Link

Selasa, 31 Maret 2015

No ‘Goodbye’, Just ‘See You Again’

Dear Dreamers!


Saya terbangun lebih pagi lagi hari ini. Pintu geser di dapur dan pembatas kamar, yang biasanya saya tutup setiap menjelang tidur, kali ini terbuka lebar-lebar. Pun korden yang menutupi pintu geser, saya sibak seluruhnya. Pemandangan kota Tsukuba dalam keremangan dini hari menyibak kegamangan hati saya. Saya terbangun lalu berdiri di tengah ruangan, ditemani sorot remang-remang lampu jalan. Saya hanya terpaku dalam ambigu, entah apa yang hendak saya kerjakan.

Saya akhirnya melangkah ke kamar mandi dan membasuh tubuh saya dengan air wudhu. Menghadap kepada Sang Pemilik Waktu. Bersimpuh atas segala keajaiban milik-Nya yang tenggat waktunya akan segera berakhir.

Pagi kian menyingsing. Saya merapikan sisa-sisa barang yang belum diringkas. Koper dan tas jinjing saya letakkan di sisi meja. Kamar ini telah rapi, dan nyaris kosong seperti pertama kali saat saya masuki. Saya menghela napas panjang.

Hai kamar 3407. Hari ini, genap sudah 86 hari kebersamaanku denganmu. Hari ini, akan kukembalikan kau pada pemilikmu, untuk menunggu siapa penghunimu selanjutnya. Begitu banyak kenangan terukir dalam kebersamaan yang singkat ini. Terima kasih kau telah menemaniku dalam tawa, kegembiraan, keharuan, dan segalanya. Terima kasih telah membiarkanku menjamahmu dalam setiap petualanganku selama di sini. Jyaa... mata ne...


Saya bergegas menuju kantor. Ini memang hari terakhir saya, namun saya tidak ingin hari ini cepat berlalu. Seperti saya katakan sebelumnya, saya menyibukkan diri dengan eksperimen untuk hari terakhir ini.

Dr. Yamazaki menyapa saya saat tiba di ruangan. Beliau menghampiri saya. “Bagaimana rencanamu hari ini?”

“Seperti saya katakan sebelumnya, saya ingin melakukan SDS-PAGE dan menyelesaikan eksperimen terakhir rilis K3,” jawab saya lalu tersenyum.

“Ah, baiklah. Tunggu sebentar,” kata Dr. Yamazaki lalu berjalan ke kubikel beliau. Sejurus kemudian, beliau membawa sesuatu untuk saya. “Maaf, saya tidak bisa menyiapkan apa-apa untukmu. Ini, semoga kamu suka.”

Dr. Yamazaki memberi saya sebuah pigura kayu yang terpajang foto saya bersama Dr. Yamazaki, Kohara-san, dan Yuko-san. Di sudut kanan bawah bingkainya tertempel sebuah stiker, tanggal saat kami melakukan farewell party di Sobaya.

Saya menerimanya dengan haru. “Terima kasih banyak. Ini sangat bagus.”

“Syukurlah kalau kamu suka. Oh iya, bisa ikut saya ke tempat Hanagata-san sekarang?” tanya Dr. Yamazaki.

“Mmm,” saya mengangguk.

Selanjutnya, kami menuju ke lantai tiga gedung laboratorium untuk menemui Hanagata-sensei. Sayang, saat kami tiba, Hoshikawa-san memberitahu bahwa beliau sedang keluar, dan mungkin baru bisa ditemui sore nanti. Saya dan Dr. Yamazaki pun menuju ke lab di lantai dua.

“Tolong lakukan SDS-PAGE bersama Matsumoto-san, karena dia yang akan melanjutkan eksperimenmu,” kata Dr. Yamazaki sebelum pergi.

Saya lalu menyiapkan bahan eksperimen. Sambil menunggu Yuko-san yang tampak sedang melakukan eksperimen bersama Kohara-san di ruang kultur sel, saya mengambil tumpukan plate sampel Luciferase Assay saya lalu membuangnya.

Plate Luciferase Assay
Sisa buffer
Saya sedang membaca-baca protokol eksperimen tatkala Yuko-san menghampiri saya . “Ah, Yuko-san. Tadi Dr. Yamazaki meminta saya untuk mengerjakan SDS-PAGE bersama Anda,” kata saya.

“Oh, baiklah,” kata Yuko-san.

Saya pun mencoba menjelaskan dari tahap persiapan, mulai dari tempat bahan-bahan eksperimen, peralatan, dan melakukan eksperimen. Kali ini, target saya adalah bisa mengerjakan semua rangkaian eksperimen dengan baik, mengingat pada kesempatan sebelumnya saya belum berhasil.

“Sebelumnya, Anda pernah melakukan eksperimen ini tidak?” tanya saya.

Yuko-san menggumam. “Pernah, tapi dengan protein. Saya melihat protokolnya ternyata sedikit berbeda dengan yang saya kerjakan sebelumnya.”

Usai loading gel (Alhamdulillah kali ini tidak ada buffer yang merembes), saya melakukan staining gel, dan berhasil melakukannya hingga akhir. Kohara-san membantu kami saat saya lupa pada beberapa bagian eksperimen.

Loading gel SDS-PAGE
Kumpulan perkakas eksperimen
Sama seperti dua eksperimen sebelumnya, pita untuk sampel saya tidak kelihatan. Hanya pita marker yang jelas terlihat, serta sampel CpG ODN Kohara-san yang turut menjadi sampel. Kendati demikian, saya merasa gembira bisa mengerjakan rangkaian eksperimen dengan baik hingga akhir.

Tak hanya itu, saya juga menyelesaikan pengukuran rilis CpG K3 untuk pengukuran 14 hari. Ini menjadi pengukuran terakhir yang saya perlu lakukan.


Sampel rilis K3
Otsukare sama desu,” kata saya lalu membungkuk berterima kasih. Kami pun meninggalkan lab. Saya mengamati ruangan lab ini lalu tersenyum. Terima kasih telah menjadi bagian dari petualangan saya selama di sini...

Saya meminta tolong Kohara-san dan Yuko-san untuk mengambil gambar saya bersama grup Minowa-sensei sekaligus pamitan. “Terima kasih atas segala pengalaman yang telah diberikan kepada saya. Sampai jumpa lagi,” kata saya lalu membungkuk hormat kepada semuanya.

Foto dengan grup Minowa-sensei
Kami lalu kembali ke ruang kerja. Saya memberikan madu Sumbawa yang saya bawa sebagai hadiah perpisahan kepada Kohara-san dan Yuko-san. “Semoga kalian suka rasanya,” kata saya sambil memberikan satu sachet kepada keduanya.

“Ah, arigatou,” kata Kohara-san dan Yuko-san. Saya juga memberi kepada Shino-san, dan meletakkan di meja Mr. Shan dan Mr. Arun.

“Fahmi-san, nanti kalau sudah beres di kantor, tolong hubungi saya ya. Saya akan menunggu di parkiran Kojima,” kata Yuko-san. Beliau akan menemani saya mengambil barang-barang saya di Ninomiya dan mengantar saya ke Senta. Tadinya saya ingin minta bantuan Kohara-san, namun karena rumah Yuko-san lebih dekat dengan Senta, beliau bersedia mengantarkan saya.

“Baiklah, terima kasih banyak.”

Kami bertiga lalu berpisah. “Kohara-san, doumo arigatou gozaimasu. Otsukare sama desu,” kata saya saat kami berpisah.

Pukul 16.00, Dr. Yamazaki mengantar saya ke ruangan Hanagata-sensei untuk pamitan.

“Ah, jadi ini hari terakhirmu?” tanya Hanagata-sensei.

“Yah, begitulah. It is the shortest three months in my life,” kata saya lalu tersenyum. “Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya selama ini. Saya mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga.”

Hanagata-sensei tertawa. “Jangan berterima kasih padaku. Tapi syukurlah kalau kamu merasa senang berada di sini. Ke depannya, kami akan terus membuka hubungan kerja sama dengan negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Jadi, saya berharap kamu akan membantu kami menceritakan kepada orang-orang tentang NIMS,” lanjut beliau.

“Tentu saja, dengan senang hati,” kata saya.

Foto dengan Hanagata-sensei dan Dr. Yamazaki
Kami lalu kembali ke ruang kerja. Dr. Yamazaki berbicara dengan saya. “Terima kasih Fahmi. Saya mohon maaf tidak bisa mengajarimu selama internship di sini. Seharusnya saya juga ke lab untuk mengajari mahasiswa melakukan eksperimen. Tapi tahun ini saya sangat sibuk di kantor administrasi.”

Never mind,” jawab saya lalu tersenyum. “Saya merasa senang bisa mengerjakan eksperimen di sini. Kohara-san sangat membantu saya.”

Saya melaporkan progres eksperimen terakhir saya lalu merampungkan laporan rilis CpG ODN K3.

“Ini hasil yang bagus. Selanjutnya saya akan membicarakan mengenai laporan akhir denganmu via email dan skype. Jadi setelah ini kita masih bisa berdiskusi,” kata Dr. Yamazaki.

Waktu menunjukkan sepuluh menit menuju pukul 17.00. Saya melangkah cepat menuju lift ke lantai tujuh. Syukurlah, Mbak Felis ada di ruangannya. Saya menyempatkan diri untuk pamitan.

“Maaf ya Mbak, tadi nggak jadi makan siang bareng,” kata saya sungkan. Saya lalu memberi satu sachet madu Sumbawa. “Ini hadiah perpisahan dari saya. Sampai ketemu lagi ya Mbak. Mbak Felis semangat ya! Semoga studinya cepat kelar. Jangan lupa kalo pulang ke Indonesia mampir ke Sumbawa,” kata saya.

“Oke deh. Kamu hati-hati ya. Sampai ketemu lagi,” kata Mbak Felis.

Saya lalu kembali ke ruangan dan merapikan sisa barang saya. Terakhir, saya berpamitan dengan semua orang di ruangan saya.

“Mr. Shino, sampai ketemu lagi ya. Good luck for you! I pray the best for you,” kata saya lalu menjabat tangannya erat.

See you again. Success!” kata Mr. Shino.

Saya lalu meletakkan satu sachet madu di meja Kaizuka-sensei, kemudian menghampiri Yoshikawa-sensei di kubikel beliau.

Thank you very much for everything. Sampai ketemu lagi,” kata saya lalu menyerahkan hadiah perpisahan.

Saya menarik napas dalam. Saya menatap ruang kerja saya untuk terakhir kalinya. Akhirnya, waktu saya untuk berpetualang di tempat ini berakhir. Saya melangkah dengan pasti meninggalkan ruang kerja saya, menyunggingkan seulas senyum terbaik dan lambaian tangan perpisahan. Sampai jumpa lagi...

Yuko-san telah menunggu saya di parkiran Kojima. Dr, Yamazaki mengantar saya sampai parkiran. “Terima kasih telah datang ke Jepang. Sampai ketemu lagi. Kalau ada waktu, saya akan menemuimu di Senta,” kata Dr. Yamazaki.

“Terima kasih telah mengundang saya. Sampai ketemu lagi,” kata saya lalu tersenyum.

Mobil Yuko-san melaju ke Ninomiya House. Saya mengambil barang-barang saya lalu memeriksa lagi ruangan saya untuk terakhir kalinya. Sampai jumpa lagi, 3407...


Saya mengembalikan kunci kamar ke kantor administrasi. “Terima kasih atas bantuannya selama saya tinggal di sini.”

“Terima kasih telah memilih Ninomiya House. Semoga Anda bisa berkunjung ke sini lagi,” kata staf lalu tersenyum.

Saya menyeret koper saya dan barang-barang lainnya dibantu Yuko-san. Saya menatap langit senja dan deretan gedung Ninomiya House. Tak ada lagi yang bisa saya ucapkan selain ‘terima kasih’ dan ‘sampai jumpa’.

Yuko-san lalu mengantar saya ke Senta. Mas Dendi dan Mbak Dhama telah tiba lebih dulu saat saya turun dari mobil. Yuko-san menemani saya membeli tiket bus.

“Yuko-san, doumo arigatou gozaimasu. Otsukare sama desu. Mohon maaf saya telah merepotkan Anda,” kata saya lalu membungkuk berterima kasih.

“Tidak, saya senang bisa membantu. Hati-hati di jalan Fahmi-san. Sampai ketemu lagi,” kata Yuko-san. Saya melambaikan tangan saat mobil Yuko-san meninggalkan parkiran Senta.

Mas Dendi, Mbak Dhama, Mas Zae, dan Mas Risqi menemani saya sembari menunggu bus. Saya memang memnita mereka datang karena ada yang ingin saya wariskan. Mas Risqi dengan cekatan membongkar ulang tas jinjing saya karena terlihat sangat ‘berantakan’.

“Waaah, makasih banyak. Kayaknya aku nggak jago ngepak barang deh,” kata saya setelah melihat hasil rombakan keempatnya sukses meminimalisir beban bawaan saya.

Saat saya hendak memberi kata-kata terakhir untuk mewariskan ‘harta’ saya, Dr. Yamazaki menghampiri saya. Saya sangat terkejut karena beliau datang bersama Takahasi-kun dan Ayana-chan.

“Terima kasih banyak Anda sudah datang,” kata saya sumringah, lalu menyapa Ayana-chan dan Takahashi-kun.

Ima mada yasumi desu ka (sekarang masih libur)?” tanya saya pada keduanya.

Takahashi-kun mengangguk dengan malu-malu.

Itsu made (sampai kapan)?” tanya saya pada Ayana-chan.

Yon gatsu nanoka (tanggal tujuh April),” jawabnya pelan.

Ayana-chan lalu memberi saya selembar kertas kecil. Sebuah surat pendek tulisan gadis kecil itu. Saya menerimanya dengan gembira. “Arigatou,” jawab saya lalu tersenyum.

“Apakah mereka satu sekolah?” tanya saya pada Dr. Yamazaki.

“Ya,” jawab beliau singkat.

Saya lalu mengenalkan senior-senior saya pada Dr. Yamazaki. “Mereka yang biasanya menemani saya di akhir pekan. Biasanya kami olahraga, makan-makan, atau jalan-jalan,” kata saya.

Saya kemudian menghampiri keempatnya, dan melanjutkan ‘pidato perpisahan saya’. “Mohon maaf saya baru tahu kalo mahasiswa di sini suka ngadain acara makan-makan. Saya mau ngasih bahan buat pesta aja. Mungkin nggak banyak, tapi semoga cukup,” kata saya lalu menyerahkan satu tas kertas berwarna putih.

Kami berbincang-bincang lalu berfoto bersama, menikmati detik-detik terakhir saya sebelum meninggalkan Tsukuba.

Foto bersama Dr. Yamazaki, Ayana-chan, dan Takahashi-kun
Foto bersama pasukan pengantar saya hari ini (ki-ka): Mas Zae, Mas Dendi, saya, Mas Risqi, Mbak Dhama, Ayana-chan, dan Takahashi-kun
Waktu telah menunjukkan pukul 18.30. Sebuah bus dengan tujuan bandara Haneda mulai merapat. Inilah waktunya.

Saya merangkul Mas Dendi, Mas Zae, dan Mas Risqi satu persatu, lalu menyalami Mbak Dhama. “Sampai ketemu di Sumbawa,” kata Mbak Dhama.

Saya lalu beralih ke Dr. Yamazaki, Ayana-chan, dan Takahashi-kun. “Thank you very much. See you again,” kata saya lalu tersenyum. “Jyaa, mata ne,” ucap saya lalu melambaikan tangan ke arah Ayana-chan dan Takahashi-kun.

Bus pun melaju meninggalkan Senta, diiringi lambaian tangan orang-orang yang mengantar kepergian saya.

Bulir-bulir hangat membasahi kedua pipi. Terima kasih ya Allah. Terima kasih telah meminjamkan tiga bulan penuh keajaiban ini untuk saya. Terima kasih telah menjadikan tiga bulan ini sebagai tiga bulan tersingkat dalam hidup saya. Mungkin Mas Zae benar. Karena saya merasa bahagia. Karena saya merasa gembira berada di sini. Karena saya menikmati segala hal yang saya temui.

Saya tidak pandai mengucapkan salam perpisahan. Saya tidak sanggup mengucapkan ‘selamat tinggal’. Maka cukuplah ucapan ‘sampai ketemu lagi’ menjadi kata terakhir yang saya berikan untuk semua hal yang saya tinggalkan di sini. Terima kasih atas segala anugerah ini. Terima kasih atas segalanya. Semoga bisa bertemu lagi di lain waktu dan kesempatan, aamiin.

Tsukuba, thank you so much for having me during three months. Doumo arigatou gozaimasu!


Minna sama, doumo aishite imasu! Sampai jumpa lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar