Link

Selasa, 05 Januari 2016

Day 43: Dauroh Tsukuba 8, Indahnya Nuansa Islami di Kota Science Negeri Sakura



Kamis, 31 Desember 2015

Tanggal 31 Desember, tidak hanya menjadi hari terakhir bagi bulan Desember, melainkan juga menjadi hari terakhir setiap tahun. Tidak terasa, betapa Allah begitu baiknya masih memberikan kita nikmat yang tiada terkira, mengijinkan kita hidup hingga saat ini. Alhamdulillah wa syukurillah, pujian syukur kepada Sang Ilahi Rabbi.
Suasana Lab di hari libur

Sesuai janji kami dengan Yamazaki sensei (sebenarnya Dr. Yamazaki tidak mau di panggil sensei, tapi tak apalah di tulisan blog kami panggil beliau sensei) kemarin (sebelum libur), bahwa kami akan pergi ke lab untuk mem-passage-(sebuah teknik untuk memelihara sel agar tetap hidup dan berkembang dalam kondisi kultur untuk waktu yang lama)-sel hari ini. Seusainya mandi dan memasak bekal saya dan Indah pun meluncur ke lab dengan sepeda. Seperti dugaan saya, Yamazaki sensei sudah ada di lab. Bukan datang untuk mengawasi saya dan Indah, melainkan untuk mem-passage sel yang beliau miliki. Sama halnya dengan kami berdua. Saya mengira hanya kami bertiga (saya, Indah, dan sensei) yang akan datang ke lab hari ini karena librur. Ternyata ada orang lain, Mrs. Lee (China) dan Mrs. Hana (Perancis) juga datang ke lab di hari ini. Mereka datang untuk melakukan eksperimen mereka sendiri.

Di tengah eksperimen kami, sensei menanyakan rencana liburan kami. "Kemana kalian pergi liburan? Kalian sudah mengkontak Dwi-san? Saya rasa dia juga libur" tanya Yamazaki sensei.

"Kami belum memiliki rencana, tapi sepertinya kami akan mendiskusikan jurnal yang sensei berikan kemarin" jawab Indah

"Sebaiknya kalian pergi ke Tokyo dan melihat emperor (Kaisar Jepang). Setiap tanggal 2 Januari setiap tahunnya, Kaisar Jepang akan muncul bersama keluarganya menyapa masyarakat" jelas Yamazaki sensei.

"Wah, kami akan mengatur jadwal kami, setelah ini kami akan pergi ke Masjid Tsukuba, ada acara bersama dengan teman-teman Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Ibaraki" jawab Indah lagi.

"Baiklah, jangan lupa mengkontak Dwi-san, saya pulang dulu, kalian tahu kan bagaimana cara mengkunci lab ini, jika masih ada orang lain di sini saat kalian akan pulang, bilang kepada mereka untuk mengkunci lab" tambah sensei lagi.

"Baik, kami mengerti" jawab kami

Yamazaki sensei pun pulang, sementara saya dan Indah masih mem-passage sel kami. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 lebih, kami baru saja selesai. Indah bertanya mengenai rencana kami ke Masjid Tsukuba untuk mengikuti Dauroh Tsukuba 8. Saya pun mengkontak Mbak Riska (warga PPI Ibaraki, sekaligus panitia acara), beliau mengatakan bahwa penjemputan peserta dauroh sampai pukul 12.00 a.m. 30 menit lagi, pukul 12.00 kami harus tiba di Senta Eki (Stasiun Tsukuba Center) jika tidak ingin ketinggalan rombongan.

Kami tiba di Senta sebelum pukul 12.00 dan segera mencari lokasi penjemputan peserta. Berbekal buku panduan yang dikirim melaui email, kami menemukan lokasi tersebut. Saya kira kami sudah telat, ternyata masih menunggu beberapa peserta lain dari Tokyo. Oke, akhirnya kami menunggu. Tidak beberapa lama, dari pintu keluar Tsukuba Express, terlihat dua orang wanita berjilbab, mungkin itu peserta yang dimaksudkan tadi, menunggu dua orang akhwat (sebutan untuk wanita dalam Islam).

Kami pun berkenalan.
"Assalammualaikum, saya Mima, saya Yulia" ucap dua orang yang sudah berada di depan kami.
"Waalaikumsalam, Cindy, Indah" balas kami berdua.
"Oh ini mahasiswanya Mbak Dwi ya" balas Mbak Mima kemudian.
"Loh, kok tahu mbak?" tanya kami heran.
"Kemarin yang ngurusin tiket suami saya" jawab Mbak Mima sambil menunjuk ke arah suaminya, Pak Indra.

Pak Indra adalah orang yang sangat kami repotkan menjelang waktu keberangkatan kami ke sini. Masya Allah, dulu hanya berkomunikasi jarak jauh dengan Pak Indra untuk urusan pemesanan tiket, bahkan terkait kasus pembatalan jadwal penerbangan hingga reschedule jadwal yang benar-benar menjadi ujian luar biasa sebelum kami menginjakkan kaki di negeri sakura ini. Alhamdulillah ujiannya sudah berakhir, kami merasakan nikmatnya sekarang. Semoga saat kepulangan kami nanti semuanya baik-baik saja. Aamiin Allahumma aamiin.

Bagaimanapun, cerita pembatalan penerbangan hingga cerita perjalanan kami ke sini menjadi topik pembicaraan utama di dalam mobil yang membawa kami ke Masjid Tsukuba. Saya, Indah, Mbak Mima, Mbak Yulia, berada di mobil yang sama bersama Pak Haris (yang mengemudi) dan seorang brother hood asal Perancis yang telah menjadi mu'alaf (masuk agama islam) 2 tahun lalu. Menempuh perjalanan 10-15 menit, kami pun tiba di Masjid Tsukuba.

Sudah 43 hari tinggal di Tsukuba, Jepang baru kali ini saya dan Indah menginjakkan di masjid lagi. Saya penasaran bagaimana model bangunan masjid di negeri sakura ini, Apakah seperti bangunan masjid pada umumnya seperti di Indonesia atau ada model lainnya? Pertanyaan saya akhirnya terjawab. Model bangunan Masjid Tsukuba tidaklah mewah, bahkan jika dilihat dari luar tidak terlihat seperti masjid, melainkan hanya seperti rumah biasa. Meskipun demikian ini adalah rumah Allah satu-satunya yang ada di Kota Science, Jepang ini. Lokasi masjid ini lumayan jauh dari pusat Kota Tsukuba, dan hanya bisa di akses dengan sepeda atau mobil, tidak bisa di akses dengan bus. Lokasinya tenang, cocok untuk tempat beribadah. Saya mendengar berita baik, bahwa tahun depan akan mulai di bangun bangunan masjid yang baru dan tentunya lebih megah. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memudahkannya.

Dauroh Tsukuba

 Dauroh Tsukuba adalah salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap akhir tahun oleh Forum Keluarga Muslim Indonesia di Tsukuba (FKMIT) dan bekerja sama dengan beberapa organisasi lain. Kegiatan tahun ini merupakan Dauroh ke-8 dan dilaksanakan pada 31 Desember 2015-2 Januari 2016. Bertempat di Masjid Tsukuba dengan pembicara adalah Ustad Raihan Iskandar, Lc, MM dengan tema "Berislam Secara Kaffah Berbekal Sirah Nabawiyah". Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari ini tidak hanya diikuti oleh warga Indonesia yang tinggal di Tsukuba saja, melainkan ada juga dari Tokyo dan sekitarnya, beberapa diantaranya tadi, Mbak Mima, Mbak Yulia dan Pak Indra, dan Bu Umi. Adapun beberapa warga PPI Ibaraki yang hadir dan sudah kami kenal ada Mbak Isti, Mbak Nadine, Aini, Dea, Mbak Sri dll.


Suasana Dauroh di Masjid Tsukuba (Akhwat)



Suasana Dauroh di Masjid Tsukuba (Ikhwan)
Alhamdulillah, diberikan kesempatan merasakan nuansa islami di salah satu negeri yang mana Islam menjadi minoritas ini. Nuansa yang saya rasakan berbeda dari yang biasa saya rasakan di Indonesia. Bahagia sekali rasanya menutup akhir tahun dengan kegiatan bermanfaat. Kebahagian juga terasa lengkap saat saya bisa memperkenalkan kampus kebanggaan kami Universitas Teknologi Sumbawa kepada beberapa orang di tengah acara. Berawal dari memperkenalkan diri (taaruf), semua cerita dimuali. Hingga kami pun di sebut sebagai duta kampus bahkan juru bicara kampus, saking detail dan semangatnya kami berbagi cerita kampus di bawah kaki Olat Maras tersebut.

Kampus Olat Maras (sumber facebook Oktavian Dwi Nata) 


Materi-materi yang disajikan dalam dauroh ini sangat menarik dan bermanfaat. Saya mendapatkan banyak pengetahuan tambahan terutama dalam hal keislaman. Bagi teman-teman yang ingin melihat materinya dapat menonton mengunjungi beberapa link video di bawah ini:

Materi 1: http://youtu.be/lZq3zikTFaA
Materi 2:https://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fyoutu.be%2FrtGIyuQmz2Y&h=qAQGzmUVp
Sharing session: http://youtu.be/zbXIdPNjxgo
Materi 3: https://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fyoutu.be%2F1ohPJwYOTl4&h=aAQEDZxem
Materi 4: http://youtu.be/DGkpGOLNPr0
Materi 6: http://youtu.be/H-rVkZw81_o dan  http://youtu.be/PcCDnEYcn18
Materi 7: http://youtu.be/5kZSAwxOqdg
Materi 8: https://www.youtube.com/watch?v=DGkpGOLNPr0&feature=youtu.be

Peserta akhwat hanya mengikuti kegiatan dauroh sampai pukul 8 malam saja, sementara peserta ikhwan mengikuti rangkaian kegiatan penuh. Saya dan beberapa peserta akhwat un pulang, saya dan Indah tidak jadi menginap malam ini, kami akhirnya memilih pulang. Awalnya kebingungan bagaimana caranya pulang ke apartemen, Alhamdulillahnya kami diantar menggunakan mobil sampai Senta. Saya dan Indah memarkirkan sepeda di Senta siang tadi, jadinya dari Senta kami akan pulang dengan sepeda. Dari Masjid Tsukuba kami bersama dengan Mbak Umi dan suaminya serta Izumi (anak Mbak Umi). Beliau sekeluarga kembali ke Tokyo malam ini juga. Wah, perjalanan yang cukup jauh. Setelah berpamitan dengan Mbak Umi, kami kemudian menuju tempat kami memarkirkan sepeda,

Kota Science Jepang. Tanpa New Years Eve
Dalam bayangan saya, pasti Tsukuba Center akan sangat ramai, dipenuhi oleh orang-orang yang akan merayakan tahun baru atau kerennya New Years Eve. Kenyataannya adalah sepi, sepi sekali. Hanya ada beberapa orang saja dan beberapa bus yang masih beroperasi, beberapa 2 atau 3 tidak banyak. Begitupula dengan toko, hanya beberapa yang masih buka, sisanya sudah tutup mungkin sedari pukul 05.00 p.m.
Tsukuba Center Ilumination Tree
Tsukuba Center Parking Area
Tsukuba Center

Tidak ada kerumunan orang-orang yang memakai terompet atau membawa kembang api. Tidak ada sama sekali. Tidak ada pula toko yang menjual terompet, kembang api ataupun petasan beberapa hari sebelumnya. Tidak ada perhitungan detik menuju pergantian tahun. Suasana kota yang sangat tenang. Pergantian tahun adalah sesuatu yang spesiel bagi masyarakat Jepang, sehingga mereka memilih berkumpul dan bercengkerama dengan keluarga mereka. Keesokan harinya mereka akan pergi ke kuil untuk berdoa. Seperti lebaran saja, bahkan Kohara-san sudah pulang ke kampungnya sejak tanggal 25 Desember lalu.
 
Saya dan Indah menikmati suasana ini, bahkan kami tidak bisa merasakan suasana seperti ini di Sumbawa. Di kampung saya pun yang tergolong kampung kecil dan sepi, suara petasan terdengar dimana-mana, apalagi di beberapa kota besar di Indonesia. Salah satu hal yang bisa di contoh dari Tsukuba, Kota Science Jepang ini, tidak ada euforia tahun baru atau New Years Eve. Entah bagaimana regulasinya yang pasti menurut saya ini adalah salah satu hal yang patut di contoh dari kota di mana ratusan peneliti dari berbagai penjuru dunia berkumpul,


Finally, rasa syukur tiada terkira kepada Tuhan semesta alam, Allah subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan nikmat tidak terkira selama tahun 2015 ini dan juga tahun-tahun sebelumnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar