Assalamualaikum
Wr. Wb
Salam perkenalan dari saya,
Indah Nurulita dan rekan saya Cindy Suci Ananda, mahasiswi Fakultas Teknobiologi Universitas Teknologi
Sumbawa. Kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan riset dan magang pada
bulan November 2015 di National
Institute for Material Sciene, Tsukuba, Jepang.
Kami akan mengulang kembali
kisah perjalanan rekan kami Fahmi
Dwilaksono (1st intern generation in NIMS from UTS) yang telah sukses
“berpetualang” selama 2 minggu di Rumah
Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat, tentunya dengan versi yang berbeda.
Happy reading and enjoy our
story guys J
Sumbawa Besar, 7 Agustus 2015.
Hari ini, saya dan Cindy akan berangkat
menginggalkan Sumbawa dan merantau ke Ibu Kota selama dua minggu. Ini adalah
kali pertama kami meninggalkan Sumbawa – bukan perjalanan pribadi – dalam waktu
yang terbilang lama dan tidak bersama rombongan. Tetapi bagi Fahmi, kami lebih
beruntung karena melakukan hal ini berdua, sedangkan ia hanya seorang diri. Memang
ini bukan pertama kalinya bagi saya maupun Cindy untuk bepergian keluar kota.
Tapi entah mengapa, perjalanan kali ini terasa sedikit mengharukan. Hikss :’(
Sama seperti Cindy, saya pun ingin
meneteskan air mata saat berpamitan dengan ibu saya tercinta. Saya sadar bahwa
apa yang saya dapatkan hingga saat ini tidak lepas dari do’a yang selau
dipanjatkan oleh mama saya. Jadi buat teman-teman pembaca harus ingat yaa,
ridho seorang ibu itu sama dengan ridho Allah SWT J
Oke, kami akan menaiki travel yang berangkat pukul 22.00 WITA dari pangkalannya. Sebelum itu,
saya maupun Cindy harus sudah siap dengan semua “bawaanan” kami. Lain saya,
lain pula Cindy. Saya membawa sabuah koper berukuran sekitar 60x40 cm dan tiga
buah kantong plastik hitam berukuran sedang sebagai jinjingan. Hahaha. Kalau
dibayangkan ya memang sedikit merepotkan dan memakan banyak tempat :-D.
Harta karun dalam Kantong Plastik
Izinkan saya untuk memberikan sedikit penjelasan mengenai
“bawaan” saya. Pertama, koper berisi pakaian, tas dan sepatu yang akan saya
kenakan selama disana dan beberapa makanan seperti abon dan kue (agar hemat).
Tidak terlalu banyak memang, hanya 5 buah rok dan 6 buah baju, beberapa jilbab,
satu tas dan sepatu. Karena saya membawa sabun cuci, saya tidak akan khawatir
kehabisan baju :-D Kantong plastik pertama berisikan kue sebanyak dua kotak.
Kue ini hanya akan berlabu sampai Kota Mataram, karena ini adalah titipan dari
mama saya untuk kakak saya yang kuliah disana. Kantong plastik kedua berisi
jajanan khas Sumbawa yang dititipkan mama untuk diberikan kepada kerabat di
Jakarta yang telah membantu mencarikan tempat tinggal sementara untuk saya dan
Cindy selama dua minggu. Dan kantong plastik ketiga, jeenngggg jeenggg.....
cemilaannn :D. Saya menyiapkan beberapa snack sebagai bekal selama di
perjalanan.
Kami sampai
di pangkalan travel sekitar setengah jam lebih awal dari jadwal keberangkatan.
Selain bersama keluarga, ternyata kepergian kami juga diiringi oleh beberapa
dosen dan rekan dari Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) tempat kami menimbah
ilmu. Tetapi kurang lengakap rasanya karena “geng” kami yang lain – Fahmi dkk –
tidak hadir. Kebetulan saya, Cindy dan Fahmi berada dalam satu UKM (Unit
Kegiata Mahasiswa) yang sama, yaitu UKM UAR-BC CUP – UKM bulutangkis. Dan
kebetulan juga pada malam keberangkatan kami, Fahmi dkk memiliki jadwal mabar
(main bareng) di GOR Pragas Sumbawa. Jadi ya begitulah.. pamitannya via sms
saja. Hehe.. Ternyata travel kami berangkat 15 menit lebih awal dari jadwal
yang seharusnya. Waduh. Sempat lega juga sih datang lebih awal. Hohoho. Kami
melakukan foto bersama beberapa kali dengan keluarga dan dosen. Karena banyaknya
kamera digital dan handphone yang digunakan, sesi foto berlangsung sedikit
lama. Sampai akhirnya, bapak sopir yang hanya memanggil dari dalam travel,
turun untuk memanggil kami karena travel akan segera berangkat. Hahaha..
ternyata si bapak tidak sabaran :D
Oke, sekarang perjalanan dimulai. Jam tangan
menunjukkan pukul 21.45 WITA. Beberapa menit setelah travel kami berlalu,
ternyata Fahmi, Adel, Yuli, Uni dan yang lainnya (anggota UAR-BC) menyusul kami
ke pangkalan travel untuk ikut serta melepaskan kepergian kami ke Ibu Kota.
Ahh... tragiss. Travel kami pergi, robongan Fahmi datang. Ta de singin kesalong leng tau Samawa :D. Haha. Pada bingung ya?
Ayoo ayoo kursus bahasa Sumbawa *iklan :D.
Bagi saya, perjalanan darat sudah menjadi
trauma yang mendalam. Mengingat saya dan mahasiswa Fakultas Teknobiologi pada
tahun 2014 kemarin pernah melakukan perjalanan Sumbawa-Jakarta menggunakan bus
selama 3 hari 2 malam (tanpa mandi) dalam rangka bertemu dengan Duta Besar Amerika
Serikat untuk Indonesia. Sejak saat itu, saya sering kali pusing jika berada
dalam kendaraan tertutup atau beratap. Ternyata tidak hanya saya, hahaha. Saat
saya melirikkan mata kesebelah kanan, ternyata Cindy juga mengalami masalah
yang sama. Hahaha.. Entah hanya perasaan kami saja, tapi kami merasa kondisi
dalam travel tidak begitu baik sehingga membuat kami pusing dan mual, serta
tidak berselera untuk melirik semua harta karun yang bersembunyi di dalam
kantong plastik. Akhirnya kami pasrah dan hanya menutup mata, memaksakan diri
untuk tidur agar dapat mengurangi “efek samping” dari perjalanan kami
menggunakan travel. Setelah perjalanan 2 jam menuju pelabuhan, akhirnya travel
berhenti. Kemudian kami beranjak keluar, berharap dapat menghirup udara segar.
Yahh,, ternyata kami kecewa. Hiks. Suasana kapal tidak jauh berbeda. Dipenuhi
oleh orang-orang yang tidur dan merokok. Dan ini sepertinya penyiksaan season 2 untuk kami. Untuk yang kedua
kalinya, kami memaksakan diri untuk tidur di kursi yang masih kosong.
Setelah kapal mengarungi lautan selama dua
jam *eeaaaa :D* kami kembali menjalani penyiksaan season 3 menggunakan travel selama kurang lebih 2 jam menuju
pangkalan travel Mataram. Kami tiba pada pukul 03.30 WITA. Penduduk Kota
Mataram sepertinya tengah bermimpi indah tanpa memikirkan guncangan pada perut
kami. Hikss.. akhirnya, untuk mengakhiri penderitaan ini lebih cepat, saya dan
Cindy mencari taksi untuk menuju rumah kakak saya, kak Dani, yang tengah
menempuh semester 7 di Universitas Mataram. Karena taksi yang ada sedikit dan
calon penumpangnya banyak, kami harus mengantri dan menunggu taksi lainnya.
Akhirnya kami di sapa oleh seorang laki-laki berusia sekitar 30-an. Mungkin
beliau prihatin melihat kami yang sudah lusuh dan tak bertenaga, yang hanya
dapat pasrah mengunggu taksi. Akhirnya beliau menelpon taksi dan mengajak kami
naik bersama. Beliau mengantarkan kami sampai tujuan dan membayarkan ongkosnya.
Subhanallah. Kami mengucapkan terima
kasih kepada bapak baik tersebut, dan beliau pun berlalu dengan taksinya. Tanpa
basa-basi, kami langsung masuk kamar dan tidur. Alhamdulillah, penderitaan
selesai J
Oke readers,
begitulah perjalanan awal yang kami lalui untuk memperkaya pengalaman dan
memperbanyak ilmu. Kami harus keluar dari zona nyaman kami, pergi merantau ke Ibu
Kota, hehehe, dan merasakan bagaiman menjadi seorang “anak kos” dan mempunyai
seorang “ibu kos”. Yeeeee.. hahhaha *kalimat terakhir sepertinya hanya berlaku
untuk saya, karena Cindy memang anak kos di Sumbawa -_-. Anyway, terima kasih telah menjadi pembaca setia kami. Semoga
menyenangkan, tidak membosankan dan bermanfaat. Byee.... J
good,, sepertinya ini bagus untuk dikembangkan lagi,,, :)
BalasHapusalhamdulillah. terimakasih :)
Hapushahahah.... astaga aku ndak nyangka perjalanan kalian dramatis sekali :D
BalasHapusKeep going girls! good luck! ;)
haha. tnks a lot Mi. semoga nda malu-maluin :D
Hapus