Link

Selasa, 18 Agustus 2015

Edisi Liburan 2: One Day, Full Trip Menaklukkan Ibu Kota (Part II)

Assalammulaikum Warahmatullah
Hallo dreamers, apa kabr nih? Ketemu lagi dengan Cindy yang kali ini melanjutkan kisah petualangan saya dan Indah dalam Edisi Liburan 2: One Day Full Trip (Part II). Sudah pada gak sabar ya dengan kelanjutan cerita kami? "Sila mo sia baca" (Bahasa Sumawa, artinya silahkan dibaca)
Flashback Part I:
Baru saja kami berempat masuk melewati gerbang barat Monas, Urwah—mahasiswa Psikologi UTS asal Bekasi menelpon saya. Dia dan Jaffar—mahasiswa Bioteknologi UTS asal Bekasi juga dan merupakan adik tingkat saya di Fakultas Teknobiologi UTS—sudah tiba di stasiun kereta api Tanah Abang. Kemarin saat di TMII kami bertemu dengan mereka berdua dan berjanji akan pergi ke Bumi Serpong Damai (BSD) City tempat kediaman rektor pertama dan sekaligus pemilik UTS, Bapak Dr. Zulkieflimansyah, M.Sc. Kami juga ingin bersilaturrahmi dengan calon adik tingkat kami yang baru, yaitu mahasiswa rantau asal berbagai daerah Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan mereka di UTS.”
        Stasiun Juanda è Stasiun Manggarai (Transit) è Stasiun Tanah Abang (Transit)è Stasiun Rawa Buntu, Serpong è Stasiun Tanah Abang è Slipi (angkot) è Halte Trans Jakarta RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat.
Nah dreamers, kurang lebih seperti itulah jalur kereta yang saya dan Indah tempuh hari ini. Ini adalah kali pertama saya menjadi penumpang kereta di Ibu Kota. Sebelumnya saya pernah menaiki kereta di Boston, Amerika Serikat saat saya dan Tim Sumbawagen mengikuti kompetisi iGEM (Internasional Genetically Engineered Machine) Oktober tahun lalu.
Sistem Transportasi yang Lebih Baik
Kereta yang membawa kami dari Stasiun Juanda menuju Stasiun Manggarai siang tadi tidak begitu ramai. Meskipun demikian saya dan Indah tetap saja tidak mendapatkan tempat duduk. Jadilah kami berdiri sampai akhirnya beberapa penumpang turun di salah satu stasiun pemberhentian kereta. Saat saya tengah berdiri seorang nenek penumpang kereta tersebut melihat ke arah saya dan mempersilahkan saya untuk duduk di sampingnya. Alhamdulillah, saya dan Indah mendapatkan tempat duduk. Perjalanan dari Stasiun Juanda menuju Stasiun Manggarai ternyata memakan waktu yang cukup lama, mungkin sekitar 20 menit. Jika saja kami belum mendapatkan tempat duduk dan terus berdiri bisa-bisa saya dan Indah duduk di lantai gerbong kereta. Huhuhu, tapi jangan coba-coba melakukannya ya dreamers, karena kita dilarang untuk duduk di lantai.
  Karena kali pertama menaiki kereta, saya memperhatikan dengan seksama penjelasan dari petugas kereta. Meskipun mengantuk tapi sebisa mungkin saya menahan mata saya agar tertidur dan tetap fokus pada perjalanan kami. Saya tidak ingin mengulang pengalaman tertidur di kereta sehingga kami turun di stasiun yang salah seperti di Boston dulu. Hohoho, lucu juga jika dibayangkan penganan tersebut.
Flashback Boston 3 November 2014
           Sore itu kebahagian menyelimuti  kami tim Sumbawagen setelah mendapatkan 3 penghargaan pada kompetisi iGEM. Matahari mulai kembali ke peraduannya. Saat itulah Dr. Arief (Rektor UTS saat ini) yang merupakan instruktur kepala di Team Sumbawagen hendak meninggalkan Boston dan akan bertolak menuju Washington DC. Dikarenakan ada beberapa file yang belum selesai di dop, Pak Arief meminta Mbak Sausan (Dosen FTB UTS) untuk ikut dengan beliau menuju Bandara Logan, karena beliau harus segera check in. Mbak Sausan pun mengajak saya untuk menemani Mbak Sausan.
          Singkat cerita nih dreamers, usai mengantar Pak Afief dan urusan copy-mengcopy file sudah selesai, Mbak Sausan dan saya pulang menuju kediaman Pak Sukidi (mahasiswa Indonesia tempat kami menginap selama di Boston). Mungkin karena kelelahan kami jadi salah mengambil jalur kereta, lelah tersebut pula yang membuat saya dan Mbak Sausan tidur pulas selama di perjalanan kereta yang membawa kami ke arah yang salah. Kami tersadar dan baru menyadari bahwa kami telah tersesat. Setelah bertanya kami pun mengambil jalur kereta yang sebenarnya. Lelah lagi-lagi menjadi faktor pendukung untuk tidur. Lagi, kami tidur pulas di kereta dan mendapati bahwa stasiun tujuan kami telah terlewat ketika kami sadar. Saya dan Mbak Sausan jadinya harus menunggu kereta lain lagi yang akan membawa kami menuju stasiun yang benar. Hahaha :D Untung saja kereta malam itu sepi, dan kami tidak perlu mengeluarkan banyak uang karena ketersesatan yang kami alami. :D
        Sekitar pukul 12 siang, kami tiba di Stasiun Manggarai. Kami harus transit dan mengganti kereta jika ingin menuju Stasiun Tanah Abang. “Jalur kereta menuju Tanah Abang berada pada jalur 5” begitulah kira-kira penjelasan yang diberikan oleh petugas kereta melalui pengeras suara yang sudah terpasang pada setiap gerbong kereta. Setelah turun dari kereta saya dan Indah bergegas mencari jalur 5 tersebut. Di sinilah kesabaran kami di uji. Huhuhu L Saya dan Indah beserta beberapa orang yang juga memiliki tujuan yang sama menunggu kedatangan kereta cukup lama. Sekitar 30 menit lebih kereta baru muncul.
      Dan lagi terjadi untuk kesenian kalinya kami harus berdiri lagi (Bacanya pake nada lagu Band Lyla yang judulnya dan lagi ya :D). Peminat stasiun Tanah Abang banyak juga pemirsa. Penumpangnya di dominasi oleh kaum hawa. Tidak heran jika gerbong khusus wanita sangat sesak. Tidak ada tempat duduk, bahkan tempat berpegangan pun hampir tidak ada. Syukurnya perjalanan menuju Stasiun Tanah Abang tidak terlalu jauh. Hanya melewati empat stasiun kereta yang lain, jadinya “penderitaan” yang kami rasakan tidak terlalu lama dan taaadaaaa akhirnya kami sampai juga di Stasiun Tanah Abang.
        Sejujurnya perjalanan dua hijaber traveller (Cindy dan Indah) cukup melelahkan. Kami sangat kehausan stok air putih yang kami bawa sudah habis. Akhirnya di Stasiun Tanah Abang kami mengisi dahaga terlebih dahulu sambil menunggu Jaffar dan Urwah tiba. Tidak beberapa lama kedua anak tersebut muncul. Alhamdulillah, kami jadi punya teman lagi berpetualang hari ini. Hehehe
      Kami masuk ke dalam kereta. Urwah menjadi pemandu perjalanan, dia mengajak kami menyusuri gerbong kereta mencari tempat duduk yang kosong untuk kami berempat. Saya tidak mau masuk ke dalam gerbong kereta wanita lagi. Saya tidak ingin berdiri lagi (trauma gak dapat tempat duduk) mengingat perjalanan yang akan kami tempuh cukup jauh. Tepat di gerbong terakhir Urwah mendapatkan tempat duduk yang muat untuk kami berempat. Alhamdulillah gak jadi berdiri J
      Di dalam kereta kami mengobrol sampai saling membully dan curhat satu sama lain. Dari sela banyaknya obrolan kami salah satu topik menarik adalah mengenai curhatan Jaffar tentang perkembangan sistem transportasi di Indonesia.
Suasana di dalam gerbong kereta, nyaman dan bersih 
“Kereta sekarang bagus kak, berbeda banget pas jaman saya SD, SMP” kata Jaffar memulai curhatannya.
“Emang gimana Far? Tanya saya penasaran.

“Sekarang kereta kelas ekonomi udah bagus banget kak, keretanya bersih lagi. Sekarang semua orang sudah bisa dapat tempat duduk. Dulu kan masih pada naik ke atas gerbong, banyak yang gak bayar tiket juga. Kualitas kereta kayak ini cuma bisa di dapat di kelas bisnis kalau dulu kak. Harganya mahal banget bisa sampai ratusan ribu. Apalagi keretanya juga banyak yang sering ngaret”
“Iya juga sih Far, dulu kalau kita lihat di TV banyak banget orang di atap gerbong, sekarang udah gak ada, keretanya juga bersih banget” balas saya.
Itulah sedikit percakapan saya dengan Jaffar terkait perkembangan sistem transportasi di Indonesia.
Jika di bandingkan dengan transportasi di luar negeri, misalnya Boston, sistem transportasi Indonesia sudah cukup mendekati sistem transportasi di Boston. Busway dan kereta sudah lebih tertata sistemnya. Fasilitas transportasinya pun sangat nyaman, meski terkadang penumpang masih harus berdesak-desakan. Benar apa yang dikatakan Jaffar. Selama saya menikmati fasilitas transportasi umum di Ibu Kota Jakarta yakni busway dan kereta, saya seperti berada dalam shuttle Bus dan kereta di Boston.
Tempat duduk tersedia, gerbong dan daerah khusus wanita pada kereta dan busway, ruangan yang bersih dan di lengkapi AC. Tidak hanya itu, halte dan stasiunnya pun juga nyaman dan bersih. Jadi tidak ada lagi penumpang gelap yang bisa masuk tanpa tiket. Kartu kereta yang kita miliki bahkan juga bisa ditukarkan dengan uang cash jika kita tidak menggunakannya lagi. Kebijakan dilarang merokok, makan dan minum baik di dalam kereta dan busway juga sudah diterapkan. Sistem pembayaran yang sudah menggunakan e-money, menggunakan kartu khusus kereta atau busway yang bisa kita isi ulang setiap saat. Dengan membeli kartu Rp. 10.000 untuk kereta dan Rp. 20.000 untuk busway kita sudah dapat menikmati semua fasilitas tersebut. Harga tiketnya pun tidak terlampau mahal, untuk busway sekitar Rp. 3.500,00 dan kereta Rp. 2.000,00 per 25 km. Murah dan nyaman serta bebas macet lagi.
Kartu yang digunakan saat menggunakan jasa trasnportasi umum, Charlie Card (atas) untuk kereta dan shuttle bus di Boston, USA; Kartu Flazz (tengah) untuk alat pembayaran jasa busway Tans Jakarta dan Kartu Cummuter milik PT KAI COMMUTER JABODETABEK (bawah) untuk kereta di Jakarta, Indonesia

          Tanpa terasa perjalanan kami menuju Stasiun Rawa Buntu Serpong hanya tinggal melewati dua halte lagi. Sekitar pukul 14.00 Wita kami sudah tiba di Stasiun Rawa Buntu. Nah dreamers, dari stasiun kami menggunakan angkot menuju salah satu pusat perbelanjaan di BSD yakni Mall ITC. Dari ITC kami kemudian menggunakan taksi menuju Taman Giri Loka, Blok F5, tempat kediaman Pak Dr. Zulkieflimansyah (Rektor pertama UTS).

Berkenalan dengan Mahasiswa Rantau Baru UTS beserta keluarganya
        Taksi yang kami tumpangi akhirnya berhenti di depan F5—akrab kami menyebut rumah Pak Zul yang merupakan salah satu markas mahasiswa UTS jika berada di Jakarta. Terlihat di depan F5 banyak mobil yang terparkir rapi, tidak sebanyak biasanya. Ternyata sore tadi sedang ada pertemuan antara orang tua mahasiswa baru UTS asal Bekasi yang akan marantau ke Sumbawa esok hari. Kami berempat malu untuk masuk karena F5 sangat ramai. Saya kemudian menghubungi Bang Ian memberitahukan posisi kami di depan F5. Akhirnya setelah Bang Ian menemui kami dan mempersilahkan masuk barulah kami masuk ke dalam rumah tersebut.
        Rasanya semua mata langsung tertuju kepada kami berempat. *eaaaa, ini kepedean dreamers, tapi memang benar sih, hehehe*. Pak Zul kemudian memperkenalkan kami berempat kepada mahasiswa baru dan juga orang tua mereka. Tidak hanya di perkenalkan nama dan dari program studi apa, kami berempat di daulat untuk menceritakan pengalaman kami selama kuliah di UTS. Wah, kami menjalankan tugas kekampusan (ala-ala tugas kenegaraan) di sana. Hehehe :D
     Dengan senang hati Saya, Indah, Jaffar dan Urwah menceritakan pengalaman kami selama menjadi mahasiswa UTS. Saya dan Indah juga di daulat untuk menceritakan pengalaman kami saat mengikuti iGEM di Boston, USA. Awalnya kami merasa canggung, secara gitu loh kami berbicara di depan bapak-bapak dan ibu-ibu. Hehehe :D Alhamdulillah, suasana sore tadi tidak begitu menegangkan dan kaku, karena para orang tua mahasiswa sangat antusias mendengarkan cerita kami. Apalagi sesekali cerita kami tidak hanya membuat kagum tetapi juga mengundang gelak tawa orang-orang di rumah tersebut.
        Satu hal yang membuat saya merasa heran. Rata-rata orang tua mahasiswa tersebut mengatakan bahwa saya dan Indah seperti orang Sunda, dari segi wajah dan juga logat berbicara. Ini bukan pertama kalinya sih kami di kira orang Sunda, saat hari pertama berkenalan dengan staf Litbang di RSK Dharmais kami juga dikira orang Sunda karena logat bicara kami. Hohoho ;D padahal  kami orang Sumbawa tulen.
          Tapi kami sangat senang karena bisa berbagi cerita dengan para mahasiswa rantau ini. Semoga saja cerita kami berempat dapat menginspirasi mereka semua termasuk juga orang tua mereka. Aamiin ya Rabbal Alaamiin J
     Sekitar 140 mahasiswa rantau yang berasal dari seluruh penjuru nusantara akan melanjutkan  pendidikan mereka di Sumbawa. Hari minggu ini adalah jadwal mahasiswa yang termasuk dalam kloter kedua keberangkatan menuju Sumbawa. Keberangkatan ini akan terus berlanjut sampai tanggal 28 Agustus nanti. Wah, bisa dibayangkan kampus akan semakin ramai saja. Kehadiran mahasiswa rantau ini merupakan salah satu motivasi juga untuk kami mahasiswa lokal terus belajar dan menjalin silaturahmi. Akhirnya setelah sekian lama banyak anak-anak muda Sumbawa yang memilih merantau melanjutkan pendidikan ke luar daerah kini Sumbawa juga tidak kalah kedatangan anak-anak dari penjuru Indonesia memilih melanjutkan pendidikan mereka di Sumbawa.
     Tidak terasa waktu semakin sore, Saya, Indah, Jaffar dan Urwah memutuskan untuk segera pulang menuju Jakarta lagi. Sebenarnya saya dan Indah ingin menginap di F5, tapi karena kami keluar ala anak backpacker kami megurungkan niat untuk menginap dan ikut pulang ke Jakarta bersama Jaffar dan Urwah.
   Jaffar dan Urwah memang tuan rumah yang sangat baik. Mereka tuan rumah yang bertanggungjawab juga ternyata. Hohoho, Tidak tega juga mereka melihat dua gadis polos dari Sumbawa ini pulang sendirian. mereka berdua mengantarkan saya dan Indah pulang sampai ke kos. Padahal saya dan Indah sudah menyakinkan mereka bahwa kami akan baik-baik saja, karena kami kasihan juga dengan mereka berdua yang masih harus melanjutkan perjalanan menuju Bekasi, sementara jadwal kereta terakhir adalah pukul 22.00 WIB. Terimaksih banyak Jaffar dan Urwah, sampai jumpa lagi di Sumbawa ya J
       Hari ini merupakan hari yang sangat luar biasa bagi saya dan Indah. Seperti kata pepatah “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui” begitulah petualangan kami hari ini. Sekali keluar kami bisa menikmati banyak kegiatan, mulai dari CFDan di Bundaran HI, berkunjung ke Monas, hingga bersilaturahmi ke F5 dengan para mahasiswa rantau UTS beserta keluarganya. Alhamdulillah.
    Nah dreamers, sekian dulu ya kisah petualangan kami hari ini. Semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi dreamers dan pembaca setia Blog Sumbawa Dream. Terimakasih banyak sudah mau mampir dan membaca tulisan-tulisan kami. Jika ada kesalahan mohon di koreksi dengan memberikan komentar di bawah tulisan kami.
Arigato gozaimasu minna-san ^_^
Wassalamualaikum Warrahamatullah Wabbarakatuh

                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar