Saya terbangun
lebih pagi lagi hari ini. Pintu geser di dapur dan pembatas kamar, yang
biasanya saya tutup setiap menjelang tidur, kali ini terbuka lebar-lebar. Pun
korden yang menutupi pintu geser, saya sibak seluruhnya. Pemandangan kota
Tsukuba dalam keremangan dini hari menyibak kegamangan hati saya. Saya
terbangun lalu berdiri di tengah ruangan, ditemani sorot remang-remang lampu
jalan. Saya hanya terpaku dalam ambigu, entah apa yang hendak saya kerjakan.
Saya akhirnya melangkah
ke kamar mandi dan membasuh tubuh saya dengan air wudhu. Menghadap kepada Sang
Pemilik Waktu. Bersimpuh atas segala keajaiban milik-Nya yang tenggat waktunya
akan segera berakhir.
Pagi kian
menyingsing. Saya merapikan sisa-sisa barang yang belum diringkas. Koper dan
tas jinjing saya letakkan di sisi meja. Kamar ini telah rapi, dan nyaris kosong
seperti pertama kali saat saya masuki. Saya menghela napas panjang.
‘Hai kamar 3407. Hari ini, genap sudah 86 hari
kebersamaanku denganmu. Hari ini, akan kukembalikan kau pada pemilikmu, untuk
menunggu siapa penghunimu selanjutnya. Begitu banyak kenangan terukir dalam
kebersamaan yang singkat ini. Terima kasih kau telah menemaniku dalam tawa,
kegembiraan, keharuan, dan segalanya. Terima kasih telah membiarkanku
menjamahmu dalam setiap petualanganku selama di sini. Jyaa... mata ne...’
Saya bergegas
menuju kantor. Ini memang hari terakhir saya, namun saya tidak ingin hari ini
cepat berlalu. Seperti saya katakan sebelumnya, saya menyibukkan diri dengan
eksperimen untuk hari terakhir ini.
Dr. Yamazaki
menyapa saya saat tiba di ruangan. Beliau menghampiri saya. “Bagaimana
rencanamu hari ini?”
“Seperti saya
katakan sebelumnya, saya ingin melakukan SDS-PAGE dan menyelesaikan eksperimen
terakhir rilis K3,” jawab saya lalu tersenyum.
“Ah, baiklah.
Tunggu sebentar,” kata Dr. Yamazaki lalu berjalan ke kubikel beliau. Sejurus
kemudian, beliau membawa sesuatu untuk saya. “Maaf, saya tidak bisa menyiapkan
apa-apa untukmu. Ini, semoga kamu suka.”
Dr. Yamazaki
memberi saya sebuah pigura kayu yang terpajang foto saya bersama Dr. Yamazaki,
Kohara-san, dan Yuko-san. Di sudut kanan bawah bingkainya tertempel sebuah
stiker, tanggal saat kami melakukan farewell
party di Sobaya.
Saya menerimanya dengan
haru. “Terima kasih banyak. Ini sangat bagus.”
“Syukurlah kalau
kamu suka. Oh iya, bisa ikut saya ke tempat Hanagata-san sekarang?” tanya Dr.
Yamazaki.
“Mmm,” saya
mengangguk.
Selanjutnya, kami
menuju ke lantai tiga gedung laboratorium untuk menemui Hanagata-sensei. Sayang, saat kami tiba,
Hoshikawa-san memberitahu bahwa beliau sedang keluar, dan mungkin baru bisa
ditemui sore nanti. Saya dan Dr. Yamazaki pun menuju ke lab di lantai dua.
“Tolong lakukan
SDS-PAGE bersama Matsumoto-san, karena dia yang akan melanjutkan eksperimenmu,”
kata Dr. Yamazaki sebelum pergi.
Saya lalu
menyiapkan bahan eksperimen. Sambil menunggu Yuko-san yang tampak sedang
melakukan eksperimen bersama Kohara-san di ruang kultur sel, saya mengambil
tumpukan plate sampel Luciferase
Assay saya lalu membuangnya.
Saya sedang
membaca-baca protokol eksperimen tatkala Yuko-san menghampiri saya . “Ah,
Yuko-san. Tadi Dr. Yamazaki meminta saya untuk mengerjakan SDS-PAGE bersama
Anda,” kata saya.
Plate Luciferase Assay |
Sisa buffer |
“Oh, baiklah,”
kata Yuko-san.
Saya pun mencoba
menjelaskan dari tahap persiapan, mulai dari tempat bahan-bahan eksperimen,
peralatan, dan melakukan eksperimen. Kali ini, target saya adalah bisa
mengerjakan semua rangkaian eksperimen dengan baik, mengingat pada kesempatan
sebelumnya saya belum berhasil.
“Sebelumnya, Anda
pernah melakukan eksperimen ini tidak?” tanya saya.
Yuko-san
menggumam. “Pernah, tapi dengan protein. Saya melihat protokolnya ternyata
sedikit berbeda dengan yang saya kerjakan sebelumnya.”
Usai loading gel (Alhamdulillah kali ini
tidak ada buffer yang merembes), saya
melakukan staining gel, dan berhasil
melakukannya hingga akhir. Kohara-san membantu kami saat saya lupa pada
beberapa bagian eksperimen.
Sama seperti dua
eksperimen sebelumnya, pita untuk sampel saya tidak kelihatan. Hanya pita marker yang jelas terlihat, serta sampel
CpG ODN Kohara-san yang turut menjadi sampel. Kendati demikian, saya merasa
gembira bisa mengerjakan rangkaian eksperimen dengan baik hingga akhir.
Loading gel SDS-PAGE |
Kumpulan perkakas eksperimen |
Tak hanya itu,
saya juga menyelesaikan pengukuran rilis CpG K3 untuk pengukuran 14 hari. Ini
menjadi pengukuran terakhir yang saya perlu lakukan.
Sampel rilis K3 |
“Otsukare sama desu,” kata saya lalu
membungkuk berterima kasih. Kami pun meninggalkan lab. Saya mengamati ruangan
lab ini lalu tersenyum. Terima kasih telah menjadi bagian dari petualangan saya
selama di sini...
Saya meminta
tolong Kohara-san dan Yuko-san untuk mengambil gambar saya bersama grup Minowa-sensei sekaligus pamitan. “Terima kasih
atas segala pengalaman yang telah diberikan kepada saya. Sampai jumpa lagi,”
kata saya lalu membungkuk hormat kepada semuanya.
Kami lalu kembali
ke ruang kerja. Saya memberikan madu Sumbawa yang saya bawa sebagai hadiah
perpisahan kepada Kohara-san dan Yuko-san. “Semoga kalian suka rasanya,” kata
saya sambil memberikan satu sachet
kepada keduanya.
Foto dengan grup Minowa-sensei |
“Ah, arigatou,” kata Kohara-san dan Yuko-san.
Saya juga memberi kepada Shino-san, dan meletakkan di meja Mr. Shan dan Mr.
Arun.
“Fahmi-san, nanti
kalau sudah beres di kantor, tolong hubungi saya ya. Saya akan menunggu di
parkiran Kojima,” kata Yuko-san. Beliau akan menemani saya mengambil
barang-barang saya di Ninomiya dan mengantar saya ke Senta. Tadinya saya ingin
minta bantuan Kohara-san, namun karena rumah Yuko-san lebih dekat dengan Senta,
beliau bersedia mengantarkan saya.
“Baiklah, terima
kasih banyak.”
Kami bertiga lalu
berpisah. “Kohara-san, doumo arigatou
gozaimasu. Otsukare sama desu,” kata saya saat kami berpisah.
Pukul 16.00, Dr.
Yamazaki mengantar saya ke ruangan Hanagata-sensei
untuk pamitan.
“Ah, jadi ini
hari terakhirmu?” tanya Hanagata-sensei.
“Yah, begitulah. It is the shortest three months in my life,”
kata saya lalu tersenyum. “Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan
kepada saya selama ini. Saya mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga.”
Hanagata-sensei tertawa. “Jangan berterima kasih
padaku. Tapi syukurlah kalau kamu merasa senang berada di sini. Ke depannya,
kami akan terus membuka hubungan kerja sama dengan negara-negara Asia, termasuk
Indonesia. Jadi, saya berharap kamu akan membantu kami menceritakan kepada
orang-orang tentang NIMS,” lanjut beliau.
“Tentu saja,
dengan senang hati,” kata saya.
Kami lalu kembali
ke ruang kerja. Dr. Yamazaki berbicara dengan saya. “Terima kasih Fahmi. Saya
mohon maaf tidak bisa mengajarimu selama internship
di sini. Seharusnya saya juga ke lab untuk mengajari mahasiswa melakukan
eksperimen. Tapi tahun ini saya sangat sibuk di kantor administrasi.”
Foto dengan Hanagata-sensei dan Dr. Yamazaki |
“Never mind,” jawab saya lalu tersenyum.
“Saya merasa senang bisa mengerjakan eksperimen di sini. Kohara-san sangat
membantu saya.”
Saya melaporkan
progres eksperimen terakhir saya lalu merampungkan laporan rilis CpG ODN K3.
“Ini hasil yang
bagus. Selanjutnya saya akan membicarakan mengenai laporan akhir denganmu via email dan skype. Jadi setelah ini kita masih bisa berdiskusi,” kata Dr.
Yamazaki.
Waktu menunjukkan
sepuluh menit menuju pukul 17.00. Saya melangkah cepat menuju lift ke lantai tujuh. Syukurlah, Mbak
Felis ada di ruangannya. Saya menyempatkan diri untuk pamitan.
“Maaf ya Mbak,
tadi nggak jadi makan siang bareng,” kata saya sungkan. Saya lalu memberi satu sachet madu Sumbawa. “Ini hadiah
perpisahan dari saya. Sampai ketemu lagi ya Mbak. Mbak Felis semangat ya!
Semoga studinya cepat kelar. Jangan lupa kalo pulang ke Indonesia mampir ke Sumbawa,”
kata saya.
“Oke deh. Kamu
hati-hati ya. Sampai ketemu lagi,” kata Mbak Felis.
Saya lalu kembali
ke ruangan dan merapikan sisa barang saya. Terakhir, saya berpamitan dengan
semua orang di ruangan saya.
“Mr. Shino,
sampai ketemu lagi ya. Good luck for you!
I pray the best for you,” kata saya lalu menjabat tangannya erat.
“See you again. Success!” kata Mr. Shino.
Saya lalu
meletakkan satu sachet madu di meja
Kaizuka-sensei, kemudian menghampiri
Yoshikawa-sensei di kubikel beliau.
“Thank you very much for everything.
Sampai ketemu lagi,” kata saya lalu menyerahkan hadiah perpisahan.
Saya menarik
napas dalam. Saya menatap ruang kerja saya untuk terakhir kalinya. Akhirnya,
waktu saya untuk berpetualang di tempat ini berakhir. Saya melangkah dengan
pasti meninggalkan ruang kerja saya, menyunggingkan seulas senyum terbaik dan
lambaian tangan perpisahan. Sampai jumpa lagi...
Yuko-san telah
menunggu saya di parkiran Kojima. Dr, Yamazaki mengantar saya sampai parkiran.
“Terima kasih telah datang ke Jepang. Sampai ketemu lagi. Kalau ada waktu, saya
akan menemuimu di Senta,” kata Dr. Yamazaki.
“Terima kasih
telah mengundang saya. Sampai ketemu lagi,” kata saya lalu tersenyum.
Mobil Yuko-san
melaju ke Ninomiya House. Saya mengambil barang-barang saya lalu memeriksa lagi
ruangan saya untuk terakhir kalinya. Sampai jumpa lagi, 3407...
Saya
mengembalikan kunci kamar ke kantor administrasi. “Terima kasih atas bantuannya
selama saya tinggal di sini.”
“Terima kasih
telah memilih Ninomiya House. Semoga Anda bisa berkunjung ke sini lagi,” kata
staf lalu tersenyum.
Saya menyeret
koper saya dan barang-barang lainnya dibantu Yuko-san. Saya menatap langit
senja dan deretan gedung Ninomiya House. Tak ada lagi yang bisa saya ucapkan
selain ‘terima kasih’ dan ‘sampai jumpa’.
Yuko-san lalu
mengantar saya ke Senta. Mas Dendi dan Mbak Dhama telah tiba lebih dulu saat
saya turun dari mobil. Yuko-san menemani saya membeli tiket bus.
“Yuko-san, doumo arigatou gozaimasu. Otsukare sama desu.
Mohon maaf saya telah merepotkan Anda,” kata saya lalu membungkuk berterima
kasih.
“Tidak, saya
senang bisa membantu. Hati-hati di jalan Fahmi-san. Sampai ketemu lagi,” kata
Yuko-san. Saya melambaikan tangan saat mobil Yuko-san meninggalkan parkiran
Senta.
Mas Dendi, Mbak
Dhama, Mas Zae, dan Mas Risqi menemani saya sembari menunggu bus. Saya memang
memnita mereka datang karena ada yang ingin saya wariskan. Mas Risqi dengan
cekatan membongkar ulang tas jinjing saya karena terlihat sangat ‘berantakan’.
“Waaah, makasih
banyak. Kayaknya aku nggak jago ngepak barang deh,” kata saya setelah melihat
hasil rombakan keempatnya sukses meminimalisir beban bawaan saya.
Saat saya hendak
memberi kata-kata terakhir untuk mewariskan ‘harta’ saya, Dr. Yamazaki
menghampiri saya. Saya sangat terkejut karena beliau datang bersama
Takahasi-kun dan Ayana-chan.
“Terima kasih
banyak Anda sudah datang,” kata saya sumringah, lalu menyapa Ayana-chan dan
Takahashi-kun.
“Ima mada yasumi desu ka (sekarang masih
libur)?” tanya saya pada keduanya.
Takahashi-kun mengangguk
dengan malu-malu.
“Itsu made (sampai kapan)?” tanya saya
pada Ayana-chan.
“Yon gatsu nanoka (tanggal tujuh April),”
jawabnya pelan.
Ayana-chan lalu
memberi saya selembar kertas kecil. Sebuah surat pendek tulisan gadis kecil
itu. Saya menerimanya dengan gembira. “Arigatou,”
jawab saya lalu tersenyum.
“Apakah mereka
satu sekolah?” tanya saya pada Dr. Yamazaki.
“Ya,” jawab
beliau singkat.
Saya lalu
mengenalkan senior-senior saya pada Dr. Yamazaki. “Mereka yang biasanya
menemani saya di akhir pekan. Biasanya kami olahraga, makan-makan, atau
jalan-jalan,” kata saya.
Saya kemudian
menghampiri keempatnya, dan melanjutkan ‘pidato perpisahan saya’. “Mohon maaf
saya baru tahu kalo mahasiswa di sini suka ngadain acara makan-makan. Saya mau
ngasih bahan buat pesta aja. Mungkin nggak banyak, tapi semoga cukup,” kata
saya lalu menyerahkan satu tas kertas berwarna putih.
Kami
berbincang-bincang lalu berfoto bersama, menikmati detik-detik terakhir saya
sebelum meninggalkan Tsukuba.
Waktu telah
menunjukkan pukul 18.30. Sebuah bus dengan tujuan bandara Haneda mulai merapat.
Inilah waktunya.
Foto bersama Dr. Yamazaki, Ayana-chan, dan Takahashi-kun |
Foto bersama pasukan pengantar saya hari ini (ki-ka): Mas Zae, Mas Dendi, saya, Mas Risqi, Mbak Dhama, Ayana-chan, dan Takahashi-kun |
Saya merangkul
Mas Dendi, Mas Zae, dan Mas Risqi satu persatu, lalu menyalami Mbak Dhama.
“Sampai ketemu di Sumbawa,” kata Mbak Dhama.
Saya lalu beralih
ke Dr. Yamazaki, Ayana-chan, dan Takahashi-kun. “Thank you very much. See you again,” kata saya lalu tersenyum. “Jyaa, mata ne,” ucap saya lalu
melambaikan tangan ke arah Ayana-chan dan Takahashi-kun.
Bus pun melaju meninggalkan
Senta, diiringi lambaian tangan orang-orang yang mengantar kepergian saya.
Bulir-bulir
hangat membasahi kedua pipi. Terima kasih ya Allah. Terima kasih telah
meminjamkan tiga bulan penuh keajaiban ini untuk saya. Terima kasih telah
menjadikan tiga bulan ini sebagai tiga bulan tersingkat dalam hidup saya.
Mungkin Mas Zae benar. Karena saya merasa bahagia. Karena saya merasa gembira
berada di sini. Karena saya menikmati segala hal yang saya temui.
Saya tidak pandai
mengucapkan salam perpisahan. Saya tidak sanggup mengucapkan ‘selamat tinggal’.
Maka cukuplah ucapan ‘sampai ketemu lagi’ menjadi kata terakhir yang saya
berikan untuk semua hal yang saya tinggalkan di sini. Terima kasih atas segala
anugerah ini. Terima kasih atas segalanya. Semoga bisa bertemu lagi di lain
waktu dan kesempatan, aamiin.
Tsukuba, thank you so much for having me during three
months. Doumo arigatou gozaimasu!
Minna sama, doumo aishite imasu! Sampai jumpa lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar