Link

Kamis, 05 Februari 2015

Papan Nama


Dear Dreamers!

Rinai hujan menemani langkah saya menuju kantor. Pagi ini temperatur udara mencapai suhu 3-5 derajat Celsius, membuat langkah saya kian cepat agar tidak terlalu lama berjibaku dengan dinginnya udara.

Hari ini, saya melanjutkan eksperimen ELISA. Setelah mencuci plate, saya menambahkan detection antibody pada plate IFN-gamma dan IL-6, kemudian diinkubasi selama 1 jam. IFN-alpha sedikit berbeda, pada tahap ini pada plate IFN-alpha ditambahkan HRP Conjugate kemudian diinkubasi selama 2 jam.


Kohara-san memberi pilihan untuk eksperimen ini. "Apakah kamu mau menyelesaikan IL-6 dan IFN-gamma, lalu makan siang, atau mengejakan IL-6 dan IFN-gamma hingga Avidin-HRP, lalu tiga-tiganya dilanjutkan bersama-sama untuk penambahan substrat dan stop solution?"

"Saya pilih rencana pertama," ujar saya mantap.

Saya pun berjibaku merampungkan ELISA untuk IL-6 dan IFN-gamma. Pukul 12.30, saya menyelesaikan dua ELISA, dan menyisakan IFN-alpha setelah makan siang.

Sebelum menyantap makanan, Kohara-san menuju kantin untuk mengambil air panas. Saya pun melangkah ke rak kue-kue kecil. Perut saya yang kelaparan tampak mengidam-idamkan makanan yang manis. Akhirnya, dengan bantuan Kohara-san, saya berhasil memilih empat kue khas Jepang untuk camilan saya. Ada Youkan, Manju, Mizu Youkan, dan Dorayaki. Ya! Dorayaki-nya Doraemon berhasil saya temukan di sini.

Youkan (nyomot dari Mbah Google soalnya udah keburu dimakan kuenya, hehehe)
Mizu Youkan (sama, nyomot dari Mbah Google)
Manju (kiri) dan Dorayaki (kanan)
Dorayaki
Uniknya, keempat jenis kue itu dibuat dengan satu bahan dasar yang sama, yakni kedelai. "Biasanya untuk kue, orang Jepang menggunakan kedelai adzuki," kata Kohara-san. Kedelai adzuki adalah jenis kedelai yang terkenal di Asia Timur dan Himalaya. Warnanya kemerahan, dan umum digunakan sebagai campuran kue.

Kedelai adzuki, nyomot dari Mbah Google
Saya mencicipi Youkan, kue bertekstur agak legit yang terbuat dari kedelai, gula, dan agar. Teksturnya yang lembut dengan rasa kedelai yang legit dan manis melebur di lidah saya.

"Dou desuka?" tanya Kohara-san.

Saya mengunyah dengan senyum mengembang. "Aaaa....kore wa oishiiii..." jawab saya dengan riang. Kue-kue di Jepang, meskipun sebagian besar bahannya dari kedelai, tapi saya tidak merasa bosan untuk mencicipinya lagi dan lagi. Rasa manisnya membuat saya ingin terus memakannya.

"Aaaah, yokatta. Sepertinya kamu sangat menyukai kue Jepang," komentar Kohara-san.

"Mmm. Entahlah, saya sangat suka rasanya. Yaah, selama tidak mengandung alkohol dan lemak hewan. saya suka kue-kue ini," kata saya masih sambil mengunyah Youkan.

Usai makan siang, kami kembali ke ruang kerja. Saat saya menekan kode pintu, Kohara-san berseru pelan, "Ah, namamu sudah dipasang."

Saya lalu menoleh. "Eeeh?" saya melihat dengan heran. Di tembok dekat pintu ruangan kami, ada tertera nama-nama staf yang bekerja di ruangan itu. Dan, nama saya tercantum di sana.



"Kenapa nama saya ada di situ? Bukannya ini tempat untuk menaruh nama pegawai yang bekerja di sini?"

Kohara-san menggeleng. "Tidak. Papan nama ini tempat untuk menaruh nama orang yang bekerja di dalam ruangan ini. Dan, karena Fahmi-san juga tergabung di grup ini, jadi namamu juga akan dicantumkan di sini," jelas Kohara-san.

Saya merasa kikuk dan merinding melihat nama saya terpajang di antara karyawan senior. Mungkin kedengarannya agak lebay ya, hehehe. Tapi, melihat nama saya terpajang di antara nama-nama lain di kantor sebesar NIMS agaknya cukup untuk membuat saya merasa bangga dan bersyukur. Meskipun saya masih 'anak bawang' di ruangan ini, tapi mereka memperlakukan saya secara profesional, layaknya seorang pekerja. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya agar mampu bekerja secara profesional juga.

Saya dan Kohara-san lalu melanjutkan eksperimen ELISA.

"Kenapa hari ini sepi sekali, ya?" gumam saya saat menunggu plate selesai dicuci. Hanya ada saya dan Kohara-san di dalam lab ini. Tak lama kemudian, beberapa orang memasuki lab bersama Minowa-sensei. Sepertinya sedang mendapat pengarahan.

"Sekarang, di Jepang sedang memasuki akhir tahun anggaran. Di Jepang, tahun anggaran dimulai bulan April, dan berakhir bulan Maret. Jadi, sekarang kondisi keuangan di kantor sedang 'tanggal tua'. Makanya, tidak banyak karyawan yang bekerja. Kalau sudah bulan April, akan ada banyak karyawan yang akan bekerja," Kohara-san menjelaskan ke saya.

"Ooh, jadi saya datang saat orang-orang sedang tidak punya uang, ya," gumam saya lalu tertawa.

Syukurlah, saya bisa menyelesaikan eksperimen lebih awal. Pukul 15.30, saya meninggalkan lab.

Hasil ELISA IFN-alpha
Hasil ELISA IFN-gamma
Hasil ELISA IL-6
Dr. Yamazaki menghampiri saya saat sedang menyelesaikan laporan eksperimen.

"Fahmi, bagaimana eksperimenmu hari ini? Sudah selesai?" tanya Dr. Yamazaki.

"Ah, iya. Sudah selesai."

"Kira-kira, kamu bisa selesaikan laporannya hari ini tidak? Besok, saya ada kunjungan bisnis ke Hokkaido, jadi malam ini saya ingin lihat hasilnya."

"Ah, baiklah. Saya rasa sore ini akan selesai. Sekarang saya sedang membuat laporannya."

"Oh, oke. Saya akan bicarakan hasilnya dengan kamu hari Senin."

"Baiklah. Setelah jam 6?" tanya saya memastikan.

"Ya, seperti biasa."

Saya pun mengangguk lalu tersenyum, kemudian kembali menyelesaikan laporan eksperimen.

"Mengerjakan ELISA juga, ya?" Mr. Shan tampak tengah berjalan di belakang saya. Saya menganggukkan kepala lalu tersenyum menatap beliau.

"IL-6?" tanya beliau lagi.

"Ya," jawab saya singkat.


"Saya dulu mengerjakan apa yang kamu sedang kerjakan sekarang."


"Really? Berarti riset Anda mirip dengan riset Dr. Suwarti?" tanya saya terkejut.

Mr. Shan tertawa pelan. "Satu ruangan ini mengerjakan hal yang sama, menguji kerja TLR9. Hanya saja, materialnya yang berbeda."

Saya hanya menganggukkan kepala. "Mmm... ngomong-ngomong, bagaimana perasaan Anda kembali ke tempat ini lagi setelah dua tahun?" tanya saya.

Mr. Shan tersenyum kecil. "Rasanya senang sekali. Tapi, sekarang sangat sepi, ya, di ruangan ini. Dulu semua kubikel ada orangnya. Di situ dulu ada Suwarti, kemudian di sini ada mahasiswa dari China, di tempatmu dulu ada mahasiswa Jepang. Tapi, sekarang semua sudah pergi," beliau lalu tertawa pelan. "Mungkin bulan April akan ada banyak orang lagi di sini. Biasanya mahasiswa Amerika akan datang di musim semi untuk internship," lanjut beliau.

Saya tersenyum mendengar nostalgia kecil Mr. Shan. Mengingat kenangan seperti itu terasa menyenangkan, dan seringkali membuat kita rindu pada suasananya.

Saya berkemas pulang setelah menyelesaikan laporan saya. Semoga besok akan ada hal-hal seru lainnya yang terjadi di Sengen.

Oke Dreamers, terima kasih atas waktunya hari ini. Pantengin terus Sumbawa Dream ya! Sampai jumpa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar