Dear Dreamers!
Yup, hari ini
saya kembali ngelab seperti biasa di Dharmais. Hari ini saya dan Bu Febri mulai
panen sel yang telah diinkubasi selama satu minggu, hasil dari pengerjaan
sampel selama satu minggu sebelumnya. Sel yang dipanen ini nantinya akan
menjadi sampel Bu Febri yang akan dibawa Pak Arief saat kembali ke Tokyo nanti.
Selain itu, kami juga melakukan preparasi ELISA untuk kegiatan besoknya.
Mungkin
kedengaran lucu ya, ‘panen sel’ atau ‘cell harvets’, hehehe. Bukan cuma tanaman
aja yang bisa dipanen, sel juga bisa. Jadi, selama proses inkubasi, sel yang
dikultur atau dibiakkan telah diberikan ‘makanan’ atau medium untuk menunjang
pertumbuhannya. Nah, setelah diinkubasi satu minggu, sel dari dalam plate
dipindahkan ke dalam effendorf tube 1,5 ml, kemudian di-centrifuge selama 10
menit. Hasil sentrifugasi kemudian diambil supernatant-nya (larutan bening yang
telah terpisah dari endapannya), lalu dipindah ke microtube 0,5 ml. Selanjutnya
sampel disimpan ke freezer -80 C. Saya pernah mencoba membuka freezer ini. Bu
Febri sudah pesan, kalau buka freezer-nya jangan terlalu lama, tangan bisa
membeku. Eh beneran, belum ada 10 detik, tangan saya udah kayak mati rasa,
brrrrr!!!
Hari ini Pak
Arief juga mengajak Indah untuk berkunjung Dharmais. Saya dan Indah sempat
panik karena saya agak bingung dia mau naik apa ke sini. Akhirnya, pukul 14.00
Indah tiba di lobby Dharmais diantar Pak Agus, supir Pak Zul. Kami pun
menghadap Pak Arief di ruangan beliau. Ternyata hari ini Pak Arief ingin
mengevaluasi hasil presentasi di @america kemarin, dan Indah datang sebagai
perwakilan tim. Intinya sih kami masih harus banyak memperbaiki diri. Berkaca
dari pengalaman kemarin, menurut Pak Arief kami masih kurang mengoptimalkan
waktu untuk mempersiapkan diri, makanya kemarin agak kelabakan saat di atas
panggung. Selain itu, kekompakan tim juga harus ditingkatkan, saling membantu
untuk memperbaiki diri, karena keberhasilan yang diperoleh bukanlah
keberhasilan untuk satu orang saja, tapi untuk seluruh anggota tim.
Selain itu,
Pak Arief juga meminta kami untuk belajar lebih banyak lagi terkait project
iGEM yang sedang kami kerjakan. Apapun hal yang berkaitan dengan project
tersebut harus kami kuasai dengan baik agar dapat berkompetisi dengan maksimal
saat di Boston nanti. Hasil evaluasi ini harus kami sampaikan ke anggota tim
yang lain agar dapat dievaluasi bersama dan dicari penyelesaiannya, sehingga
ada peningkatan untuk kegiatan selanjutnya.
Pukul 17.00
saya mengantar Indah pulang ke BSD menggunakan KRL melalui stasiun Palmerah.
Hari ini saya putuskan untuk menginap di BSD, menghabiskan malam terakhir
kebersamaan kami di Jakarta, karena besok pagi mereka semua akan kembali ke
Sumbawa, sementara saya masih melanjutkan masa training di Dharmais.
Kami tiba di
stasiun Rawa Buntu, BSD, sekitar pukul 19.00. Dari situ, saya dan Indah singgah
ke ITC dulu untuk membeli beberapa oleh-oleh. Pukul 20.00 kami kembali ke rumah
Pak Zul dan bersiap-siap menonton ke bioskop di mall Teras Kota. Ada cukup
banyak film yang ditawarkan, namun kebanyakan film horor. Saya sudah
mewanti-wanti sejak awal untuk tidak memilih film horor. Yah, saya tidak suka
film horor sejak kecil, karena saya tidak suka dengan rupa hantunya yang
menakutkan.
Pukul 20.30,
berangkatlah kami ke Teras Kota. Sesampainya di Blitz Megaplex, Pak Zul memesan
tiket dan membagikannya kepada kami semua. Saya melihat judulnya. ‘The
Babadook’. Judul yang aneh. Saya pun melihat ke sekeliling dan menemukan poster
The Babadook di sana. Poster film itu didominasi warna merah, lalu di tengahnya
ada bayangan berjubah warna hitam, seperti hendak menerkam. Oh no, it’s horror
movie!!! Yaaaah, saya hanya menghela napas. Kenapa pesan film horor sih!
Setengah jam
kemudian kami masuk ke dalam bioskop. Saya dapat seat A-7. Udah di depan,
dapatnya film horor lagi! Eh, begitu saya masuk, ternyata seat A itu di deret
paling belakang! Tapi sama aja, dari belakang malah jelas banget layarnya
terpampang besar gitu. Huft...
Film-pun
dimulai. Saya duduk sederet dengan Ilham, Cendra, Indah, dll. Pembukaan film
sih biasa aja, tapi makin ke tengah kan filmn-nya makin klimaks, maka
intensitas tangan saya menutup mata semakin tinggi dan intens, hahaha. Tapi
meskipun tutup mata, saya tetap nonton kok, setidaknya ngintip bagian seramnya.
Dan akhirnya
bagian yang saya tunggu-tunggu pun tiba: ending! Tapi saya agak aneh dengan
ending-nya, tidak melegakan. Yah, intinya sih The Babadook ini cerita tentang
seorang wanita beranak satu yang ditinggal mati suaminya karena kecelakaan,
saat akan melahirkan anaknya. Nah, suatu hari, mereka menemukan sebuah buku
cerita yang isinya menyeramkan: ancaman untuk membiarkan si Mr. Babadook masuk
ke rumah mereka. Si wanita ini pun berusaha keras melindungi anaknya dari terkaman
si Mr. Babadook. Nah, Cuma ya itu, ending-nya nggak terlalu menyenangkan—maklum,
saya penggemar happy ending story, hehehe.
Pulang dari
bioskop, saya dan Indah menyampaikan hasil evaluasi Pak Arief siang tadi.
Harapannya, semoga kami bisa menjadi tim yang lebih kompak dan solid. Setelah
itu semuanya masuk ke kamar masing-masing.
Oke deh
Dreamers, itu dia cerita hari ini. See you tomorrow! J
Belanja di ITC |
Peenyanyi di Teras Kota |
Hangout di Teras Kota |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar