Assalammulaikum Warahmatullah
Hallo dreamers, apa kabr nih? Ketemu lagi dengan Cindy yang kali ini melanjutkan kisah petualangan saya dan Indah dalam Edisi Liburan 2: One Day Full Trip (Part II). Sudah pada gak sabar ya dengan kelanjutan cerita kami? "Sila mo sia baca" (Bahasa Sumawa, artinya silahkan dibaca)
Flashback Part I:
“Baru saja kami berempat masuk melewati gerbang barat Monas,
Urwah—mahasiswa Psikologi UTS asal Bekasi menelpon saya. Dia dan
Jaffar—mahasiswa Bioteknologi UTS asal Bekasi juga dan merupakan adik tingkat
saya di Fakultas Teknobiologi UTS—sudah tiba di stasiun kereta api Tanah Abang.
Kemarin saat di TMII kami bertemu dengan mereka berdua dan berjanji akan pergi
ke Bumi Serpong Damai (BSD) City tempat kediaman rektor pertama dan sekaligus
pemilik UTS, Bapak Dr. Zulkieflimansyah, M.Sc. Kami juga ingin bersilaturrahmi
dengan calon adik tingkat kami yang baru, yaitu mahasiswa rantau asal berbagai
daerah Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan mereka di UTS.”
Stasiun Juanda è Stasiun Manggarai
(Transit) è
Stasiun Tanah Abang (Transit)è
Stasiun Rawa Buntu, Serpong è
Stasiun Tanah Abang è
Slipi (angkot) è
Halte Trans Jakarta RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat.
Nah dreamers, kurang lebih
seperti itulah jalur kereta yang saya dan Indah tempuh hari ini. Ini adalah
kali pertama saya menjadi penumpang kereta di Ibu Kota. Sebelumnya saya pernah
menaiki kereta di Boston, Amerika Serikat saat saya dan Tim Sumbawagen
mengikuti kompetisi iGEM (Internasional
Genetically Engineered Machine) Oktober tahun lalu.
Sistem Transportasi yang Lebih Baik
Kereta yang membawa kami dari Stasiun Juanda menuju Stasiun Manggarai
siang tadi tidak begitu ramai. Meskipun demikian saya dan Indah tetap saja tidak
mendapatkan tempat duduk. Jadilah kami berdiri sampai akhirnya beberapa
penumpang turun di salah satu stasiun pemberhentian kereta. Saat saya tengah
berdiri seorang nenek penumpang kereta tersebut melihat ke arah saya dan
mempersilahkan saya untuk duduk di sampingnya. Alhamdulillah, saya dan Indah
mendapatkan tempat duduk. Perjalanan dari Stasiun Juanda menuju Stasiun
Manggarai ternyata memakan waktu yang cukup lama, mungkin sekitar 20 menit. Jika
saja kami belum mendapatkan tempat duduk dan terus berdiri bisa-bisa saya dan
Indah duduk di lantai gerbong kereta. Huhuhu, tapi jangan coba-coba
melakukannya ya dreamers, karena kita
dilarang untuk duduk di lantai.
Karena kali pertama menaiki kereta, saya memperhatikan
dengan seksama penjelasan dari petugas kereta. Meskipun mengantuk tapi sebisa
mungkin saya menahan mata saya agar tertidur dan tetap fokus pada perjalanan
kami. Saya tidak ingin mengulang pengalaman tertidur di kereta sehingga kami
turun di stasiun yang salah seperti di Boston dulu. Hohoho, lucu juga jika dibayangkan
penganan tersebut.
Flashback Boston 3 November 2014
Sore itu kebahagian menyelimuti kami tim Sumbawagen setelah mendapatkan 3
penghargaan pada kompetisi iGEM. Matahari mulai kembali ke peraduannya. Saat itulah
Dr. Arief (Rektor UTS saat ini) yang merupakan instruktur kepala di Team
Sumbawagen hendak meninggalkan Boston dan akan bertolak menuju Washington DC.
Dikarenakan ada beberapa file yang belum selesai di dop, Pak Arief meminta Mbak
Sausan (Dosen FTB UTS) untuk ikut dengan beliau menuju Bandara Logan, karena
beliau harus segera check in. Mbak
Sausan pun mengajak saya untuk menemani Mbak Sausan.
Singkat cerita nih dreamers, usai mengantar Pak Afief dan
urusan copy-mengcopy file sudah selesai, Mbak Sausan dan saya pulang menuju kediaman
Pak Sukidi (mahasiswa Indonesia tempat kami menginap selama di Boston). Mungkin
karena kelelahan kami jadi salah mengambil jalur kereta, lelah tersebut pula yang
membuat saya dan Mbak Sausan tidur pulas selama di perjalanan kereta yang membawa
kami ke arah yang salah. Kami tersadar dan baru menyadari bahwa kami telah tersesat.
Setelah bertanya kami pun mengambil jalur kereta yang sebenarnya. Lelah lagi-lagi
menjadi faktor pendukung untuk tidur. Lagi, kami tidur pulas di kereta dan
mendapati bahwa stasiun tujuan kami telah terlewat ketika kami sadar. Saya dan
Mbak Sausan jadinya harus menunggu kereta lain lagi yang akan membawa kami
menuju stasiun yang benar. Hahaha :D Untung saja kereta malam itu sepi, dan
kami tidak perlu mengeluarkan banyak uang karena ketersesatan yang kami alami.
:D
Sekitar pukul 12 siang, kami
tiba di Stasiun Manggarai. Kami harus transit dan mengganti kereta jika ingin
menuju Stasiun Tanah Abang. “Jalur kereta menuju Tanah Abang berada pada jalur
5” begitulah kira-kira penjelasan yang diberikan oleh petugas kereta melalui pengeras
suara yang sudah terpasang pada setiap gerbong kereta. Setelah turun dari
kereta saya dan Indah bergegas mencari jalur 5 tersebut. Di sinilah kesabaran kami
di uji. Huhuhu L Saya
dan Indah beserta beberapa orang yang juga memiliki tujuan yang sama menunggu
kedatangan kereta cukup lama. Sekitar 30 menit lebih kereta baru muncul.
Dan lagi terjadi untuk kesenian kalinya
kami harus berdiri lagi (Bacanya pake nada lagu Band Lyla yang judulnya dan
lagi ya :D). Peminat stasiun Tanah Abang banyak juga pemirsa. Penumpangnya di
dominasi oleh kaum hawa. Tidak heran jika gerbong khusus wanita sangat sesak. Tidak
ada tempat duduk, bahkan tempat berpegangan pun hampir tidak ada. Syukurnya
perjalanan menuju Stasiun Tanah Abang tidak terlalu jauh. Hanya melewati empat
stasiun kereta yang lain, jadinya “penderitaan” yang kami rasakan tidak terlalu
lama dan taaadaaaa akhirnya kami sampai juga di Stasiun Tanah Abang.
Sejujurnya perjalanan dua hijaber traveller (Cindy dan Indah)
cukup melelahkan. Kami sangat kehausan stok air putih yang kami bawa sudah
habis. Akhirnya di Stasiun Tanah Abang kami mengisi dahaga terlebih dahulu
sambil menunggu Jaffar dan Urwah tiba. Tidak beberapa lama kedua anak tersebut
muncul. Alhamdulillah, kami jadi punya teman lagi berpetualang hari ini. Hehehe
Kami masuk ke dalam kereta.
Urwah menjadi pemandu perjalanan, dia mengajak kami menyusuri gerbong kereta
mencari tempat duduk yang kosong untuk kami berempat. Saya tidak mau masuk ke
dalam gerbong kereta wanita lagi. Saya tidak ingin berdiri lagi (trauma gak
dapat tempat duduk) mengingat perjalanan yang akan kami tempuh cukup jauh.
Tepat di gerbong terakhir Urwah mendapatkan tempat duduk yang muat untuk kami
berempat. Alhamdulillah gak jadi berdiri J
Di dalam kereta kami mengobrol
sampai saling membully dan curhat satu sama lain. Dari sela banyaknya obrolan
kami salah satu topik menarik adalah mengenai curhatan Jaffar tentang perkembangan
sistem transportasi di Indonesia.
Suasana di dalam gerbong kereta, nyaman dan bersih |
“Kereta
sekarang bagus kak, berbeda banget pas jaman saya SD, SMP” kata Jaffar memulai
curhatannya.
“Emang gimana
Far? Tanya saya penasaran.
“Sekarang
kereta kelas ekonomi udah bagus banget kak, keretanya bersih lagi. Sekarang semua
orang sudah bisa dapat tempat duduk. Dulu kan masih pada naik ke atas gerbong,
banyak yang gak bayar tiket juga. Kualitas kereta kayak ini cuma bisa di dapat
di kelas bisnis kalau dulu kak. Harganya mahal banget bisa sampai ratusan ribu.
Apalagi keretanya juga banyak yang sering ngaret”
“Iya juga sih
Far, dulu kalau kita lihat di TV banyak banget orang di atap gerbong, sekarang udah
gak ada, keretanya juga bersih banget” balas saya.
Itulah sedikit percakapan
saya dengan Jaffar terkait perkembangan sistem transportasi di Indonesia.
Jika di bandingkan dengan transportasi di luar negeri, misalnya Boston,
sistem transportasi Indonesia sudah cukup mendekati sistem transportasi di
Boston. Busway dan kereta sudah lebih tertata sistemnya. Fasilitas transportasinya
pun sangat nyaman, meski terkadang penumpang masih harus berdesak-desakan. Benar
apa yang dikatakan Jaffar. Selama saya menikmati fasilitas transportasi umum di
Ibu Kota Jakarta yakni busway dan kereta, saya seperti berada dalam shuttle Bus dan kereta di Boston.
Tempat duduk tersedia, gerbong dan daerah khusus wanita pada kereta dan
busway, ruangan yang bersih dan di lengkapi AC. Tidak hanya itu, halte dan
stasiunnya pun juga nyaman dan bersih. Jadi tidak ada lagi penumpang gelap yang
bisa masuk tanpa tiket. Kartu kereta yang kita miliki bahkan juga bisa
ditukarkan dengan uang cash jika kita
tidak menggunakannya lagi. Kebijakan dilarang merokok, makan dan minum baik di
dalam kereta dan busway juga sudah diterapkan. Sistem pembayaran yang sudah menggunakan
e-money, menggunakan kartu khusus kereta
atau busway yang bisa kita isi ulang setiap saat. Dengan membeli kartu Rp.
10.000 untuk kereta dan Rp. 20.000 untuk busway kita sudah dapat menikmati
semua fasilitas tersebut. Harga tiketnya pun tidak terlampau mahal, untuk
busway sekitar Rp. 3.500,00 dan kereta Rp. 2.000,00 per 25 km. Murah dan nyaman
serta bebas macet lagi.
Tanpa terasa perjalanan kami
menuju Stasiun Rawa Buntu Serpong hanya tinggal melewati dua halte lagi. Sekitar
pukul 14.00 Wita kami sudah tiba di Stasiun Rawa Buntu. Nah dreamers, dari stasiun kami menggunakan
angkot menuju salah satu pusat perbelanjaan di BSD yakni Mall ITC. Dari ITC
kami kemudian menggunakan taksi menuju Taman Giri Loka, Blok F5, tempat kediaman
Pak Dr. Zulkieflimansyah (Rektor pertama UTS).
Berkenalan
dengan Mahasiswa Rantau Baru UTS beserta keluarganya
Taksi yang kami tumpangi
akhirnya berhenti di depan F5—akrab kami menyebut rumah Pak Zul yang merupakan salah
satu markas mahasiswa UTS jika berada di Jakarta. Terlihat di depan F5 banyak
mobil yang terparkir rapi, tidak sebanyak biasanya. Ternyata sore tadi sedang
ada pertemuan antara orang tua mahasiswa baru UTS asal Bekasi yang akan
marantau ke Sumbawa esok hari. Kami berempat malu untuk masuk karena F5 sangat
ramai. Saya kemudian menghubungi Bang Ian memberitahukan posisi kami di depan
F5. Akhirnya setelah Bang Ian menemui kami dan mempersilahkan masuk barulah
kami masuk ke dalam rumah tersebut.
Rasanya semua mata langsung
tertuju kepada kami berempat. *eaaaa, ini kepedean dreamers, tapi memang benar sih, hehehe*. Pak Zul kemudian memperkenalkan
kami berempat kepada mahasiswa baru dan juga orang tua mereka. Tidak hanya di
perkenalkan nama dan dari program studi apa, kami berempat di daulat untuk
menceritakan pengalaman kami selama kuliah di UTS. Wah, kami menjalankan tugas
kekampusan (ala-ala tugas kenegaraan) di sana. Hehehe :D
Dengan senang hati Saya, Indah,
Jaffar dan Urwah menceritakan pengalaman kami selama menjadi mahasiswa UTS.
Saya dan Indah juga di daulat untuk menceritakan pengalaman kami saat mengikuti
iGEM di Boston, USA. Awalnya kami merasa canggung, secara gitu loh kami
berbicara di depan bapak-bapak dan ibu-ibu. Hehehe :D Alhamdulillah, suasana
sore tadi tidak begitu menegangkan dan kaku, karena para orang tua mahasiswa
sangat antusias mendengarkan cerita kami. Apalagi sesekali cerita kami tidak hanya
membuat kagum tetapi juga mengundang gelak tawa orang-orang di rumah tersebut.
Satu hal yang membuat saya
merasa heran. Rata-rata orang tua mahasiswa tersebut mengatakan bahwa saya dan
Indah seperti orang Sunda, dari segi wajah dan juga logat berbicara. Ini bukan pertama
kalinya sih kami di kira orang Sunda, saat hari pertama berkenalan dengan staf
Litbang di RSK Dharmais kami juga dikira orang Sunda karena logat bicara kami.
Hohoho ;D padahal kami orang Sumbawa
tulen.
Tapi kami sangat senang karena
bisa berbagi cerita dengan para mahasiswa rantau ini. Semoga saja cerita kami
berempat dapat menginspirasi mereka semua termasuk juga orang tua mereka.
Aamiin ya Rabbal Alaamiin J
Sekitar 140 mahasiswa rantau yang berasal dari seluruh
penjuru nusantara akan melanjutkan pendidikan mereka di Sumbawa. Hari minggu ini adalah
jadwal mahasiswa yang termasuk dalam kloter kedua keberangkatan menuju Sumbawa.
Keberangkatan ini akan terus berlanjut sampai tanggal 28 Agustus nanti. Wah,
bisa dibayangkan kampus akan semakin ramai saja. Kehadiran mahasiswa rantau ini
merupakan salah satu motivasi juga untuk kami mahasiswa lokal terus belajar dan
menjalin silaturahmi. Akhirnya setelah sekian lama banyak anak-anak muda
Sumbawa yang memilih merantau melanjutkan pendidikan ke luar daerah kini
Sumbawa juga tidak kalah kedatangan anak-anak dari penjuru Indonesia memilih
melanjutkan pendidikan mereka di Sumbawa.
Tidak terasa waktu semakin sore,
Saya, Indah, Jaffar dan Urwah memutuskan untuk segera pulang menuju Jakarta
lagi. Sebenarnya saya dan Indah ingin menginap di F5, tapi karena kami keluar
ala anak backpacker kami megurungkan niat untuk menginap dan ikut pulang ke
Jakarta bersama Jaffar dan Urwah.
Jaffar dan Urwah memang tuan
rumah yang sangat baik. Mereka tuan rumah yang bertanggungjawab juga ternyata.
Hohoho, Tidak tega juga mereka melihat dua gadis polos dari Sumbawa ini pulang
sendirian. mereka berdua mengantarkan saya dan Indah pulang sampai ke kos. Padahal
saya dan Indah sudah menyakinkan mereka bahwa kami akan baik-baik saja, karena
kami kasihan juga dengan mereka berdua yang masih harus melanjutkan perjalanan
menuju Bekasi, sementara jadwal kereta terakhir adalah pukul 22.00 WIB.
Terimaksih banyak Jaffar dan Urwah, sampai jumpa lagi di Sumbawa ya J
Hari ini merupakan hari yang
sangat luar biasa bagi saya dan Indah. Seperti kata pepatah “sekali mendayung,
dua tiga pulau terlampaui” begitulah petualangan kami hari ini. Sekali keluar
kami bisa menikmati banyak kegiatan, mulai dari CFDan di Bundaran HI, berkunjung
ke Monas, hingga bersilaturahmi ke F5 dengan para mahasiswa rantau UTS beserta
keluarganya. Alhamdulillah.
Nah dreamers, sekian dulu ya kisah petualangan kami hari ini. Semoga bermanfaat
dan bisa menginspirasi dreamers dan
pembaca setia Blog Sumbawa Dream. Terimakasih banyak sudah mau mampir dan
membaca tulisan-tulisan kami. Jika ada kesalahan mohon di koreksi dengan
memberikan komentar di bawah tulisan kami.
Arigato gozaimasu minna-san ^_^
Wassalamualaikum
Warrahamatullah Wabbarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar