Link

Jumat, 29 Januari 2016

Petualangan: Melawan Angin menuju Masjid Tsukuba, Yuk Bantu Donasi!

Tsukuba, 24 Januari 2016

Selamat pagi minna-san. Ogenki desu ka?
Semoga selalu sehat dan ceria ya ;)

Bagaimana agenda hari minggunya? Hayo, yang anak kos pasti agenda wajibnya nyuci, atau ada yang pergi liburan? Apapun agendanya semoga menyenangkan.

Hari minggu kemarin, saya dan Indah pergi lagi ke Masjid Tsukuba. Hari ini ada kegiatan Forum Keluarga Muslim Indonesia di Tsukuba (FKMIT) yakni pemilihan ketua baru FKMIT. Ini adalah kali ketiga saya dan Indah menginjakkan kaki di masjid lagi. Pukul 10.00 kami berangkat menuju apartemen Mbak Fiqoh, Kami berjanji akan berangkat bertiga ke masjid.

Mbak Fiqoh mempersilahkan saya dan Indah masuk ke apartementnya. Sambil menunggu Mbak Fiqoh saya meminjam microwave Mbak Fiqoh untuk memanaskan kopi dalam tumbler yang cepat sekali dingin.
"Oh iya Cindy dan Indah, kalian dapat titipan dari Pak Ikhtiar"--salah satu peneliti Indonesia di NIMS-Sengen, juga.
"Apa mbak? tanya kami berdua

Mbak Fiqoh kemudian mengambil sebuah kotak
"Ini oleh-oleh dari Pak Ikhtiar pas beliau pergi konferensi" lanjut Mbak Fiqoh sambil memberikan kotaknya kepada Indah
Dark Chocholate, hadiah dari Pak Ikhtiar


Oleh Indah, kotak tersebut langsung dibuka. Mata kami berdua langsung berbinar-binar melihat isi kotak adalah coklat-dark chocholate-lebih tepatnya.

Usai menyantap coklat tersebut, kami pun bergegas menuju masjid. Kami sudah telat sebenarnya. Kami bertiga pergi menggunakan sepeda. Mbak Fiqoh bilang perjalanannya tidak akan sampai 1 jam kok, cuma 40 menit, setelah kami bercerita pengalaman tersesat 2 jam menemukan masjid. Hehehe

Yosh, yang semangat goesnya. Petualangan kami hari ini nampaknya lebih berat dari pada biasanya. Pasalnya kami harus mengayuh sepeda lebih kuat karena hari ini angin bertiup kencang. Semakin menambah dinginnya kota science Jepang ini. Di tengah angin yang bertiup kencang, kami bertiga harus melewati jalan yang bagian kiri-kanannya dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Tsukuba bukanlah kota seramai Tokyo, yang dikelilingi oleh gedung-gedung menjulang. Kota Science Jepang ini masih terjaga kealamiannya, dikelilingi oleh bukit dan pegunungan, serta masih banyak tersedia lahan kosong. 

Kami mengayuh sepeda dengan tenaga penuh. Angin bertiup kencang sementara kami menuju arah berlawanan dengan arah angin. Pohon-pohon disamping jalan ikut bergemuruh karena tiupan angin.
Saya yang sudah tidak lagi kuat mengayuh sepeda melawan angin tersebut akhirnya memilih berhenti mengayuh. Indah dan Mbak Fiqoh sudah cukup jauh di depan. Tidak beberapa lama Indah juga memilih berjalan kaki. Kami berdua berjalan beriringan sambil memanggil Mbak Fiqoh yang sudah jauh di depan. Mbak Fiqoh berhenti dan menunggu kami berdua. Sesekali saya melirik ke arah pohon-pohon disamping jalan yang jika roboh akan menutupi jalan. Perasaan ngeri menggelayuti. Kami baru setengah perjalanan melewati barisan pohon yang berderet rapi tersebut.

Karena khawatir dengan kecepatan angin yang kurang bersahabat pagi itu, kami memutuskan untuk melewati jalan di perkampungan saja yang lebih aman. Angin memang kurang bersahabat dengan kami pagi itu, melewati persawahan kami tidak kuat lagi mengayuh sepeda dan akhirnya berjalan kaki. Dari pada nanti ketiup angin juga seperti jemuran warga, hehehe :D Melewati perkampungan ini kami masih melihat kekhasan dari Jepang, mulai dari rumah yang terbuat dari kayu dan arsitektur serta ornamennya, tanaman-tanamananya, kuburannya. Ini baru benar-benar keliatan kalau lagi di Jepang. Dreamers pasti tahu serial animasi Doraemon atau Sinchan kan, rasanya itu kayak jalan-jalan di sekitar rumahnya Nobita atau Sinchan yang banyak gang-gang gitu.

Setelah berjalan beberapa menit dan dilanjutkan dengan mengayuh sepeda lagi, Alhamdulillah kami tiba di Masjid Tsukuba dengan selamat. Acaranya sudah di mulai, sudah banyak keluarga muslim yang hadir. Ketua FKMIT yang baru pun sudah dipilih. Selamat untuk ketua FMIT yang baru. Saat kami tiba acara yang sedang berlangsung adalah mendengarkan laporan pertanggungjawaban oleh ketua FKMIT yang lama, yang kemudian dilanjutkan dengan kultum dan makan siang bersama.
Forum Keluarga Muslim Indonesia di Tsukuba 
Bagi saya dan Indah, ini merupakan momen yang akan kami rindukan nantinya, Kebersamaan, kekeluargaan, suka cita bersama dengan orang-orang hebat Indonesia ini. Saya sama sekali tidak pernah membayangkan akan mendapatkan pengalaman seperti ini di negara ini.

Usai makan dan sholat dhuhur bersama, acara silahturrahmi ini pun usai. Saya, Mbak Fiqoh, dan Indah mohon pamit. Setelah dari Masjid Tsukuba kami berencana mampir di rumah sister Japannese kami yang sudah menolong menemukan masjid. Hayo dreamers ada yang ingat? 

Hari minggu kemarin, sekali lagi kami menikmati suasana Jepang, saat pulang melewati jalan yang sama, melewati perkampungan. Angin masih bertiup kencang, tetapi perjalanan pulang kami lebih mudah, karena tidak lagi harus berlainan arah dengan hembusan angin. Tapi sebelum mampir di rumah sister Japannese, kami bertiga mampir terlebih dahulu disebuah padang rumput berwarna coklat di tengah kampung. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk berfoto-foto. Hehehe.
Subhanallah :)
Masya Allah, indah sekali ciptaan Allah. Angin masih bertiup kencang, semakin menambah keindahan yang tercipta ditengah padang rumput tersebut. Puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah sister Japannese kami, Chio-san. Kami tidak menemukan Chio-san di rumahnya, hanya ada Ayah dan Ibunya. Merkea berdua ternyata masih mengenali saya dan Indah. Dengan bantuan Mbak Fiqoh sebagai translator kami menjelaskan maksud kami mampir, memberikan permen susu khas Sumbawa kepada Chio-san dan keluarganya. Setelah itu kami pun pamit. Ibu Chio-san menawarkan kami untuk minum teh terlbih dahulu, tapi karena sudah hampir sore kami menolak, perjalanan kami masih jauh.
Capture the moment
Usai dari rumah Chio-san kami bertiga menuju toko China yang berada di dekat Kampus Universitas Tsukuba. Di toko tersebut menjual beberapa produk makanan halal dan juga produk yang berasal dari Indonesia, misalnya mie instan, coklat, jagung, bumbu sate, soto, dll. Awalnya sempat kalap mau beli mie instant, tapi berfikir lagi masa di Jepang makan mie instan juga, kan bukan perbaikan gizi namanya. Apalagi kalau lihat harganya 100an yen (lebih dari 10.000 rupiah). Niat pun diurungkan. Sisi berhemat kami berdua muncul, hahha

Dari toko tersebut, kami kembali mengayuh sepeda menuju SEIYU (salah satu supermarket favorit kami). Kali ini bukan untuk belanja, melainkan untuk menambah angin sepeda. Jadilah 3 mahasiswi Indonesia ini menjadi "montir" sesaat. Tekniknya tidak terlalu yakin benar apa tidak, yang penting angin masuk, kepala kejedot stang sepeda saat bangun pun tidak masalah. Hihihi
Cie, jadi montir dadakan



Anyway, sekian dulu ya teman-teman cerita petualangan saya dan Indah plus Mbak Fiqoh hari ini, semoga terhibur ^_^

Oh iya sebelum itu, for your information, satu-satunya masjid di Kota Science Jepang ini akan segera dibangun bagunan barunya. Alhamdulillah izin pendirian masjid sudah di kantongi, bagi saudara-saudara atau teman-teman yang ingin menyisihkan pendapatannya mari donasikan untuk pembangunan Masjid Tsukuba. Insya Allah, semoga ini menjadi salalh satu amalan terbaik kita di dunia ini.Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar