Link

Kamis, 12 Maret 2015

A Very Small Thing to Lead the World (2)

Dear Dreamers!

Pukul 14.00 saya tiba di Epochal Tsukuba untuk mengikuti lanjutan simposium internasional hari kedua. Acara baru saja dimulai saat saya memasuki ruangan. Tidak seperti sebelumnya, kali ini cukup banyak tempat duduk kosong. Saya pun mengambil tempat duduk di deret ketiga di bagian kanan ruangan. Seorang bapak tampak sedang sibuk berkutat dengan laptopnya di sebelah saya.

Saya meletakkan gelas kertas berisi sari Pome di atas meja. Sepotong kecil cokelat melumer di lidah saya sembari mendengarkan topik seminar hari ini. Ada tujuh presentasi yang akan saya ikuti hingga sore nanti. Presentasi pertama dibuka oleh Dr. Vincent Rotello dari University of Massachussets, Amerika Serikat. Beliau menyampaikan presentasi berjudul 'Interfacing Nanomaterials with Biology: Applications in Therapeutics and Diagnostics'. Dalam topik ini, beliau membahas mengenai pengembangan strategi baru dalam penggunaan nanopartikel untuk aplikasi biologi. Saat ini, nanopartikel tengah digandrungi sebagai 'kendaraan' untuk mengantar molekul kecil, protein, dan asam nukleat ke dalam sel, yang dalam riset ini difokuskan ke sitosol. Proyek riset ini selanjutnya dikembangkan untuk keperluan medis, seperti terapi dan diagnosa suatu penyakit. Isu yang tengah berkembang adalah bagaimana mengontrol interaksi nanopartikel ini dengan lingkungan sekitarnya. Saya merasa tertarik dengan topik yang dibahas karena proyek yang saya kerjakan di NIMS erat kaitannya dengan topik ini.

Presentasi berikutnya disampaikan oleh Dr. Hiroshi Sugiyama dari Graduate School of Science, Kyoto University. Beliau mengangkat topik 'Chemical Biology of Nucleic Acids: DNA Origami and Artificial Genetic Switch'. 

Bapak di sebelah yang sedari tadi khusyuk di hadapan laptopnya lalu bangkit menuju podium. Ternyata beliau salah seorang pemateri hari ini. Usai Dr. Sugiyama turun dari podium, beliau naik ke podium dengan sigap. Moderator memperkenalkan pembicara. Beliau adalah Dr. Yukio Nagasaki, peneliti WPI-MANA dan akademisi di University of Tsukuba.

Ada hal menarik yang disampaikan Dr. Nagasaki. "Nama saya Yukio. Ingatlah nama saya. Yukio terdiri atas dua kata, 'Yuki' artinya 'good', dan 'o' dari kata 'otto' artinya 'husband'. Jadi Yukio artinya 'good husband',"kata Dr. Yukio. Seisi ruangan bergemuruh dengan tawa. Beliau memaparkan topik berjudul 'Design of Anti-oxidative injectable gels for local inflammation treatments'. Usai presentasi Dr. Yukio, giliran Dr. Kohsaku Kawakami yang menyampaikan presentasi berjudul 'Bio-inspired nanoarchitectonics for early and patient-oriented medical treatment.' Dr. Kawakami adalah peneliti di MANA.

Simposium hari kedua


Acara diistirahatkan selama dua puluh menit untuk coffee break. Saya mencari sudut gedung yang lengang untuk menunaikan shalat Ashar. Usai shalat, saya mengambil beberapa bungkus cokelat dan segelas jus jeruk untuk menemani saya mengikuti sesi seminar terakhir.

Tiga pembicara mengisi sesi terakhir seminar hari kedua. Prof. Kazunori Kataoka dari University of Tokyo membuka sesi ini dengan topik 'Targeted Chemo- and Molecular Therapy by Self-Assembled Supramolecular Nanosystems'.

Presentasi kemudian dilanjutkan dengan topik 'Bioengineering of Direct Cellular Reprogramming' yang disampaikan oleh Dr. KW Leong dari Department of Biomedical Engineering, Columbia University, Amerika Serikat. Sesi presentasi kemudian ditutup oleh Dr. Gouping Chen, peneliti MANA sekaligus akademisi dari Graduate School of Pure and Applied Science, University of Tsukuba. Beliau menyampaikan topik berjudul 'Creation of Nanostructured Niche for Cell Function Manipulation'.

Acara hari kedua berakhir pukul 17.15. Saya pun meninggalkan ruangan untuk kembali ke kantor. Saya berpapasan dengan seorang wanita berambut pirang di lantai satu. Saya tersenyum padanya lalu keluar menuju parkiran sepeda.

Di sela-sela coffee break

"Do you also present your own poster? Or just joining the session?" tanya saya saat bertemu wanita itu semalam.

"No, just joining the poster session," jawabnya lalu tersenyum.

Saya tak asing dengan sosok wanita ini. Saya pernah beberapa kali berpapasan dengannya saat di lift Ninomiya. Usut punya usut, ternyata ia tetangga saya di lantai tiga Ninomiya House. Kamar kami satu deret.

"By the way, sudah berapa lama di sini?" tanya saya.

"Ah, baru sekitar tujuh bulan. Tinggal jauh dari Belanda dan keluarga rasanya cukup berat pada awalnya. Sekarang, saya hanya menikmati waktu saya di sini," jawabnya lalu tersenyum. "Where do you come from?" tanyanya pada saya.

"I come from Indonesia," kata saya lalu tersenyum.

Tak lama berbincang, wanita itu dihampiri teman-temannya. "Nice to see you. My name is Isabella," katanya saat akan beranjak.

"Nice to see you too. I am Fahmi," kata saya lalu melambaikan tangan.

Secara keseluruhan, saya menikmati acara simposium ini, kendati sebenarnya tidak terlalu banyak hal yang saya pahami. Proyek-proyek riset yang dipaparkan sangat spesifik pada topik tertentu. Ada banyak istilah dan nama baru yang saya temui selama simposium ini. Berbagai macam data dan gambar hasil pengamatan tersaji selama acara.

Namun demikian, ada satu hal yang saya dapatkan dari acara ini. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini telah demikian pesatnya. Ilmuwan dari seluruh dunia berlomba-lomba menemukan inovasi dalam topik yang mereka tekuni, tentu demi kemajuan peradaban manusia jua. Semakin lama objek yang diteliti semakin kecil, bahkan tak lagi mampu disaksikan indra penglihatan. Tentu saja saya berharap tidak hanya menonton mereka memaparkan temuan-temuan ajaib mereka dalam eksperimen. Saya juga berharap suatu hari nanti bisa berdiri dan berbicara di podium itu, memaparkan proyek yang saya tekuni dan memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Semoga kesempatan besar ini bisa menjadi langkah awal saya untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar