Link

Selasa, 10 Februari 2015

The Gift of A Friend

Dear Dreamers!


Angin berhembus cukup kencang mengawali kayuhan sepeda saya ke kantor. Hari ini saya memasuki ruang kerja tanpa ada rencana eksperimen apapun. Senin kemarin, Dr. Yamazaki hanya membahas mengenai hasil ELISA dan Charge Detection yang saya dan Kohara-san lakukan. "Ada kemungkinan Nanopartikel yang kamu gunakan memang tidak terlalu bagus, karena setelah dicek muatannya, nilainya hanya sedikit di atas nol. Itulah sebabnya hanya sedikit CpG yang menempel. Karena itu, saya memesan Nanopartikel kepada perusahaan sekaligus meminta mereka untuk langsung menempel CpG ke Nanopartikel. Mungkin hasilnya akan lebih baik," jelas Dr. Yamazaki.

Namun pembicaraan berakhir di situ, tanpa membahas apa eksperimen yang harus saya kerjakan keesokan harinya. Saya yakin hari ini pasti akan ada eksperimen yang saya kerjakan, namun apa eksperimennya saya tidak bisa menebak.


Saya, Yuko-san, dan Kohara-san berangkat ke lab untuk bersih-bersih lab, seperti hari-hari Selasa sebelumnya.

"Fahmi-san, apa rencanamu hari ini?" tanya Kohara-san usai kami membersihkan lab.

"Nani o shimasen (nggak ngapa-ngapain)," ujar saya pendek.

"Eh? It's unsual (nggak biasanya)," sahut Yuko-san.

"Itu dia. Biasanya setelah saya laporan Senin malam, langsung ada instruksi kira-kira besok mau ngapain. Tapi semalam saya tidak mendapat instruksi apapun. Sepertinya saya akan tetap mengerjakan sesuatu hari ini, tapi saya tidak tau apa itu," ujar saya lalu mengangkat bahu.

Tiba-tiba saya mengingat sesuatu. Saya berlari ke gantungan pakaian, mengambil selembar kertas dari kantong jaket saya.

"Yuko-san, Kohara-san. I need your help," ujar saya lalu mengangsurkan kertas tersebut. "Sore ini saya ada rencana ke Namiki. Senior-senior saya dari Indonesia mengajak ketemu. Kira-kira mana rute bus yang akan saya ambil?"

Yuko-san membaca rute bus yang saya berikan. "Mmm...jam berapa kamu akan pergi?"

"Mungkin setelah jam 3."

Yuko-san masih membaca rute bus, lalu sejenak mengangkat kepala ke arah saya. "Maaf sekali Fahmi-san, saya belum pernah menggunakan bus ini. Mungkin ada baiknya kamu tanyakan ke resepsionis di lobi," ujar Yuko-san. "Kalau kamu mau, sebenarnya kita bisa ke Namiki menggunakan sepeda. Hanya butuh waktu sepuluh menit," lanjut Yuko-san.

"Really? Bisa kasih tau saya rutenya?" tanya saya.

Yuko-san lalu menggambar sebuah rute di secarik kertas. "Dari kantor, kamu ikuti jalan besar ini, kemudian belok ke kanan. Setelah itu kamu lurus saja, melewati satu perempatan, kemudian ada sekitar dua halte bus sebelum kamu tiba di Namiki. Nah, di sini gerbangnya," jelas Yuko-san memberi beberapa petunjuk.

Kohara-san lalu mendekati kami dan menyerahkan selembar kertas berisi peta. "Ini kantor kita. Nanti kamu belok kanan dari gerbang, lalu belok kanan lagi, lurus saja. Nanti di sini, kamu menyeberang. Nah, ini kantor Namiki," kata Kohara-san.

"Ah, baiklah. Terima kasih banyak," kata saya.

Tak lama kemudian, Dr. Yamazaki muncul di lab. "Fahmi, kemarin kamu passaging cells tidak?"

Saya mengangguk pelan.

"Baiklah, coba nanti kamu cek dulu selnya. Saya akan memberi kamu tugas hari ini. Tunggu sebentar," kata Dr. Yamazaki lalu masuk ke ruang kultur sel. Saya pun berjalan menuju komputer lab untuk mengecek reservasi penggunaan clean bench

Tak lama kemudian, Dr. Yamazaki kembali menghampiri saya. Kami lalu berbicara di salah satu meja lab. "Minggu ini, kamu akan melakukan stimulasi sel menggunakan Hemin. Tapi besok kan libur. Kamu ada rencana apa besok?" tanya Dr. Yamazaki.

Saya berpikir sejenak. "Sepertinya tidak ada," jawab saya singkat.

"Kamu bisa mulai transfeksi hari ini, dan kalau tidak ada hambatan hari Kamis bisa beres. Kalau kamu tidak bisa hari ini, berarti kamu baru mulai hari Kamis, dan itu artinya kamu harus masuk hari Sabtu."

Alamaak, nggak deh. Sabtu dan Minggu adalah 'harta karun' yang harus tetap dijaga keberadaannya. "Baiklah, saya mulai hari ini saja," kata saya akhirnya.

Dr. Yamazaki kemudian menunjukkan bagaimana cara saya mengakses lab di hari libur. "Karena besok tidak ada yang masuk, ajdi kamu harus mengakses sendiri. Kamu bisa mengambil kunci lab di lantai satu menggunakan ini," kata Dr. Yamazaki lalu mengangsurkan ID Card yang diambil di ruangan Minowa-sensei. "Kalau nanti ada apa-apa, telepon saja saya," kata Dr. Yamazaki lagi.

"Baiklah, terima kasih," jawab saya.

Saya bergegas mereservasi clean bench. Sayang, jadwal regular sudah terisi penuh, dan baru kosong setelah pukul tiga. Ada satu jadwal kosong saat jeda makan siang, pukul 12.00-14.00. Tanpa pikir panjang, saya mereservasi pada jam itu. Saya lalu kembali ke kantor dan turun ke kafetaria, memajukan jadwal makan siang saya.

Kafetaria masih kosong melompong. Saya pun menikmati santap siang sambil memikirkan tentang titah eksperimen dadakan hari ini.

Waktu menunjukkan pukul 11.45 saat saya kembali ke lab. Saya segera menyiapkan bahan-bahan saya untuk eksperimen.

"Fahmi-san, apa rencana eksperimenmu hari ini?" tanya Kohara-san.

"Hari ini saya akan melakukan transfeksi," ujar saya.

"Ah, baiklah. Ganbatte kudasai," beliau menyemangati saya.

"Kohara-san, apakah Anda akan kembali ke lab setelah makan siang?"

"Ya, saya akan kembali, dan memberitahu di mana kamu bisa mendapat Hemin," kata Kohara-san.

Saya segera memulai eksperimen. Karena saya belum yakin dengan jumlah sel saya, maka protokol transfeksi saya mulai dari menghitung sel. Sempat ketar ketir jika jumlahnya tidak cukup, ternyata sel saya mencukupi untuk melakukan transfeksi, meskipun agak pas-pasan.

Saya segera melakukan langkah eksperimen selanjutnya. Tak terasa, waktu telah mendekati pukul 14.00. Saya segera berkemas karena orang lain akan menggunakan clean bench.

Karena masih ada sisa langkah eksperimen untuk passaging cells yang harus saya kerjakan, saya berpindah ke clean bench lain yang lebih kecil dan aksesnya lebih leluasa. Saya baru menyelesaikan eksperimen pukul 15.15.

Saya bergegas kembali ke kantor untuk shalat Ashar dijama' Dzuhur, lalu turun ke parkiran dan mengayuh sepeda saya ke kantor Namiki.

Ini pertama kalinya saya ke kantor Namiki. Letaknya di arah selatan kantor Sengen. Saya tiba sepuluh menit kemudian. Kantor Namiki tepat berhadapan dengan JAXA, kantor pusat antariksa Jepang.

Saya pun menanyakan letak ruang W401 kepada satpam usai memarkir sepeda. "Kamu lihat gedung coklat itu? Dari sini jalan lurus ke sana, lalu belok kanan. Itu gedungnya," kata satpam dengan bahasa Inggris yang cukup saya mengerti.

Gedung NIMS Namiki

"Hai. Arigatou gozaimasu," ujar saya lalu berlari ke arah gedung yang tampak masih baru. Saya agak kebingungan begitu tiba di ujung gedung. Pintu mana yang harus saya masuki. Berbekal sepucuk pesan 'gedung baru' dari Pak Amel, saya memasuki gedung coklat tersebut. Saya melihat peta gedung di lobi. Hanya tertera W410. Saya pun naik ke lantai 4 meskipun dengan sedikit keraguan.

Sesampainya di lantai 4, saya baru menemukan peta ruang W401. Alhamdulillah, ruangannya ketemu juga. Mbak Ane tampak sedang mempresentasikan proyeknya ketika saya tiba.

Saya mengikuti jalannya presentasi dengan kepala mengawang. Beberapa kali Pak Amel, Pak Alfian, Pak Cepi, Pak Tiar, dan Mas Joko bertanya tentang proyek yang dikerjakan Mbak Ane. Mas Karin nampak berusaha menelaah isi proyek, sambil sesekali bertanya ke Mas Joko.

Saya tidak begitu 'nyambung' dengan topik bahasan ini. Yang saya tau, ada ion-ion yang digunakan dalam proyek itu, membahas anode katode, dan sisanya saya hanya mendengarkan dengan sedikit sekali pemahaman tentang isi kurva dan tabel data yang disajikan. Di akhir presentasi, saya baru paham kalau ini proyek untuk membuat panel surya.

Usai presentasi Mbak Ane, senior-senior saya membahas bagaimana kelanjutan diskusi ini. "Kita ngundang orang luar aja buat presentasi, berhubung di NIMS yang belum tinggal Alif," usul Pak Amel.

"Bikin NIMS Challenge Invitation aja Jok, sebarin di PPI," usul Pak Tiar lagi.

Usai berdiskusi cukup panjang, kami lalu berfoto bersama sebagai kenang-kenangan untuk Mbak Ane yang akan pulang ke Indonesia bulan ini. Kami lalu melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di lantai dua.

Presentasi Mbak Ane

Suasana Presentasi
Foto Keluarga NIMS
Belakang ki-ka: Pak Tiar, Mas Karim, Pak Alfian, Pak Cepi, Pak Amel
Depan ki-ka: Mas Joko, Mbak Maryane, saya
Badan saya cukup pegal sesampainya di rumah. Usai shalat Isya, mandi, dan makan malam, saya membuka laptop sekedar mencari hiburan sejenak. Saya membuka email. Ada dua email masuk. Pertama dari Bu Ira. Beliau meminta koreksi tulisan yang saya posting Sabtu lalu.

Menu makan malam. Dapat Pempek dari Mbak Novi. Makasih banyak :)
"Mengenai Bituman sepertinya saya membuat kesalahan bukan benih trembesi yang pernah diuji sebagai bituman, karena ukuran benihnya yang terlalu kecil sehingga sulit dilapisi, ada 3 benih yaitu acasia, sengon, dan satu jenis tanaman revegetasi industry lainnya yang saya lupa, mohon maaf boleh diedit benih trembesinya dihilangkan." Demikian pesan beliau.

Satu email lagi dengan nama dalam tulisan, entah kanji atau apa. Saya membuka email tersebut.

Dear: Fahmi san
cc.: Kohara san

Thanks for your greeting.

I am sorry to response late due to many errands when I backed Taiwan.
I am happy to hear from you and also miss all of you.
Sure! I also hope to meet you again and wish you have a good trip in Japan.
Enjoy it!

Keep in touch!

Best Regards,
CHEN

Saya tersenyum membaca balasan email tersebut. Di bawahnya, ada tiga lampiran foto yang disertakan. Saya langsung mengunduh ketiganya. Foto selfie bersama Mr. Chen, serta foto lain bersama Mr. Arun dan Kohara-san.

Semoga akan ada hari di mana saya bisa bertemu beliau lagi, aamiin...

Selfie di lab
Selfie dadakan di depan lift
Ki-ka: Mr. Arun, saya, Mr. Chen, Kohara-san


Tidak ada komentar:

Posting Komentar