baca: bikin ngiler). Jepang merupakan Negara yang indah.  Segala sesuatu pasti memiliki nilai seni. Bahkan, tutup besi saluran air di pinggir jalan pun memiliki ukiran. Saya pernah menemui beberapa saluran yang di tutupnya terdapat ukiran bunga sakura, kartun, tulisan dalam bentuk kanji dan bahkan di warnai dengan cat.

Sebut saja "Seni Jalanan"
Untuk makanan? Apalagi! Mereka menata makanan yang disajikan seindah mungkin. Mulai dari sushi, sashimi, sampai okonomiyaki yang bahan utamanya adalah telor dan sayur yang di mix kemudian di goreng (hampir menyerupai isi martabak telur, hahaha).

Mochi
Ada yang tau mochi? Yup, kue beras khas Jepang yang dibuat dengan cara dtumbuk-tumbuk. Katanya kue beras ini sudah digunakan dalam perayaan tahun baru oleh para bangsawan jepang. Sampai sekarang, memakan kue mochi dalam rangka merayakan tahun baru sudah menjadi tradisi. Tradisi ini disebut mochitsuki, yang merupakan cara tradisional orang jepang dalam membuat kue mocha dengan menggunakan palu kayu untuk menumbuk-numbuk beras mochi yang dikukus dalam wadah batu atau kayu. Setelah beras menjadi lengket, beras dipotong-potong dan kemudan dibentuk sesuai selera. Disinilah mereka mulai berkreasi, yang awalnya mochi hanya berbentuk bulat/oval kini memiliki beragam bentuk.

 Oke, buat jasmani beres ya. Kalau rohani? Nah loh!
Salah satu yang dapat kita lakukan adalah mengikuti kajian-kajian keislaman, diluar perintah yang diwajibkan oleh Allah AWT. Kita harus memenuhi rohani kita dengan asupan kebaikan agar keimanan dan ketaqwaan kita bertambah walaupun dalam keterbatasan.

Nah, Alhamdulillah komunitas muslim di Tokyo dan sekitarnya sangat aktif. Mereka selalu menyelenggarakan acara kajian bulanan dan terkadang mengundang pembicara dari Indonesia. Acara pertama yang saya ikuti adalah Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Ikatan Perawat Muslim Indonesia (IPMI) yang bekerjasama dengan Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) dan KBRI TOKYO. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 5 November 2017 lalu di Komplek Masjid Indonesia Tokyo – SRIT.  Kajian ini bertema “Dimanapun berada, cukup bagi kita ALLAH SWT”. Pembicara yang mengisi kajian ini adalah seorang ustad yang sangat popular di kalangan anak muda karena kebiasaan beliau yang sering menyindir para jomblo Wkwkwkw.  Ustad Hanan Attaki adalah salah satu ustad favorit saya. Bukan karena beliau sering menyebabkan kebaperan di setiap kata-katanya loh ya. Ini karena beliau mampu mengenalkan dan mengajarkan Islam dengan cara yang menyenangkan, terutama kepada anak-anak muda zaman now yang sangat jauh dari sentuhan islam. Beliau melakukan berbagai macam pendekatan ke beberapa komunitas  anak muda yang ada. Dari cerita beliau saat saya mengikuti kajiannya, beliau bilang memang susah. Bahkan sangat susah untuk bisa masuk dan berbaur kedalam kelompok mereka. “Jika saya datang ke tengah-tengah mereka dan berdakwah “wahai kalian para khalifah muda, Rasullullah SAW bersabda…..” dan sebagainya maka saya akan langsung mendapat penolakan total. Bukannya mencintai islam malah mereka akan menjadi semakin keras dan menjauh. Mereka akan berpikir bahwa Islam itu membosakankan dan kaku. Oleh sebab itu, saya mencoba bergau dengan mereka. Saya mencoba menyukai apa yang mereka sukai agar mereka mau menerima saya. Lalu saya dapat dengan perlahan mengubah pemahaman mereka tentang Islam dan membawa mereke untuk lebih dekat dengan Allah SWT”. Cerdas! Pemikiran beliau yang seperti itu membuat saya kagum.

Suasana Kajian di Aula Sekolah Republik Indonesia Tokyo

 Beliau sangat sederhana dan berdakwah pun dengan cara yang tidak rumit. Sehingga hampir semua jamaah menikmati apa yang beliau sampaikan. Mendengar ceramah beliau, saya berkali-kali berucap dalam hati “Islam itu indah. Islam itu istimimewa. Dan sungguh, Allah itu Maha Kuasa”. Dengan hanya beberapa jam duduk mendengarkan dakwah, saya merasa kembali bersemangat untuk meningkatkan kondisi keimanan saya. Memang benar bahwa jika kita berkumpul dengan orang-orang sholih/sholihah maka dengan mudah kita pun akan terbawa ke jalan yang mereka lalui.

Terkadang jika kita berada di tempat yang baru, tempat yang jauh dan bukan zona dimana kita biasa berada, kita merasa takut, panik dan tidak tenang. Disaat itulah kita benar-benar merasa bahwa Allah adalah satu-satunya penolong. Disaat itulah kita akan benar-benar mengandalkan Allah. Padahal sebenarnya Allah selalu menunggu kita untuk berdoa dan memohon pertolongan. Saya sering merasa bahwa semakin jauh saya berada, semakin dekat saya kepada Allah bukan sebaliknya. Berada di tempat yang mayoritasnya bukan muslim tidak membuat saya melupakan diri saya sebagai muslim, tidak menjauhkan saya dari agama saya, malah membuat saya semakin dekat dengan Allah. Segala kesulitan tersebut malah membuat saya semakin bergantung kepada Allah, semakin mengandalkan Allah karena tidak ada yang dapat menolong saya selain Allah SWT.

Okee, sebagai pesan sponsor: mumpung di Indonesi, mumpung masih berada di negara yang mayoritasnya Islam, ayo banyak-banyak ikut kajian. Sesungguhnya Allah telah memudahkan kita, tinggal bagaimana cara kita menanggapinya ^^

See you in next chapter.
Wassalamualaykum Wr. Wb. 







Kamis, 21 Desember 2017

Ceriwis part 1: Warga Tokyo

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hello everybody!
Minna san wa ogenki desuka?

Tidak disangaka, saya telah menjadi warga Tokyo selama hampir 3 bulan. Semua terasa singkat karena hampir setiap hari saya menghabiskan waktu (senin-jum'at) di laboratorium. Terkadang dihari libur pun saya masih melakukan eksperimen.
Menjadi seorang peneliti bukanlah hal yang mudah. Ketekunan, ketelitian dan kesabaran sangat diperlukan untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Dan sebagian besar dari sikap-sikap tersebut telah diterapkan disini. Mereka sangat bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan.
Sistem pendidikan di Jepang menurut saya memang cukup strict. Saya merasakan sendiri bagaimana perbedaan atmosfir disini dan di Indonesia. Bahkan jika dibandingkan dengan di Tsukuba pun yang notabenenya sama-sama berada di Jepang, Tokyo jauh lebih keras. Mereka dituntut untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam waktu yang singkat, sehingga semua menjadi efisien. Tidak jarang teman-teman saya di laboratorium begadang bahkan sampai menginap di lab hanya untuk menunggu hasil karena setiap senin seluruh anggota lab diwajibkan untuk mengikuti progress report. Kami harus mempresentasikan hasil yang kami peroleh dama jenjang waktu dua minggu. Jika tidak ada hasil yang bisa dipresentasikan, bersiaplah untuk dibantai, wkwkwk. Bahkan ada hasil pun, jika tidak sesuai dengan yang seharusnya, kami akan dijejali dengan beribu pertanyaan yang membuat sakit kepala. Tetapi dengan kebiasan seperti itu, secara spontan otak kami dilatih untuk berpikir cepat, kritis dan terbuka akan semua kemungkinan yang terjadi. Mengapa hasil bisa demikian? Mengapa metodanya begitu? Mengapa menggunakan bahan itu ? dll.

Partner in crime, wkwkw (Pak Alim, Ito san, Mbak Dwi, Saya)

Dalam kasus saya, saya tidak terdaftar sebagai anggota yang wajib mengikuti progress report mingguan, karena saya berstatus sebagai short researcher. Tetapi saya wajib untuk ikut di progress report akhir semester. Yang sangat disayangkan adalah kemampuan bahasa yang sulit meningkat. Setiap progress report, mereka selalu menggunakan bahasa Jepang. Bahasa inggris hanya digunakan untuk international students saja. Sehingga kami sulit mengerti dengan materi yang dipresentasikan dalam bahasa Jepang. Dan di lab saya, international students nya hanya kami berempat. Saya, Mbak Dwi, Mbak Maya dan Pak Alim. Semua dari Indonesia dan dari kampus yang sama. Wkwkwk. Sehingga kami harus memberi upaya lebih jika ingin meningkatkan skil bahasa inggris kami.
Lab tempat saya melakukan penelitian memiliki satu sensei senior, yaitu Koji Sode sensei. Kemudian ada associate professor dan beberapa asisten yang membantu membina kelompok-kelompok tertentu yang sesuai dengan bidangnya, misanya grup Biosensor, Cyanobacteria, Protein engineering dan sebaginya. Masalahnya, grup saya dan pak Alim berada langsung dibawah sensei utama. Hal tersebut membuat kami sedikit kesulitan karena tidak dapat berdiskusi secara intens. Dan lagi projek yang kami kerjakan pun adalah experiment baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Jadi saya merasa sangat kurang dalam segala aspek T-T.
So, yang ingin jadi peneliti silahkan meyakinkan diri dari sekarang, bulatkan tekat dan kuatkan niat, hahaha. Karena tidak gampang untuk dapat menghasilkan sesuatu. Butuh usaha yang keras dan pemahaman yang matang. Tapi jangan takut, selama kita berniat baik dan melakukan dengan cara yang baik, Insya Allah, Allah SWT selalu ada untuk menolong J
Jika di Indonesia, pure-it dikatakan berkualitas karena telah di uji di ITB dan IPB. Sedangkan bagi International students, perantau dikatakan kuat apabila telah teruji hidup di Tokyo, LOL! Tokyo memang terkenal dengan biaya hidup yang tinggi. Seperti Jakarta, semua serba mahal. Apalgi sekarang sudah memasuki musim dingin yang katanya lebih dingin dari tahun kemarin. Waduhh.. Mau hemat listrik pasti susah nih, wkwkw.
Tetapi selalu ada jalan disetiap kesulitan, eaaa :D. Di Jepang terdapat beberapa supermarket yang semua isinya hanya ¥100. Sayuran, buah-buahan, snack, minuman dan hampir semua kebutuhan pokok tersedia. Ini adalah tempat favorit saya, heheh. Tapi terkadang, untuk membeli beberapa persediaan seperti beras dan telur, saya memiliki supermarket khusus yang lokasinya dekat dengan stasiun. Berdasarkan hasil survey, untuk beras, ikan dan telur, Nakaya Supermarket adalah yang terbaik (baca “termurah”). Untuk mendapatkan sayuran dan buah-buahan yang murah, ada Lawson. Bosan makan ikan? Don’t worry, ada Gyomu Supermarket yang menyediakan sosis dan ayam halal. Dan jika ingin mencari snack, roti maupun cake yang aman dikonsumsi oleh muslim, ada Seven Eleven (fyi, Lawson dan Seven Eleven ada dimanapun loh! > cek fb Halal Japan).

Seven Eleven
Lawson
Gyomu Suppa

Selain itu, ada juga beberapa toko yang menjual barang-barang second hand, tetapi kualitasnya masih bagus. Toko-toko seperti ini akan sangat ramai saat pergantian musim. Saat winter, mereka akan menjual berbagai produk keperluan winter seperti selimut, jaket tebal, sepatu tahan dingin dan sebagainya. Biasanya, warga Jepang sendiri pun akan membeli saat musimnya tiba. Saat suatu musim berakhir, mereka akan menjual kembali barang-barang tersebut. Holang kayaaaa…
Nah, ada juga seperti pasar dadakan yang diadakan tiap tahun. Flea market. Kemarin saya sempat pergi untuk melihat-lihat. Murah, banyak pilihan dan kualitas juga ok. Pasar mulai dibuka dari jam 9 pagi sampai 5 sore. Sary berangkat sendiri dari Koganei ke Musashi Sakai, kemudian ganti kereta dua kali sampai tiba ke Ajinomoto Stadium. Disepanjang jalan dipenuhi dengan gelaran tikar, gantungan, meja dan mobil-mobil yang berisi dengan barang-barang dagangan. Mulai dari baju, jaket, celana, rok, sandal, sepatu, topi, bahan pokok sampai alat dapur lengkap semua. Saya sempat mikir, ini jangan-jangan semua isi dapur dibawa kesini, wkwkwk.

Flea market

Setalah berkeliling lebih dari 3 jam dengan suhu 6 drajat celcius, saya memutuskan untuk beristirahat dan masuk ke stadion untuk menonton permainan bola yang dimainkan oleh anak kecil, wkwkwk. Tapi sayangnya di dalam gor saya tidak mendapatkan sinar matahari, sehingga terasa lebih dingin. Saya pun keluar untuk berfotositesis dan menyegerakan diri untuk pulang. Tapi tidak dengan tangan kosong, wkwkwk. Saya mendapatkan jaket tebal dengan bulu di leher  sehraga ¥500, wkwk. Murahhhhh dan masih bagus. Dan kebetuan saya juga perlu. Hehe.
Akhirnya karena lelah, dingin dan lapar saya pun menyegerakan diri untuk ke stasiun dan pulang. Butuh waktu 30 menit untuk sampai. Dan diatas kereta, sepanjang perjalanan saya membayangkan betapa nikmatnya indomie goring dan telor ceplok hahah.


Jaaaaaa… sekian dulu ceriwis kali ini. Insya Allah ceriwiss part 2 segera menyusul yaa ^^

Minggu, 03 Desember 2017

Welcome Autumn, Happy Momijigari

Momijigari atau berburu momiji (gari = berburu) adalah rekreasi ala Jepang yang sangat terkenal dan dinantikan. Saat momijigari, kita dapat menikmati perubahan warna daun momiji dari hijau menjadi merah atau kuning. Saat memasuki musim gugur / autumn, daun pohon ginkgo dan maple akan berubah warna seiring dengan menurunnya suhu dan memendeknya waktu matahari bersinar. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari berbagai ulasan mengenai momijigari, warna daun ginkgo dan maple akan berubah serentak menjadi merah maupun kuning saat suhu pada siang hari mencapai 5 derajat celcius. Perubahan ini dimulai dari wilayah Jepang bagian utara menuju selatan, dan semakin tinggi tempatnya makan pohon ginkgo dan maple akan mengalami perubahan warna yang semakin cepat.



Daun Maple

Daun Ginkgo

Momijigari menjadi alternatif liburan terbaik disela kesibukan eksperimen. Mushashino Park  dan Nogawa Park menjadi pilihan saya untuk menikmati akhir pekan. Kedua taman ini bersebelahan dan hanya terpisah oleh rel kereta api. 
Awalnya, taman favorit saya selama di Tokyo adalah Koganei Park. Taman ini sangat luas dan memiliki banyak spot untuk foto (wkwkwk). Banyak wahana bermain untuk anak, lapangan golf, jalur bagi manula, hewan dan sepeda, juga lapangan untuk bermain sepak bola dan basket. Ada juga beberapa patung dan benda-benda tradisional yang telah dimuseumkan disini. 
Untuk sampai ke taman ini, saya harus mengayuh sepeda cukup jauh dan melewati tanjakan. Tapi kelelahan itu terbayar dengan pemandangan yang saya temukan disana. 

Wahana bermain anak

In Action ^^

Salah satu jalur sepeda

Jarak dari Koganei International House (asrama saya) sampai Koganei Park sejauh 2,4 kilometer dan dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menuju kesana. Jarak yang jauh membuat saya tidak dapat sering-sering berkunjung. Saya harus mengalokasikan waktu paling tidak setenga hari untuk dapat menikmati dan berkeliling taman. Namun, salah satu teman saya yang tengah menempuh program master di TUAT menyarankan untuk berkunjung ke Musashino maupun Noogawa park yang jaraknya lumayan dekat. 
Alhasil, saya mencari rute menggunakan google map dan pergi seorang diri. Alhamdulillah pekerjaan saya selesai diawal waktu, jadi saya bisa berkeliling menikmati senja sejenak. Saya menyusuri gang-gang kecil, memotong beberapa jalan sampai akhirnya terhenti di persimpangan. Iya, persimpangan. Bingung mau pilih yang mana. lah :D
Efek beberapa kali dibuat nyasar sama om google. 
Akhirnya saya menemukan rel kereta kejam yang memisahkan kedua taman tersebut, hiks (spam sentence alert). Sebelum sampai ke pintu masuk taman, saya harus melalui turunan. Sumringah lah senyum saya karena akhirnya sampai. Dengan kaki yang menggantung dan tangan kiri yang membentang, saya menikmati hempasan angin yang sejuk namun hangat karena paparan sinar matahari. Betapa indah nikmat Allah, dalam benak saya.



Musashino Park

Setelaah mengelilingi Musashino Park, saya menyebrang untuk melihat-lihat keindahan Nogawa Park yag tepat berada di sebelahnya.
Taman ini lebih pas untuk berlolahraga, karena hampir tidak ada kursi maupun tempat peristirahatan kecuali di pintu masuk. Saya menemukan banyak sekali jalur untuk berlari dan bersepeda. Taman ini memiliki banyak bukit-bukit kecil yang digunakan sebagai spot andalan untuk piknik. Sedangkan Musashino park benar-bendar dikondisikan sebagi tempat rekreasi yang dilengkapi dengan taan bermain, beberapa kursi dipinggir maupun ditengah taman, adapula spot khusus untuk barbecue. 
Saya juga menemukan satu kawasan konservasi alam disini. Saya melusuri dari luar sambil mengayuh sepeda. Ternyata, dibagian dalam tempat konservasi tersebut telah dibuat jalan kecil seperti jembatan menggunakan kayu. Sangat tradisional.

Nature Conservation Area

And you know what? the best things I found is.... tadaaaa.... sakura KW, wkwkkw. Sebenarnya bukan KW-KW baget sih, istilahnya sakura winter. Bukan sakura yang umum, tapi memang termasuk salah satu jenis sakura. 



Ditengah hamparan lembah dan rindangnya pepohonan hijau yang menguning, saya menemukan secerca cahaya (wkwkwk). Iya, sebut saja cahaya. Pohon dengan batang dan ranting gelap dan daun yang telah jarang, namun memiliki bunga-bungan kecil, putih nan cantik di tiap rantingnya.
Semangat lah saya mengayuh sepeda agar sampai secepat mungkin. Ya Allah, begitu indah ciptaan-Nya. Tak henti saya menggumam melihat ciptaan Allah dihadapan saya. Dan semua terlihat lebih indah dengan balutan sinar sang mentari yaang akan menghilang.

Beberapa pohon sakura

Alhamduillah. Seketika rasa dingin, penat dan lelah menghilang. Bahkan untuk menarik dan menghembuskan napas pun terasa begitu nikmat ^^
Ini mungkin bukan pengalaman spesial dan waw bagi pembaca maupun "kids jaman now", hehe. Tetapi yang membuatnya spesial adalah bagaimana cara kita mensyukuri nikmat dan ciptaan Allah, sekecil apapun itu. So, don't forget to say Alhamdulillah ya guys ^^

Rabu, 18 Oktober 2017

Eksplorasi Negeri Sakura part II

Tokyo, 1 Oktober 2017

Haloooooo readers!! How are you doing? Semoga selalu dalam lindungan Allah ya J
Alhamdulillah saya masih diberi kesehatan untuk menulis dan berbagi cerita lagi dengan para pembaca sekalian.. Penasaran kan dengan apa yang terjadi selepas saya menyelesaikan masa magang saya selama 3 bulan di Negeri Sakura??
Ok! Just prepare yourself and be focus. I will bring you to my world!


Flashback ke pertengahan Februari 2016.

Tepatnya tanggal 16 Februari saya dan rekan seperjuangan saya, Cindy mengakhiri masa magang kami di National Institute for Material Science (NIMS), Tsukuba, Japan dibawah bimbingan Dr. Tomohiko Yamazaki. Tiga bulan di NIMS menjadi tantangan tersendiri bagi kami, mengingat kami harus berinteraksi hampir setiap hari dengan Nihonjin (Orang Jepang). Kendala bahasa tentulah menjadi penghalang bagi kami dalam mengutarakan pendapat dan berekspresi. Kami tidak menguasai bahasa Jepang, juga tidak terlalu mahir dalam bahasa inggris (miris). So, put on your mind:

“if you want to know the other side of the world, you have to know the world language first!” (intinya kalau pengen keluar negri, mantapkan bahasa inggris dulu ya gaes. Itu jadi modal utama kalian. Kalau kalian sudah siap dengan diri kalian sendiri, maka peluang juga akan siap mendatangi kalian. Jaga-jaga aja, biar gak jadi gembel di negri orang :D)

Waktu, situasi dan kondisi memaksa kami untuk belajar. Jika kami tidak melangkah maju dan hanya pasrah dengan kemampuan kami yang “pas-pasan”, maka kami tidak akan dapat bertahan. Sedangkan program yang kami ikuti ini tidak hanya membawa nama kami pribadi, melainkan nama kampus kami tercinta dan orang-orang yang telah bekerja keras mewujudkannya.
And time flies. Kami telah mengakhiri magang kami dengan menulis sebuah report. Tentunya dalam bahasa inggris loh ya. Tulisan tersebut menjadi landasan dan bekal kami untuk menulis kitab akhir mahasiswa (read: skripsi). Sesuai rencana awal, penelitian yang akan kami lakukan di NIMS menjadi topik yang akan kami bahas dalam skripsi untuk menyelesaikan kuliah kami sebagai Sarjana Bioteknologi. And now, we are Biotechnologist. Yeay!


Masa-masa setelah sidang memang masa yang menggalaukan bagi beberapa pihak. Bagaimana tidak? Kehidupan kuliah yang kadang menyiksa dengan banyaknya tugas dan presentasi, seketika menjadi hilang. Blussshhh! Tidak perlu bangun pagi, tidak perlu ke kampus, tidak ada ujian… I feel free! (isi hati seorang kenalan saya, wkwkwk). Tetapi itu tidak berlaku bagi saya. Bah!
Setelah menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa, saya mengabdi di fakultas saya, FTB UTS untuk membantu beberapa  pekerjaan dosen dan staf fakultas. Selain itu, saya juga berpartisipasi dalam perintisan dan pengembangan Sumbawa Technopark (STP) yang berlokasi di Sumbawa, dan menjadi satu-satunya Technopark di Indonesia Timur. Bagi saya, ini adalah cara menghabiskan waktu yang berkelas, hahaha!

Lembaran baru
Seiring berjalannya waktu, program Pasca Sarjana Universitas Teknologi Sumbawa pun dibuka. Ada beberapa calon mahasiswa yang mendaftar. Hampir 80% dari total mahasiswa tersebut berstatus sebagai pegawai negeri. Mereka mendapatkan Surat Izin Belajar dari instansi mereka masing-masing. Adanya program Pasca Sarjana UTS tentunya merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi masyarakat Sumbawa sendiri. Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai PNS, mereka tidak perlu sampai keluar pulau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi demi kepentingan keilmuan maupun karir mereka. Dengan terbitnya izin pendirian Sekolah Pasca Sarjan dari Menristek DIKTI, mereka dapat memperoleh gelar magister tanpa harus meninggalkan keluarga maupun pekerjaan mereka.
Sebuah universitas jika tidak memiliki mahasiswa maka tidak akan dapat berdiri tegak. Ini adalah kampus baru. Satu-satunya kampus yang membuka program magister di Pulau Sumbawa. Banyak yang harus dipersiapkan sebelum kampus ini bisa menjadi kampus yang luar biasa. Waktu, tenaga, biaya, pikiran, segalanya dipertaruhkan untuk Sumbawa yang lebih baik kedepannya. Pertanyaannya, siapa yang mau?
Sebagai putri daerah, tentunya saya harus bisa memberikan yang terbaik untuk daerah saya. Saya tidak memiliki hal istimewa, sehingga saya hanya berusaha melakukan apa yang saya bisa dan memberi pelayanan sebaik mungkin sebagai anggota masyarakat. Disaat itu, sebuah tawaran datang kepada saya. Indah mau kuliah S2 di UTS?
Waktu seakan berhenti sejenak. Hati saya  mengetuk seakan merasa mendengar sesuatu yang tidak wajar. Saya kaget bukan kepalang. Saya tak dapat mengucap sepatah kata pun. Otak saya masih mencerna 5 kata yang tertuju pada saya. Saya memahami manfaat dari adanya lembaga belajar yang dapat menunjang pendidikan saya dan letaknya pun tidak sampai mengarungi lautan. Tetapi keinginan untuk melanjutkan sekolah ke luar negri telah menjadi mimpi saya sejak lama. Saat itu adalah masa-masa yang berat untuk saya memilih. Banyak hal yang menjadi pertimbangan saya kala itu. Saya harus mengikuti yang mana? Mimpi yang entah telah menjadi ego? Ataukah keinginan sang Ibu yang tak mau berpisah jauh dengan putri satu-satunya?
                Saat dipikirkan kembali, ternyata pilihan tidak hanya dua tetapi tiga. Pengorbanan. Apa aku sanggup? Dalam hati saya bertanya. Seseorang pernah berkata kepada saya. “saya lebih suka menjadi yang pertama, menjadi pembuka jalan. Memang berat untuk harus berkorban, tetapi manfaatnya untuk orang lain juga besar”. Itu adalah kalimat yang benar-benar membekas dalam benak saya. Kalimat sederhana, mudah di ucap tetapi berat untuk dilakukan. Tetapi itulan yang benar-benar beliau lakukan. Dan beliau bisa!
                Sejak saat itu, saya selalu berfikir. Apa yang sudah saya lakukan? Selama 22 tahun saya hidup, apa yang telah saya berikan untuk orang lain? Apa guna saya sebagai manusia yang telah mengenyam pendidikan sampai sarjana?
                Akhirnya saya meyakinkan hati dan membulatkan niat untuk melangkah. Saya harus bisa meyakinkan diri saya sendiri bahwa ini bukan jalan yang buruk. Saya harus memikirkan matang-matang segala kemungkinan yang dapat terjadi. Bismillah. Niat yang baik akan disertai kebaikan pula.

Sekerdar share pendapat yang gaes: kalian harus yakin dan paham dengan apa yang kalian lakukan. Baik itu yang kalian sukai, yang tidak, yang kalian dapatkan dengan jerih payah kalian maupun rezeki yang Allah berikan melalui tangan hamba-Nya yang lain, pikirkan matang-matang. Agar suatu saat, jika suatu hal yang tak diinginkan terjadi, kalian tidak perlu menyalahkan pihak lain. Jika hal yang buruk terjadi (naudzubillah) kalian sudah siap dan yakin karena kalian telah mempertimbangkan segala hal sebelum memilih.

                 Dan disinilah saya sekarang. Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT). Dengan status sebagai mahasiswa S2, saya berkesempatan untuk mengikuti program penelitian jangka pendek (short research) selama 6 bulan di Jepang. saya ditempatkan dibawah supervisi Prof. Koji Sode. Beliau pernah berkunjung ke Sumbawa untuk mengisi kuliah umum di Kantor Bupati Sumbawa lt. 3 dan UTS pada tahun 2013 lalu. Beliau juga membimbing Tim iGEM Sumbawagen bersama Dr. Tomohiko Yamazaki saat itu. Penelitian beliau berfokus seputar penyakit diabetes. Beliau mengembangkan alat sensor glukosa dalam darah menggunakan rekayasa genetika. Saya pun akan melakukan hal yang sama, yaitu mengekspresikan protein pengkode enzim glucose dehydrogenase yang di isolasi dari Aspergillus flavus.


Alhamdulillah. Nikmat Allah benar-benar ada dimana-mana. Saya mendapatkan beasiswa dari JASSO (Japan Student Services Organitation) untuk menunjang kehidupan saya selama di Jepang. Alhamdualillahnya lagi, banyak dosen UTS yang bersekolah disini dan ini pun kali kedua saya ke Jepang. Tentunya saya akan sangat terbantu. Dan yang paling saya rindukan saat berada disini adalah Ukhuwah Islam yang begitu kuat antar muslim sebagi penduduk minoritas.

                Well, Alhamdulillah. Tiada henti syukur terpanjat untuk Sang Maha Kuasa, Allah Azza wa Jalla. Inilah saat saya harus berjuang lagi sebagai perantau di negeri orang. Tunggu cerita selanjutnya yaaa ^^

Kamis, 04 Februari 2016

Berkah Awal Bulan

Tsukuba, 2 Februari 2016

Assalamualaikum Wr. Wb. Apa rungan sarea? (apa kabar semua?). Itu bahasa Sumbawa loh, hehe. Sekarang sudah februari. Artinya sebentar lagi….. :D

Saya tidak tau harus merasa senang atau sedih, karena saya memiliki keduanya. Disatu sisi saya sangat bahagia karena sebentar lagi saya akan berjumpa dengan keluarga dan kawan-kawan saya. Tapi di sisi yang lain sedih juga, hehe. Mungkin karena saya sudah merasa nyaman disini. Dengan suasananya, dengan orang-orangnya, dengan semua-muanya deh :D.

Sampai-sampai Magae-san pernah bilang ke saya “you are special Indah-san. You the only one I know that ever said “sad” because you will back to your country soon. Every internship students here usually want to go home soon”. Saya hanya tersenyum menanggapinya.

Hari ini saya hanya diam di office dari pagi karena jadwal saya masuk lab adalah pukul 15.00. Tapi sebenarnya tadi pagi sudah ke lab sih, hehe. Mampir sebentar buat bantu bersih-bersih. Soalnya tiap hari selasa adalah hari bersih-bersih. Jadi, sudh sewajarnya saya dan Cindy ikut membantu. Karena mereka semua, jika kami memerlukan sesuatu selalu memberi respon cepat dan bantuan yang tepat. Inilah salah satu hal yang membuat saya betah disini.

Dari selepas bersih-bersih, Cindy sudah stand by di lab untuk memulai eksperimen bersama Kohara-san. Sampai sekarang, pukul 11.45, Cindy dan Kohara-san belum juga kembali. Begitu pula dengan Miku-san.

Lalu Magae-san tiba-tiba muncul dan bertanya kepada saya “Indah-san, have you heared from Cindy-san about our lunch?”. Ah, iya. Cindy sudah mengirim pesan via messenger bahwa Kohara-san dan Magae-san ingin mengajak kami untuk makan di resto sushi. Wah, tawaran yang menggiurkan. Tapi saya dan Cindy ragu, karena kami tidak tau makanan disana halal atau tidak. Bahkan saya dan Cindy sudah memutuskan untuk tidak ikut. Lagi pula kami juga sudah membawa bekal makan siang kami.

Saat saya hendak memberitahu Magae-san bahwa kemungkinan kami tidak ikut, Magae-san sudah bertanya kepada saya sambil tersenyum, “why? Worried?”. Saya hanya membalas dengan senyuman. Lalu dia berkata bahwa kemungkinan aman, karena Yamazakin san bilang bahwa beliau pernah mengajak bu Atie dan kak Rizky makan di tempat tersebut. Ai?? Cotto matte ne, Yamazaki-san??

Dengan wajah bingung dan sedikit kaget saya bertanya sambil berbisik kepada Magae-san “Yamazaki-san? Yamazaki-san also?”. Dengan pasti Magae-san menjawab “sure! Why? Are you nervous?” tanya Magae-san sambil menggoda saya. Lalu dengan enteng saya menjawab “hmm, sometime. But if that lunch time, I think it’s will be okay”. Haha, lalu Magae-pun tertawa.

Ia mengingatkan saya bahwa kami akan berangkat pukul 12.00, tepat sepuluh menit lagi. Jadi saya harus segera menanyakan Cindy, karena saya bilang ingin meminta pendapat Cindy terlebih dahulu. Karena Cindy tidak membalas pesan saya, terpaksa saya harus berlari ke lab. Ah, rempong cuy.

Saat saya memberitahu Cindy, ternyata ia juga kaget, haha. Karena Cindy beranggapan bahwa hanya kami berlima dengan Miku-san yang ikut. Ternyata ada Yamazaki-san dan Hoshi-san juga toh, hehe.

Akhirnya kami pun pergi dengan mobil yang terpisah. Saya, Cindy dan Magae-san menggunakan mobil Magae. Kohara dan Miku menggunakan mobil Kohara. Yamazaki-san dan Hoshi-san? Nggak tau :D mungkin mobil Yamazaki-san, hehe.

Yosh, sampailah kami di Hamazushi. Wah, dari namanya saja sudah ketahuan apa yang dijual, hehe. Ternyata tempatnya tidak jauh, dan saya serta Cindy sering melewatinya apabila kami hendak pergi ke Gyoumu Supa.

Wah, tempatnya lumayan penuh. Kohara-san dkk duah sampai duluan dan mengambil posisi. Ada dua kursi lumayan panjang yang berhadapan, dengan satu meja ditengahnya. Dan kami “memuat-muatkan” diri untuk duduk bersama, hehe. Untung muat :D

Disetiap meja, ada satu monitor kecil yang digunakan pelanggan untuk memesan makanan. Wih, kerenn. Ternyata di meja seberang ada mba Riska dan suami. Wah. Alhamdulillah, berarti aman nih makan disini, hehe.

Setelah bersalaman dan bercakap sebentar, kami pun kembali ke meja. Yamazaki-san tersenyum melihat kami dan berkata bahwa mungkin kami bisa makan, karena ada muslim yang lain yang juga makan disini. Dan kami hanya tersenyum menanggapi.

Kemudian kami memesan beberapa jenis sushi. Ehm, lebih tepatnya dipesankan, hehe. Tapi kami sudah bilang duluan bahwa kami tidak makan raw fish. Jadi, kami dipesankan beberapa jenis sushi dengan ikan yang sudah dimasak terlebih dahulu.

Menu pertama: oishi! Hehe. Enak maksudnya. Nasi yang dibentuk onjong dengan ikan diatasnya menjadi menu pertama kami.  Yah, mungkin karena lapar :D. Menu kedua membuat kami mengembangkan senyum: Tempura! Hahahah. Kemudian, kami ditawarkan untuk mencicipi unagi.  Ini adalah ikan yang lumayan mahal katanya. Menu pertama tadi ikannya mirip unagi, tapi KW. Hehehe.
temura dan unagi KW
Akhirnya saya mencobanya. Dan ternyata benar pemirsaaa.. enakk bangett. Ikannya seperti lumer di mulut. Mirip-mirip rasa ikan bakar dikecapin gitu. Tapi ini bener enak! Suwerrr! Magae-san tampak bahagian melihat kami menyukai makanan tersebut. Tiap kali kami mengunya, ia selalu bertanya “daijoubu?” yang artinya mirip-mirip dengan: are you oke?. Hahaha. Yes Magae-san we are daijoubu desu.

yeah! Unagi
sushinya mirip-mirip ini (tapi bukan yang ini, hehe)
Setelah itu, kami dipesankan beberapa jenis sushi yang mirip dengan sushi yang pernah kami buat saat sushi class dulu. Sushi yang pertama: nasi dibungkus dengan nori (rumput laut) dan diberi topping ikan yang dicampur mayonais. Kedua: sushi yang lumayan besar dengan nori di bagian dalam dan luarnya ditaburi dengan telur ikan. Ini kesukaan saya, hehe. telur ikan yang menjadi pembungkus nasi ini sangat renyah saat dikunyah. Meletus-meletus gitu, hehe. yang ketiga: nasi dibungkus nori yang didalamnnya ada ikan dan buah-buahan. Yang ini lumayan segar pemirsa. Mungkin karena ada timun didalamnya.


Setelah itu, kami diminta untuk mencoba sweet potato. Enak dan benar-benar manis. Ini seperti kentang goring yang dipotong lumayan besar dan dibaluti dengan caramel. Manis bangettt. Tapi gak bikin enek kok, hehe.

Lalu Yamazaki-san bertanya lagi, apa yang ingin kami makan selanjutnya. Saya menatap tumpukan piring didepan saya. Masyaallah, program diet batal nih. Cindy kemudian meminta tempura lagi. Haha. Caria man kayaknya. Saya meminta yang mahal, unagi. Hahaha. Tapi bukan karena mahalnya sih, emang enak aja.

Kemudian kami dipesankan sushi lagi dengan telur dadar diatasnya. Saya dan Cindy sudah saling melirik. Aman nih kayaknya. Tapi ternyataaaa… ah, terrible. Telur dadarnya manis :’(

karena saya lupa foto, ya kurang lebih kayak gini, hehe
Aneh banget rasanya. Biasanya kan kita makannya yang agak asin, apalagi sama nasi. Akhirnya saya dan Cindy hanya memakan nasinya saja. Sedangkan telur-telur tersebut kami serahkan ke Magae-san. Hahaha. Gomen ne Magae-san. Dan akhirnya ia berkata bahwa ia akan memakan telur-telur ini, tapi tolong berikan nasinya juga. Karena ia juga merasa sedikit aneh memakannya tanpa nasi. Hahaha, yah, nasinya udah masuk perut semua. Dan akhirnya kami pun tertawa.

Dan menu terakhir yang diberikan kepada kami adalah: Miso soup. Ah, perasaan saya sudah tidak enak. Saya tidak terlalu suka dengan menu yang satu ini. Tapi yah, di coba saja. Ternyata miso soup yang ini sedikit berbeda. Tidak ada rumput laut didalamnya. Hanya kerang dan irisan daun bawang. Dan rasanya tidak terlalu buruk rupanya. Yah, terpaksa abis nih, ahahha.

Setelah makan dan kenyang, hehe, kami pun beranjak untuk kembali ke kantor. Dan ternyata saya juga Cindy di traktir oleh Yamazaki-san. Alhamdulilah yah :D. Tau gitu, mending pesan unagi banyak-banyak. Hahahah.

Sampai di kantor, saya langsung menuju lantai tujuh untuk menunaikan sholat dzuhur. Setelah itu, barulah saya ke lab. Hari ini saya terbebas dari elektroforesis, hehe. Saya melakukan eksperimen lain kali ini. Tapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Saya harus mengukur sample tiap jam sampai tiga jam. Yah, pulang lama deh.


kerjaan nih
Dan pengukuran terakhir selesai tepat pukul delapan malam dengan saya seorang diri yang ada di dalam lab. Untunglah Takemura-san masih ada di ruangannya. Jadi saya pamit terlebih dahulu kepada beliau selaku yang bertanggung jawab di laboratorium.

Sampai di office, ternyata Yamazaki san masih ada. Saya melaporkan hasil yang saya dapatkan. Dan untungnya tidak ada yang salah. Alhamdulillah. Dan saya dapat tugas baru yang harus saya selesaikan setelah ini: elektroforesis lagi. Uh, ganbatte ne Indah-san.

Saya harus melakukan elektroforesisi beberapa kali dengan bahan sample yang sama, tapi dengan perlakuan yang berbeda-beda untuk mencari hasil yang terbaik.

Setelah diskusi dengan Yamazaki-san, saya pun kembali ke meja saya. Oh iya! Saya masih punya bekal makan siang nih, hehe. Karena Cindy masih memiliki beberapa pekerjaan, jadi saya ikut menemani di kantor. Lumayan lah, memanfaatkan wi-fi dan menghangatkan badan, hehe.

yukk mariiii

Akhirnya kami pun kembali ke Ninomiya House sekitar pukul 11 malam dengan suhu yang mencapai 1 derajat celcius. Ya Allah, dingin bangetttt. Kami sesegera mungkin mengayuh sepeda agar cepat sampai ke Ninomiya House.

Sesampainya di kamar, kami pun membersihkan diri dan beristirahat. Alhamdulillah, hari ini luar biasa. Rezeki anak sholehah, hehe.
Oke guys, sekian dulu ya. Terima kasih sudah membaca ^^

Wassalamualaikum Wr. Wb