Link

Senin, 04 Agustus 2014

"... Try to become a man of value."

Dear Dreamers!

Haiii, apa kabar??? Hari ini saya ada sedikit cerita mengenai pengalaman saya mengikuti seminar 'Peran Pelaku Usaha dan Industri untuk Kemajuan Daerah' yang diselenggarakan UTS (panitianya dari Fakultas Teknologi Pertanian/FATETA UTS) di Pendopo Bupati Sumbawa tadi malam.

Ki-ka: Etha, Asri, Fahmi
Foto bareng Pak Sandiaga S. Uno :)
Sebenarnya, saya nggak terlalu berminat untuk hadir di seminar tersebut, karena kapasitas Pendopo yang sedikit, sedangkan peserta seminar yang hampir pasti membludak, membuat saya merasa 'kalah sebelum berperang'. Tapi dua Cousin saya, Etha dan Asri mendesak saya untuk ikut. Akhirnya saya ikut deh, hahaha.

Kami tiba pukul 7, satu jam sebelum acara. Yippie!!! Masih ada banyak kursi kosong, hehehe. Kami pun memeilih duduk di deretan sebelah kiri yang masih sepi, lalu diikuti maba FTB yang juga hadir malam itu.

Singkat cerita, pukul 8 acara dimulai. Acara dibuka oleh nyanyian akustik dari Fakultas Ilmu Komunikasi, 'magic attraction' dari Rian mewakili FTB, kemudian tarian kreasi yang dibawakan mahasiswi FATETA, kemudian dilanjutkan sambutan Pak Kiki (Dekan FATETA) selaku ketua panitia, sambutan Dr. Zulkieflimansyah, SE., M.Sc (Rektor UTS), serta dibuka oleh Bapak Drs. H. Jamaluddin Malik (Bupati Sumbawa).

Well, pembukaan beres, berikutnya masuk sesi materi!

Materi pertama mengenai 'Masa Depan Perekonomian Indonesia' yang disampaikan oleh Pak Sandiaga S. Uno . Beliau adalah President Director PT Saratoga Capital, serta Pimpinan PT Adaro, perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Beliau memaparkan mengenai kondisi Indonesia saat ini yang didominasi oleh masyarakat 'middle income class' yang bisa dikatakan sebagai 'pembeli' kelas utama dalam kegiatan usaha. Keberadaan masyarakat 'middle income class' yang terus bertumbuh haruslah mampu dimanfaatkan untuk mengembangkan pasar ekonomi Indonesia yang diprediksi akan menjadi nomor 7 terbesar di dunia pada tahun 2030, dan tentu saja dikembangkan oleh orang Indonesia sendiri. Berbagai tantangan dan solusi dipaparkan oleh Pak Sandi, yang intinya meng-'encourage' generasi muda agar mampu membaca peluang pasar untuk mengembangkan kekuatan ekonomi Indonesia dengan memaksimalkan potensi negara yang ada. 

Di akhir presentasinya, beliau mengutip quote dari Albert Einstein: "Try not to become a man of success, but try to become a man of value." Menurut saya quote tersebut sangat dalam maknanya. Saat ini banyak anak muda yang kepingin sukses. Nggak masalah sih. Hanya saja, saya baru menyadari, bahwa satu hal yang membuat seseorang dapat meraih kesuksesan adalah ketika orang tersebut mampu berkontribusi bagi masyarakat, yang artinya dia mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Maka sebuah mindset yang menurut saya perlu kita pegang adalah 'jadilah seseorang yang mampu memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain'. Ketika kita bisa menjadi 'bermanfaat' bagi orang lain, maka kesuksesan adalah bonus besar yang akan kita terima.

Materi selanjutnya datang dari PT Bank Mandiri, Perusahaan Gas Negara (PGN), dan PT Bank NTB. Dari ketiga pembicara, saya dapat menyimpulkan bahwa ketiga perusahaan sangat concern dalam upaya melayani kebutuhan masyarakat sesuai dengan bidang yang mereka kembangkan. Mereka juga memiliki tanggung jawab sosial/CSR yang secara berkelanjutan mengadakan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat, terutama dalam mengembangkan potensi lokal. Saya sepakat kepada para pembicara yang mengatakan bahwa 'Kebanyakan daerah memiliki kelemahan dalam infrastruktur, serta rumitnya birokrasi yang harus diselesaikan, yang menyebabkan ekonomi masyarakat belum sepenuhnya berkembang.' Hal ini juga dialami oleh Sumbawa, di mana infrastruktur penunjang perekonomian masih belum dikembangkan secara optimal, misalnya akses bandara yang masih terkendala landasan pacu yang kurang memungkinkan untuk disinggahi pesawat besar. Jika infrastruktur mampu dikembangkan secara optimal, maka dengan sendirinya kegiatan ekonomi akan tumbuh karena akses pasarnya telah dibukakan jalan. Pun birokrasi seharusnya mampu memfasilitasi para investor agar mau mengembangkan usahanya, bukan justru mempersulit. Ini akan menghambat perekonomian di daerah tersebut.

Seperti biasa, di akhir sesi materi ada sesi tanya jawab. Namun karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam, hanya satu penanya dan satu pertanyaan yang boleh diajukan. Saya pun memberanikan diri mengacungkan tangan. Guess what! Dr. Zul, yang malam itu menjadi moderator, menunjuk saya untuk mengajukan pertanyaan! Sebenarnya saya ada tiga pertanyaan, namun akhirnya satu pertanyaan terlontar untuk Pak Sandi. "Dalam membuka akses pasar baru, apakah tantangan terbesar yang dialami oleh calon pengusaha dalam memulai usahanya dan untuk mengatasinya, solusi apa yang Anda lakukan?" itulah pertanyaan yang akhirnya saya ajukan.

Maka jawaban Pak Sandi kira-kira seperti ini, "Tantangan terbesar yang dialami oleh para pengusaha, terutama yang muda-muda adalah sulitnya menemui klien, serta adanya stigma yang mendiskreditkan kemampuan anak muda. Padahal, kekuatan utama anak muda adalah punya kreativitas dan inovasi. Maka, untuk menghadapi seorang klien, jangan banyak berbasa-basi. Manfaatkanlah setiap peluang yang ada, walaupun hanya 3 menit! Kesempatan tidak akan datang dua kali, maka selalu siap dengan setiap peluang yang datang. 

Ada 4 kartu As yang perlu dijadikan pedoman untuk melakukan usaha. 'As' yang pertama: kerja keras. Ini mutlak diperlukan seorang pengusaha jika ingin berhasil. 'As' kedua: kerja cerdas. Ini diperlukan agar kita bisa mengontrol setiap usaha yang kita kerjakan. 'As' ketiga: kerja tuntas. Kebanyakan orang hanya terlena dengan rencana, tanpa mampu mengeksekusi rencana yang dirancang. Jadi, tuntaskan setiap rencana dan selalu memperbaiki diri. 'As' yang keempat: kerja ikhlas. Ini diperlukan sebagai bentuk penerimaan kita terhadap segala hal pemberian Tuhan, bahwa bagaimanapun usaha manusia, Tuhanlah yang menentukan."

Di akhir seminar, saya berkesempatan berfoto bersama Pak Sandi. Beliau orang yang sangat menginspirasi bagi saya. Beliau mengaku bahwa menjadi pengusaha adalah sebuah 'kecelakaan'. Namun, 'kecelakaan' tersebut justru menjadikan beliau orang yang sangat sukses, karena beliau mampu memanfaatkan setiap kesempatan dan tentu saja menjalankan 4 kartu 'As' beliau. Mudah-mudahan kehadiran para tokoh hebat ini bisa menjadi motivasi bagi generasi muda Sumbawa agar mampu mengembangkan potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi yang membawa manfaat bagi masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar