Dear Dreamers!
Ini tulisan kedua tentang petualangan saya ke Tsukuba. Seperti apa keseruannya? Check list out!
3 Januari 2015, saya tiba di Jakarta. Saya beristirahat sejenak di rumah
Pak Zul di BSD, Tangerang, sebelum terbang ke Tokyo tanggal 4 Januari.
Sesampainya di Jakarta, Dr. Yamazaki—supervisor saya di NIMS—mengirimkan sebuah
email. “A happy new year. I am look
forward to see you in Japan. I will pick you up at Tsukuba station. Have a safe
flight!”
Saya kemudian
berangkat ke BSD, Tangerang untuk menginap semalam di rumah Dr. Zul. Ini sudah
kali kelima saya menginap di rumah ini, namun untuk pertama kalinya saya
menginap seorang diri. Saya sempat berbincang dengan Pak Zul dan Bu Niken
setibanya di rumah beliau, terutama mengenai persiapan keberangkatan saya
besok. Sesorean itu saya beristirahat dan belanja bebeapa keperluan saya untuk
di Tsukuba bersama Bang Iyan. Tak banyak aktivitas. Malam harinya saya hanya
merapikan beberapa barang dan beristirahat. Semoga perjalanan besok diberi
kelancaran oleh Allah, aamiin.
Hunting barang bareng Bang Iyan |
Ahad, 4 Januari
2015
Hari keberangkatan
saya tiba. Pukul 09.30, usai mandi, sarapan, dan beres-beres, saya diantar Bang
Iyan ke bandara Soekarno-Hatta. Di tengah perjalanan saya menerima telepon dari
ibu, kakak, dan bibi saya. Melepas rindu sejenak. Satu jam kemudian, saya tiba
di terminal 2 bandara Soetta.
“Makasih banyak
ya Bang,” ucap saya sambil menyalami Bang Iyan.
“Jangan lupa kalo
foto tag saya di FB ya,” kata Bang Iyan sebelum meninggalkan saya.
Saya bergegas
masuk untuk check in. Saat mengantri, saya melihat ada sosok yang tak asing
sedang mengantri beberapa baris di depan saya. Setelah menajamkan penglihatan,
ternyata itu Pak Hendrawan, Juara Dunia Bulutangkis Tunggal Putra 2001! Beliau
bersama istri dan anak-anak beliau. Aaa...niat untuk mengambil gambar bersama
sudah saya pegang erat-erat di kepala. Sayang, belum selesai saya mengurus
check in, Pak Hendrawan sekeluarga sudah lenyap ditelan kerumunan manusia,
hiks. Yaaah, tapi paling tidak pernah melihat sosok beliau dari dekat sudah
cukup menyenangkan hati saya.
Usai check in,
saya keluar bandara lagi untuk bertemu kakak saya. Waktu sudah menunjukkan
pukul 12.00 saat kami akhirnya bertemu di gate 3. Kami hanya berbincang
sejenak, sebelum akhirnya saya pamit masuk karena saya harus masuk pesawat
pukul 13.00.
Antrean penumpang
mengular di semua meja imigrasi. Setelah lolos bagian imigrasi, saya mencari
money changer untuk menukar uang Rupiah saya ke Yen, kemudian menuju ruang
tunggu. Pesawat saya sempat delay 20 menit karena alasan cuaca. Akhirnya pukul
14.00, pesawat Garuda Indonesia membawa saya terbang menuju Tokyo, Jepang.
Daripada bosen nunggu delay, hehehe |
Pertama kali
duduk di penerbangan internasional seorang diri rasanya aneh juga, apalagi saya
sederet dengan dua WN Jepang, yang tampaknya sepasang kekasih (beuh... untung
aja saya nggak duduk di tengah-tengah mereka. Tanpa diminta juga saya pasti
langsung minta tukar tempat, hahaha). Untunglah ada LCD flat di hadapan saya
sehingga saya tidak perlu menjadi ‘obat nyamuk’ bagi dua orang di sebelah kiri
saya, hihihi.
Penerbangan hari
ini cukup nyaman, meskipun beberapa kali mengalami goncangan hebat. Paling
terasa saat kami berada di atas daratan Kalimantan Barat, pesawat tiba-tiba
seperti ditarik turun, kemudian selang beberapa detik kemudian pesawat seperti
terpental ke atas. Masya Allah, saya langsung teringat kecelakaan pesawat yang
sedang santer dibicarakan di tv. Saya berusaha tenang dan tetap berdoa.
Gara-gara insiden tadi, makan siang saya tertunda hampir setengah jam (padahal
pramugarinya tinggal selangkah menuju kursi saya, huhuhu).
Pemandangan dari atas pesawat |
Snack malam |
Tak banyak hal
yang saya lakukan selama hampir 7 jam di atas pesawat, selain menamatkan 2 film (Make Your Move: film terbarunya BoA, dan Me and You versus The World), beberapa
serial sitkom, dan mendengarkan lantunan surat Yaasin dan Ar-Rahman yang saya
temukan di salah satu fasilitas LCD flat Garuda. Saya lalu tertidur, dan
kemudian badan pesawat bergoncang menjejak bumi. Alhamdulillah, saya mendarat
di Tokyo.
Proses imigrasi
berlangsung cepat. Saya lalu bergegas menuju lobby, mencari tempat istirahat,
dan melaksanakan shalat. Lagi, saya harus menguatkan hati beribadah di tengah
kerumunan orang yang berlalu lalang di bandara, kendati sudah mencari sudut
paling terpencil, namun demikian tak mengendurkan semangat saya dalam
menjalankan ibadah sebagai seorang Muslim.
Baiklah Dreamers,
sekian dulu cerita saya hari ini. Saya istirahat dulu ya, agenda besok telah
menanti. Jangan lupa pantengin terus blog Sumbawa Dream ya. Mata ashita!
Ruang tunggu bandara Internasional Haneda, Tokyo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar