Link

Rabu, 27 Agustus 2014

Nano Nano Day

Dear Dreamers!

Yup, hari ini saya kembali ngelab seperti biasa di Dharmais. Hari ini saya dan Bu Febri mulai panen sel yang telah diinkubasi selama satu minggu, hasil dari pengerjaan sampel selama satu minggu sebelumnya. Sel yang dipanen ini nantinya akan menjadi sampel Bu Febri yang akan dibawa Pak Arief saat kembali ke Tokyo nanti. Selain itu, kami juga melakukan preparasi ELISA untuk kegiatan besoknya.

Mungkin kedengaran lucu ya, ‘panen sel’ atau ‘cell harvets’, hehehe. Bukan cuma tanaman aja yang bisa dipanen, sel juga bisa. Jadi, selama proses inkubasi, sel yang dikultur atau dibiakkan telah diberikan ‘makanan’ atau medium untuk menunjang pertumbuhannya. Nah, setelah diinkubasi satu minggu, sel dari dalam plate dipindahkan ke dalam effendorf tube 1,5 ml, kemudian di-centrifuge selama 10 menit. Hasil sentrifugasi kemudian diambil supernatant-nya (larutan bening yang telah terpisah dari endapannya), lalu dipindah ke microtube 0,5 ml. Selanjutnya sampel disimpan ke freezer -80 C. Saya pernah mencoba membuka freezer ini. Bu Febri sudah pesan, kalau buka freezer-nya jangan terlalu lama, tangan bisa membeku. Eh beneran, belum ada 10 detik, tangan saya udah kayak mati rasa, brrrrr!!!

Hari ini Pak Arief juga mengajak Indah untuk berkunjung Dharmais. Saya dan Indah sempat panik karena saya agak bingung dia mau naik apa ke sini. Akhirnya, pukul 14.00 Indah tiba di lobby Dharmais diantar Pak Agus, supir Pak Zul. Kami pun menghadap Pak Arief di ruangan beliau. Ternyata hari ini Pak Arief ingin mengevaluasi hasil presentasi di @america kemarin, dan Indah datang sebagai perwakilan tim. Intinya sih kami masih harus banyak memperbaiki diri. Berkaca dari pengalaman kemarin, menurut Pak Arief kami masih kurang mengoptimalkan waktu untuk mempersiapkan diri, makanya kemarin agak kelabakan saat di atas panggung. Selain itu, kekompakan tim juga harus ditingkatkan, saling membantu untuk memperbaiki diri, karena keberhasilan yang diperoleh bukanlah keberhasilan untuk satu orang saja, tapi untuk seluruh anggota tim.

Selain itu, Pak Arief juga meminta kami untuk belajar lebih banyak lagi terkait project iGEM yang sedang kami kerjakan. Apapun hal yang berkaitan dengan project tersebut harus kami kuasai dengan baik agar dapat berkompetisi dengan maksimal saat di Boston nanti. Hasil evaluasi ini harus kami sampaikan ke anggota tim yang lain agar dapat dievaluasi bersama dan dicari penyelesaiannya, sehingga ada peningkatan untuk kegiatan selanjutnya.

Pukul 17.00 saya mengantar Indah pulang ke BSD menggunakan KRL melalui stasiun Palmerah. Hari ini saya putuskan untuk menginap di BSD, menghabiskan malam terakhir kebersamaan kami di Jakarta, karena besok pagi mereka semua akan kembali ke Sumbawa, sementara saya masih melanjutkan masa training di Dharmais.

Kami tiba di stasiun Rawa Buntu, BSD, sekitar pukul 19.00. Dari situ, saya dan Indah singgah ke ITC dulu untuk membeli beberapa oleh-oleh. Pukul 20.00 kami kembali ke rumah Pak Zul dan bersiap-siap menonton ke bioskop di mall Teras Kota. Ada cukup banyak film yang ditawarkan, namun kebanyakan film horor. Saya sudah mewanti-wanti sejak awal untuk tidak memilih film horor. Yah, saya tidak suka film horor sejak kecil, karena saya tidak suka dengan rupa hantunya yang menakutkan.

Pukul 20.30, berangkatlah kami ke Teras Kota. Sesampainya di Blitz Megaplex, Pak Zul memesan tiket dan membagikannya kepada kami semua. Saya melihat judulnya. ‘The Babadook’. Judul yang aneh. Saya pun melihat ke sekeliling dan menemukan poster The Babadook di sana. Poster film itu didominasi warna merah, lalu di tengahnya ada bayangan berjubah warna hitam, seperti hendak menerkam. Oh no, it’s horror movie!!! Yaaaah, saya hanya menghela napas. Kenapa pesan film horor sih!

Setengah jam kemudian kami masuk ke dalam bioskop. Saya dapat seat A-7. Udah di depan, dapatnya film horor lagi! Eh, begitu saya masuk, ternyata seat A itu di deret paling belakang! Tapi sama aja, dari belakang malah jelas banget layarnya terpampang besar gitu. Huft...

Film-pun dimulai. Saya duduk sederet dengan Ilham, Cendra, Indah, dll. Pembukaan film sih biasa aja, tapi makin ke tengah kan filmn-nya makin klimaks, maka intensitas tangan saya menutup mata semakin tinggi dan intens, hahaha. Tapi meskipun tutup mata, saya tetap nonton kok, setidaknya ngintip bagian seramnya.

Dan akhirnya bagian yang saya tunggu-tunggu pun tiba: ending! Tapi saya agak aneh dengan ending-nya, tidak melegakan. Yah, intinya sih The Babadook ini cerita tentang seorang wanita beranak satu yang ditinggal mati suaminya karena kecelakaan, saat akan melahirkan anaknya. Nah, suatu hari, mereka menemukan sebuah buku cerita yang isinya menyeramkan: ancaman untuk membiarkan si Mr. Babadook masuk ke rumah mereka. Si wanita ini pun berusaha keras melindungi anaknya dari terkaman si Mr. Babadook. Nah, Cuma ya itu, ending-nya nggak terlalu menyenangkan—maklum, saya penggemar happy ending story, hehehe.

Pulang dari bioskop, saya dan Indah menyampaikan hasil evaluasi Pak Arief siang tadi. Harapannya, semoga kami bisa menjadi tim yang lebih kompak dan solid. Setelah itu semuanya masuk ke kamar masing-masing.


Oke deh Dreamers, itu dia cerita hari ini. See you tomorrow! J

Belanja di ITC
Peenyanyi di Teras Kota
Hangout di Teras Kota




Tidak ada komentar:

Posting Komentar