Link

Minggu, 15 Maret 2015

'Aku ingin begini aku ingin begitu...'

Dear Dreamers!

Rombongan Doraemonia
Cuaca yang mulai menghangat mengawali hari saya. Segelas susu dan beberapa potong roti menjadi amunisi saya di pagi hari sebelum berangkat ke tujuan hari ini.

Waktu menunjukkan pukul 08.52 saat saya tiba di Senta. Saya bergegas menuruni eskalator. Begitu saya tiba di lorong stasiun, Pak Amel tampak melambaikan tangan ke arah saya, diikuti anggota lain bangkit dari kursi. Tampaknya saya terlambat.

"Wah, maaf, saya telat ya?" ujar saya kikuk.

"Nggak kok, memang jadwal ngumpulnya sengaja dimajuin," kata Teh Puti santai.

Sebelum berangkat, kami berfoto bersama di stasiun. Oke, perjalanan dimulai!


Kami mendapat tempat duduk yang nyaman. Deretan kursi yang saling berhadapan ditempati oleh oleh ibu-ibu, sementara saya, Pak Amel, Pak Deni, dan Harfi (putranya Pak Deni dan Bu Atie), walaupun duduk berhadapan namun terpisahkan koridor gerbong. Rombongan para ibu sendiri diramaikan Bu Atie, Teh Puti, Bu Yulis, Teh Krisna, Mbak Rani, Mbak Umi, dan Mbak Emy. Tak ketinggalan Meisya, putrinya Pak Amel.

Sepanjang perjalanan, saya dan Harfi sibuk berceloteh melihat pemandangan di luar kaca jendela. Suasana kereta terasa lebih hidup kali ini. Empat puluh lima menit kemudian kami tiba di stasiun Akihabara.

Lagi main game bareng Harfi

Ke manakah tujuan kami kali ini? Well, kalo dilihat dari judulnya saya rasa Dreamers udah tau dong. Yup, tujuan kami kali ini adalah Fujiko F. Fujio Museum, museum yang memamerkan benda-benda peninggalan mendiang Prof. Fujio, komikus yang menciptakan karakter P-Man dan Doraemon, si robot kucing abad 21 dengan kantong ajaibnya yang terkenal itu. Saya ditawari Bu Atie pada awalnya, dan sudah direncanakan sejak bulan lalu. Namun, untuk menuju museum ini kita harus memesan tiket terlebih dahulu. Selain itu, waktu kunjungan dibatasi hanya selama dua jam untuk menghindari tumpukan pengunjung di dalam museum.

Dari stasiun Akihabara, kami plesir sejenak menggeledah sudut Akihabara yang terkenal dengan produk elektronik serta aneka souvenir. Saya mengikuti rombongan keluarga Pak Amel dan Pak Deni menyusuri lapak oleh-oleh murah. Berbagai barang dagangan dijual dengan harga miring (versi Jepang ya hehehe, kalo dirupiahin masih lumayan murah juga sih), mulai dari boneka, action figure, tas, pin, gantungan kunci, pakian, dompet, hingga batu akik! Sayangnya, saya tidak menganggarkan Yen saya untuk ke sini, jadi cuci mata sudah cukup hohoho.


Kawasan Akihabara

Pukul 10.30, kami melanjutkan perjalanan ke stasiun Kinshichou untuk makan siang di restoran China. Sayangnya saat tiba di sana, ternyata restoran baru akan buka pukul 17.00. Jadilah rencana makan siang kami buyar. Akhirnya rombongan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Shinjuku untuk mencari makan siang.

Di Kinshichou

Rombongan nyari makan siang
Restorannya tutup hiks
Masalah dimulai di sini. Shinjuku, sebagai stasiun kereta tersibuk dunia, memiliki banyak pintu akses ke berbagai tujuan. Saat turun dari kereta, saya ditemani Bu Atie membayar kekurangan tarif kereta di fare adjustment machine. Saat saya selesai membayar, ternyata rombongan sudah menghilang. Ada dua pintu keluar saat itu, di sebelah kiri dan kanan kami. Bu Atie pun menelepon Pak Deni untuk memastikan pintu keluar yang dilalui rombongan. Usai menelepon, kami keluar melalui pintu sebelah kanan.

Saya dan Bu Atie berkeliling mencari pintu keluar yang dilewati rombongan, sayangnya berkali-kali mengelilingi stasiun, tak ada petunjuk yang sesuai dengan yang diberitahukan Pak Deni. Akhirnya, kami baru sadar bahwa kami salah pintu keluar.

Rencana makan siang terpaksa ditunda. Saya dan Bu Atie akhirnya memutuskan belanja di toko roti untuk mengganjal perut. "Padahal saya lagi pengen makan besar nih. Maaf ya Mi kamu jadi ikutan lapar," kata Bu Atie.

"Udah Bu, nggak papa," kata saya lalu tertawa kecil.

Usai membeli roti, kami pun menunggu kereta dari stasiun Odawara yang berangkat menuju stasiun Noborito. Tadinya, Bu Atie dan Pak Deni janjian ketemu di kereta. Kami memeriksa gerbong nomor 9, karena Pak Deni bilang rombongan yang lain duduk di gerbong 9.

Kami pun berjalan menyusuri gerbong 9. "Nggak ada Bu," kata saya usai memeriksa.

"Jangan-jangan keretanya bukan yang ini," kata Bu Atie.

Kami memutuskan turun, kemudian Bu Atie menelepon Pak Deni. Ternyata kereta yang dinaiki rombongan lain sudah berangkat terlebih dahulu, dan kereta yang kami naiki tadi sudah benar tujuan Noborito. Kereta itu sudah berlalu meninggalkan kami. Saya dan Bu Atie hanya bisa tertawa.

Kami naik ke kereta selanjutnya. Alhamdulillah, sempat terpisah dari rombongan lain selama hampir satu jam, kami berhasil bertemu lagi di stasiun Noborito. Suasananya sempat dramatis seperti di film-film. Bedanya, kalau di film biasanya adegan dramatis terjadi di detik-detik keberangkatan, kami justru baru mengalaminya setelah turun kereta, wkwkwk.

"Untung kamu sama Mpok Atie nyasarnya. Coba kalo sendiri," kata Bu Yulis.

"Saya langsung balik ke Akiba, Bu, kalo gitu. Pulang ke Tsukuba," kata saya lalu tertawa.

Kami pun akhirnya menuntaskan sesi makan siang di restoran Soba di kawasan stasiun Noborito. Dari stasiun, kami berjalan kaki sekitar lima menit ke pemberhentian bus menuju museum. Busnya diberi corak warna biru dengan gambar tokoh-tokoh di kartun Doraemon. Oh iya, museum ini terletak di kota Kawasaki, kota penghasil Shinkansen pertama.

Bus ke museum
Perjalanan menggunakan bus ditempuh selama lima menit. Deretan rumah-rumah penduduk menghiasi perjalanan kami menuju museum. Suasana di Kawasaki relatif tenang karena bukan kota besar seperti Tokyo.

Antrean mengular menyambut kami saat turun bus. Petugas mengecek tiket kami satu persatu. Rombongan mulai khawatir karena Mas Yos, salah satu anggota rombongan, belum juga muncul. Akhirnya Bu Atie berbicara dengan petugas supaya tiket Mas Yos yang ada di kami bisa digunakan pemiliknya.

Suasana Kawasaki

Tiket masuk museum
Pengunjung dibagi dalam kloter-kloter yang masing-masing berjumlah tiga puluh orang. Meskipun di tiket jadwal kami dimulai pukul 14.00, namun kami sudah harus mengantre setengah jam sebelumnya. Saat memasuki museum, tiket kami diperiksa lalu ditukar dengan sebuah tiket kecil dan sebuah benda mirip telepon selular.

Biar ngantri tetap eksis wkwkwk
Action figure P-Man
Bagian-bagian pembuka museum memamerkan barang-barang peninggalan Prof. Fujio, seperti lembaran manga pertama beliau, aneka pensil, cat, tinta, kuas, kamera, dan barang-barang lain yang digunakan selama berkarya. Ada juga sudut yang memamerkan suasana kamar Prof. Fujio. Kamar itu dipenuhi berbagai komik, buku, ensiklopedi, bahkan fosil dinosaurus. Beliau pasti memiliki daya imajinasi yang sangat tinggi hingga sukses menciptakan karya-karya yang fenomenal. Tidak hanya itu, ada juga sudut yang menceritakan jejak rekam karir Prof. Fujio sepanjang hidupnya.

Lalu, apa fungsi si 'ponsel' yang tadi diberikan? Nah, setiap objek di museum ini diberi nomor. Ketika kita merasa tertarik dengan objek tertentu, kita bisa menekan tombol nomor objek tersebut. Kemudian si 'ponsel' yang menamai dirinya dengan Gaby itu akan menjelaskan kepada kita tentang objek tersebut. Penjelasan tersedia dalam bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan Korea, serta dibedakan juga untuk anak-anak dan orang dewasa. Jadi, kita dipandu oleh piranti elektronik bernama cantik selama melihat-lihat objek museum. Usai menikmati objek museum, si Gaby harus dikembalikan ke petugas sebelum kita memasuki wahana selanjutnya.

Puas berkeliling museum, selanjutnya kami menikmati aneka wahana di museum ini. Menggunakan tiket kecil yang diberikan tadi, kami menonton film pendek yang menampilkan tokoh-tokoh ciptaan Prof. Fujio dalam satu skenario. Film pendek berdurasi dua puluh menit itu sangat menghibur, kendati bahasa yang digunakan bahasa Jepang, dan saya hanya mengerti arti kata per kata dalam satu kalimat yang diucapkan tokoh-tokohnya.








Ketika film berakhir, layar di panggung serentak membuka, dan memperlihatkan situasi di luar gedung. Lucunya, di saat yang bersamaan, muncullah Mas Yos di balik layar itu, seolah ikut terlibat dalam film tadi. Kami yang duduk di deret paling belakang serentak melambaikan tangan sambil tertawa. Mas Yos balas melambaikan tangan dengan ekspresi bingung dan kikuk.

Kami lalu sibuk berfoto ria di taman belakang museum. Objek-objek khas Doraemon, seperti pintu ke mana saja, pipa beton tempat Giant biasa konser, patung Doraemon, patung Dorami, serta patung Doraemon dan Nobita di punggung Piisuke menjadi objek buruan semua pengunjung. Ada juga patung P-Man, namun sayangnya kami tidak bisa mengambil foto dengannya karena posisinya di tembok landai museum.

Pipa beton tempat Giant biasa konser
Patung Doraemon, bersama (ki-ka) Bu Yulis, Mbak Rani, Teh Krisna, Meisya, dan Teh Puti

Pintu ke mana saja
Bersama Piisuke, Nobita, dan Doraemon
Foto bareng Dorami
Puas berfoto ria, kami mengakhiri kunjungan dengan belanja di toko souvenir (dan lagi, saya cukup cuci mata aja hehehe). Pukul 16.15 kami menaiki bus menuju stasiun Noborito. Setibanya di stasiun, saya, Pak Amel, Pak Deni, dan Teh Krisna bergegas shalat qashar dan jama' Ashar dan Dzuhur.




Perjalanan dilanjutkan ke kawasan Shibuya untuk makan malam. Restoran 'Ayung Teras' rekomendasi Mas Yos menjadi pilihan kami. Rsetoran ini menyajikan aneka menu Indonesia, kendati pekerjanya bukan dari Indonesia seperti di restoran Surabaya. Gulai kambing menjadi menu pilihan saya malam ini.

Momen makan malam menjadi momen yang sangat riuh dengan banyolan-banyolan khas senior-senior saya di sini. Saya tak luput menjadi target banyolan. Suasana seperti ini terasa begitu khas, ceria, penuh kegembiraan, dan sangat Indonesia, hahaha. Sangat ampuh menghilangkan kepenatan selama satu minggu ini.


Acara makan besar wkwkwk
Gulai kambing
Usai makan malam heboh, tujuan kami selanjutnya adalah Krispy Kreme, konter donat incaran Pak Amel. Kata Pak Amel, Krispy Kreme adalah konter donat yang produknya bisa dikonsumsi dengan aman.




Sesuatu yang menakjubkan saya temui dalam perjalanan menuju Krispy Kreme. Kami melawati stasiun Shibuya, dan di hadapannya terhamparlah lautan manusia yang menyeberang jalan dengan begitu hiruk pikuknya.

"Omaigot omaigot omaigot! Ini perempatan Shibuya itu ya?!" saya memekik heboh diikuti tawa rombongan yang lain. Saya merasa takjub sekali lagi. Shibuya yang terkenal dengan perempatannya yang ramai, yang selama ini hanya saya lihat gambarnya di internet. Now I've been here!!!


Perempatan Shibuya
Heboh si Shibuya


Udik banget sih rasanya hahaha. Saya tak dapat menahan rasa takjub. Saya pun berlari ke tengah perempatan saat lampu tanda menyeberang berwarna hijau. Lautan manusia dari segala penjuru serentak membanjiri jalanan. Riuh, ramai, heboh. Spektakuler. Inilah sudut kota Tokyo yang terkenal dengan keramaiannya. It's wonderful!

Di depan stasiun Shibuya terpajang patung Hachiko. Hachiko adalah anjing legendaris Jepang milik Prof. Hidesaburo Ueno, seorang dosen teknik pertanian Tokyo Imperial University atau sekarang University of Tokyo (Todai). Kisah Hachiko sangat mengharukan. Ia adalah sosok anjing yang setia menunggu kepulangan majikannya setiap malam di depan stasiun Shibuya. Hingga suatu hari, sang Professor meninggal dunia. Hachiko terus menunggu Prof. Ueno hingga akhir hayatnya, 8 April 1935. Patung Hachiko didirikan di depan stasiun Shibuya untuk mengenang sosok anjing tersebut. Bahkan tanggal 8 April khusus untuk memperingati kepergian Hachiko. Lengkapnya baca di sini dan sini.

Bersama Hachiko
Namun kabar gembiranya, sebuah patung Hachiko yang akhirnya bertemu Prof. Ueno baru saja diresmikan di halaman Todai, selengkapnya baca di sini ya. Saya merasa turut gembira dengan kehadiran patung ini yang seperti ingin mengakhiri kisah Prof. Ueno dan Hachiko dengan bahagia. Melihat patung Hachiko, saya jadi teringat dengan kucing saya di rumah.

Usai berbelanja donat, kami pun mengakhiri petualangan fantastis hari ini. Sungguh pengalaman yang sangat berkesan, penuh keceriaan, canda tawa, dan kehebohan. Terima kasih untuk senior-senior yang sudah mengajak saya dalam episode kali ini :')

Sampai jumpa!

NB: terima kasih banyak untuk kontributor dokumentasi saya kali ini: Pak Amel, Pak Deni, Bu Atie, Teh Puti, Teh Krisna, Mas Yos :)

3 komentar:

  1. Blognya keren kak,isinya cukup memotivasi di tunggu kunjungan baliknya di jovingki.blogspot.com
    oh yaa kak posting juga tuh,gimana,kapan kak fahmi menemukan mimpinya juga mindset atau ideologi yg kak fahmi pegang... :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Robby......maaf saya baru baca komenmu *gilaaa hampir setahun kemudian ding T.T*

      Oke Robby saya segera berkunjung ya. Postingan yg itu saya list dulu ya. Makasih :)

      Hapus