Link

Sabtu, 07 Maret 2015

Tur ke Ami Machi

Dear Dreamers!

Angin berhembus kencang, memaksa saya turun dari sepeda saat mencapai tanjakan penyeberangan menuju Senta. Saya melihat jam tangan, tiga menit lagi bus akan berangkat. Saya bergegas memacu sepeda lalu memarkirnya di parkiran Right On. Tanpa basa basi saya langsung berlari ke stasiun bus. Bahkan untuk berlari pun terasa berat karena melawan hembusan angin.

Napas saya tersengal-sengal saat tiba di stasiun, mencari rombongan dari Tsukuba-dai (Universitas Tsukuba) yang akan berangkat bersama saya. Sebuah suara memanggil nama saya. Buru-buru saya berbalik. Ternyata Pak Dapi dan Mas Rudi sudah tiba duluan.

"Mau ke mana?" tanya Pak Dapi.

"Mau ke Ami Pak," jawab saya sekenanya.

"Ya udah nunggu di sini," kata beliau.

Saya menarik napas panjang. Saya pikir saya akan terlambat. Rombongan yang lain masih dalam perjalanan. Bus yang saya kira akan saya naiki ternyata memang sudah jalan, dan dua menit kemudian rombongan Tsukuba-dai bergabung bersama kami.

Kami berbincang-bincang dengan riuh sembari menunggu bus. Masing-masing datang dengan tentengan di tangan. Pukul 09.42 bus yang kami tunggu tiba.


Eh, mau ke mana nih? Hehehe, jadi hari ini saya ikut rombongan klub bulutangkis Tsukuba untuk bertandang ke Ami Machi. Kata Pak Amel ada GOR keren di sana, dan ada orang Indonesia yang juga tinggal di sana. Jadi acara hari ini sekaligus silaturrahmi dengan rekan-rekan di Ami. Untuk saya, ini menjadi kunjungan pertama, sekaligus mungkin kunjungan perpisahan. Acara hari ini memang dikhususkan untuk anggota klub yang akan pulang ke Indonesia bulan ini.

Perjalanan dari Tsukuba Senta dilanjutkan ke stasiun Tsuchiura Eki, sekitar dua puluh menit menggunakan bus. Dari Tsuchiura Eki, kami bertemu Pak Amel dan keluarga yang tiba sesaat setelah bus kami. Cuaca mendung hari ini membuat saya cukup kedinginan, memaksa saya untuk merapatkan jaket.

Dari Tsuchiura Eki, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Ami Machi, sekitar lima belas menit menggunakan bus. Oh iya, selain bermain bulutangkis, kami juga mengagendakan makan siang bersama. Masing-masing kami diberi tugas oleh Pak Amel selaku manajer. Saya kebagian menyiapkan peralatan makan, minuman, dan buah-buahan bersama Mas Dion. Sayang, Mas Dion urung bergabung karena ada urusan lain.

Turun dari bus, sebuah bangunan yang tampak masih baru menyambut kedatangan kami. Memasuki gedung, kami disambut warga Indonesia yang tinggal di Ami Machi. Kami berganti alas kaki dengan sandal dalam ruangan. Begitu pintu geser dibuka, saya terperangah. Uwaaa...lapangannya bagus banget!!! Benar-benar masih mengkilat. Saya menyapa beberapa warga Ami yang baru pertama saya temui. Usai berbincang-bincang sejenak, saya langsung pemanasan. Pertandingan pemanasan dibuka dengan duet saya dan Pak Amel melawan duo RnD. Memang dasar belum 'in', kami kalah mudah di game pertama, dan sedikit memperbaiki permainan di game kedua.

Keseruan di lapangan


Usai bermain sejenak, kami langsung masuk ke acara utama: makan siang! Hari ini sangat istimewa karena jumlah pemain yang hadir sangat ramai, mencakup dari tim Tsukuba, warga TBIC, dan warga Ami sendiri. Saya membantu menyiapkan peralatan makan dan mendistribusikan ke peserta. Pak Amel selaku manajer klub memberi sedikit sambutan sekaligus menyatakan pengunduran diri sebagai manajer karena akan kembali ke Indonesia bulan April nanti. Jabatan manajer secara resmi dimandatkan kepada Mas Risqi. Intinya, dalam sambutan ini Pak Amel menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk silaturrahmi antar warga Indonesia di Tsukuba dan sekitarnya.

Acara makan-makan berlangsung meriah. Aneka makanan yang jarang saya temui bermunculan di depan mata. Ayam goreng, pecal, kerupuk, sambal goreng tempe, dan sambal. Bahkan sambalnya lengkap dengan cobeknya!





Usai santap siang, kami menunaikan shalat Dzuhur berjamaah. Acara kembali dilanjutkan. Kali ini diadakan pertandingan ganda dengan sistem grup. Dari hasil undian, saya kembali bertandem dengan Pak Amel. Hanya Mas Dendi/Mas Risqi yang namanya tidak diundi karena kegiatan ini sekaligus persiapan mereka ke Nokodai Cup, turnamen bulutangkis tahunan PPI yang diselenggarakan di Tokyo bulan April nanti.

Lawan pertama kami adalah Mas Zae/Pak Fauzi. Pertandingan berjalan cukup seru karena masing-masing pasangan berusaha mencecar titik lemah lawan. Kami sebenarnya sudah unggul cukup jauh, namun bola servis lambung Mas Zae ternyata memancing unforced error bertubi-tubi dari saya dan Pak Amel. Saat poin kami kian dipepet, kami berusaha menekan balik lawan dengan banyak memberi bola-bola pendek. Kami berhasil menang 30-24.



Tandeman dengan Pak Amel, manajer klub hohoho
Pertandingan pertama: Fahmi/Pak Amel vs Mas Zae/Pak Fauzi
Menang di pertandingan pertama, lawan selanjutnya adalah Mas Rudi/Pak Dapi. Pertandingan berjalan cukup imbang. Sebenarnya saya merasa cukup yakin bisa mengalahkan lawan, namun kali ini unforced error terus terjadi, baik saya maupun Pak Amel. Alhasil, kami menyerah 21-30.

Berikutnya, melawan Buya/Mas Ardi, kami dibuat keteteran dengan bola-bola depan Buya yang halus. Kendati demikian, kami berhasil mengontrol permainan dan menang 30-20.

Di pertandingan pamungkas, kami kembali berhadapan dengan Mas Dendi/Mas Risqi. Merasa antiklimaks, kami tak berhasil mengimbangi lawan dan kalah mudah 17-30.

Selanjutnya saya menjadi wasit pertandingan-pertandingan yang masih berlangsung. Di sela-sela pertandingan, saya juga berkenalan dengan warga Ami. Ada Mas Anjaz, Mbak Wulan, Mbak Ratih, Mbak Anisa, dan yang lainnya. Senang sekali bisa bertemu keluarga baru.

Foto dengan keluarga besar klub bulutangkis Indonesia di Tsukuba
Ganda campuran: Mbak Dhama/Mas Zae (kiri) vs Mas Rudi/Mbak Fani (kanan)
Selfie bareng Mas Dendi, Mas Risqi, sama di adek (lupa namanya hehehe)
Senja mulai beranjak. Usai shalat Ashar, pertandingan masih berlanjut. Usai pertandingan ganda campuran, pertandingan ditutup dengan final ganda putra. Berhubung pemuncak pool B, Buya dan Mas Haris sudah pulang duluan, jadilah final kali ini menjadi pertandingan antara Mas Dendi/Mas Risqi melawan saya dan Mas Zae.

Pertandingan berlangsung cukup alot. Poin kami kerap tertinggal namun selalu bisa memepeti perolehan angka lawan. Sayang, error yang masih banyak ditambah saya kurang tenang di poin-poin kritis memaksa kami menyerahkan kemenangan kepada Mas Dendi/Mas Risqi dengan skor 26-30.

Usai pertandingan kami membersihkan lapangan lalu beres-beres. Acara pun diakhiri dengan foto bersama.

"Makasih ya udah datang jauh-jauh. Lain kali datang lagi," kata Mbak Ratih saat kami pamit. Lambaian tangan warga Ami mengiringi keberangkatan bus kami. Terima kasih atas sambutan hangatnya. Semoga bisa bertemu lagi di lain kesempatan :')

Foto bersama dengan warga Ami

NB: Terima kasih untuk kontributor foto: Pak Amel, Mas Dendi, Mas Zae, Mbak Dhama, Mas Ardi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar