Link

Jumat, 27 Maret 2015

Membagi Warisan

Dear Dreamers!

Saya tiba di kantor lima belas menit lebih lama dari biasanya. Kohara-san menyapa saya yang baru muncul.

"Ah, yokatta. Saya baru saja meninggalkan pesan buat kamu," kata Kohara-san.

Saya menaruh bawaan saya lalu membaca pesan singkat tersebut.


"Ah, otsoku natte sumimasen. Tadi saya sudah mulai packing, tapi tidak sadar sudah jam segini," kata saya merasa tidak enak.

"Daijoubu. Saya hanya perlu mengerjakan beberapa hal, dan saya perlu bantuanmu," kata Kohara-san.

Kami membahas hal yang perlu dilakukan hari ini. Kohara-san kemudian memberikan sesuatu kepada saya. Saya melihat pemberian itu dengan perasaan takjub.

"Itu semacam tanda keberuntungan dalam budaya Jepang. Simpan saja sebagai kenang-kenangan," kata Mr. Shino menanggapi. Saya tersenyum berterima kasih.

Kami pun bergegas ke lab. Jadi, hari ini Dr. Yamazaki telah menitipkan pesan ke Kohara-san agar saya mewariskan beberapa peninggalan saya selama eksperimen ke Kohara-san, seperti kultur sel, medium, nanopartikel, dan sampel. Saya merinci item yang saya miliki di lab dan menunjukkan tempatnya satu persatu.

"Mohon maaf ya saya banyak meninggalkan barang," kata saya.

"Ah, tidak, tidak. Sama sekali tidak. Dulu, waktu Rizky-san internship, dia meninggalkan banyak sekali sampel di lantai tiga. Di sana ada lab kami yang lain. Ia datang lebih pagi dan seharian akan terus berada di lab. Semua orang tau itu. Febri-san juga. Bahkan hingga hari terakhirnya di sini, ia masih sibuk membereskan bahan-bahan eksperimennya," jelas Kohara-san.

Saya menggumam. "Berarti... saya yang paling tidak sibuk dong," kata saya lalu tertawa kikuk.

"Tidak apa-apa. Tahun ini Dr. Yamazaki agak sibuk di bagian administrasi. Tapi untuk mahasiswa internship selanjutnya saya rasa mereka juga akan sibuk."

Kami berpapasan dengan Li-san. "Kapan kamu akan pulang?"

"Hari Selasa," jawab saya lalu tersenyum.

"Ah.... hayai ne (cepatnya)," komentar Li-san.

"Hai, sore wa totemo hayai ne (iya, cepat sekali)," kata saya lalu tertawa kecil. "Saya jadi ingat Mr. Chen. Sebulan yang lalu, beliau bilang ke saya bahwa satu tahun terasa sangat cepat. Beliau benar, tiga bulan rasanya singkat sekali."

Saya lalu mengerjakan eksperimen rilis K3 saya yang masih bersisa beberapa kali pengukuran, kemudian bergegas berangkat untuk shalat Jumat. Usai shalat Jumat, saya ikut rombongan senior NIMS lainnya makan siang di sebuah restoran India tak jauh dari kantor Sengen. Makan siang perpisahan.

Kohara-san dan Yuko-san tampak berbisik-bisik dan agak terkejut melihat saya kembali. Mereka berdiri dengan kaku, lalu Yuko-san menyodorkan dua buah tas kertas kepada saya.

"Kore wa nande?" tanya saya sambil menerima tas tersebut.

"Ini hadiah dari kami. Semoga kamu suka," kata Yuko-san sambil tersenyum.

"Aaah...arigatou. Kalian tidak perlu repot-repot begini," kata saya lalu meletakkan bingkisan itu di meja. "Boleh saya lihat hadiahnya?" tanya saya lagi.

"Mmm, tentu," jawab Yuko-san.

Saya membuka tas itu satu persatu. Saya terkesima melihat isinya. Apa yaa??? Untuk saat ini akan saya rahasiakan dulu hehehe.


"Aaaaa....doumo arigatou gozaimasu," kata saya setengah terkejut.

Kohara-san dan Yuko-san tertawa gembira. "Yokatta. Syukurlah kamu menyukainya," kata Kohara-san.

"Tentu. Terima kasih ya," kata saya lalu menatap keduanya dengan perasaan haru.

Tak lama kemudian keduanya pamit karena jam kerja mereka sudah habis. Saya melanjutan pekerjaan saya hingga petang tiba. Telepon dari Dr. Yamazaki menghentikan aktivitas saya sejenak.

"Fahmi, saya akan tiba di ruangan 15 menit lagi. Oh iya, kamu sudah baca email? Dr. Arief mengirimkan email untukmu," kata Dr. Yamazaki dari seberang.

"Ah, belum saya lihat. Akan saya baca segera. Baiklah Dr. Yamazaki, sampai nanti." Saya pun segera membuka email. Ada beberapa pesan masuk, salah satunya email dari Pak Arief. Beliau mengabarkan kalau Pak Zul dan Bu Niken sedang ada di Tokyo dan ingin bertemu saya besok pagi.

Dr. Yamazaki pun tiba di ruang kerja. "Ah, bagaimana, sudah baca email-nya?"

"Ya, saya baru melihatnya. Mmm...saya tidak familiar dengan daerah ini. Could you please help me to find the way to this hotel?" kata saya sambil memperlihatkan kawasan tempat Dr. Zul dan Bu Niken menginap.

Dr. Yamazaki membantu saya membaca peta serta menemukan rute kereta untuk ke sana. Saya juga dibantu membaca peta di Google Map. Setelah melihat-lihat beberapa kali, saya merasa yakin bisa ke sana besok.

"Mungkin jalan kaki selama sepuluh menit dari stasiun Yotsuya. Jaraknya tidak terlalu jauh," kata Dr. Yamazaki.

"Baiklah, saya mengerti. Terima kasih atas bantuan Anda."

Saya lalu berdiskusi dengan Dr. Yamazaki seputar proyek internship saya yang akan berakhir, rencana kepulangan, dan mengenai 'peninggalan' saya yang ada di laboratorium.

"Plate untuk eksperimen Luciferase Assay yang ada di freezer dibuang saja. Untuk sampel PBMC biarkan di sana," kata Dr. Yamazaki. "Oh iya, saya dengar kamu ingin ke teater AKB48 ya?"

"How do you know?" Saya terkejut mendapat pertanyaan itu. "Yaa, saya memang ingin ke sana. Tapi untuk saat ini, bisa melihat teaternya dari luar sudah cukup," jawab saya lalu tersenyum.

"Kenapa tidak coba pergi saja?" kata Dr. Yamazaki. Beliau lalu mengutak-atik tab dan mencari informasi teater. "Tidak terlalu mahal sih tiketnya. Hanya saja tempat duduknya terbatas dan harus memesan beberapa jam sebelumnya," lanjut beliau.

Saya melihat informasi yang tertera di layar tab. Dr. Yamazaki lalu melihat tanggal konser. "Ah, sayang sekali, ternyata mereka tidak mengadakan konser di hari libur," kata Dr. Yamazaki.

Saya hanya tertawa kecil. "Tidak apa-apa. Saya sudah pernah lewat di depan tetarenya. That's enough."

"Ah, baiklah. Mungkin kamu bisa menonton konser JKT48 saja nanti," kata Dr. Yamazaki lalu tertawa.

Waktu telah menunjukkan pukul 20.00.

"Baiklah kalau begitu, sampai ketemu lagi," saya tersenyum lalu pamit.

Okay, another trip has wait me for tomorrow. Don't miss my story for tomorrow! See you! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar