Dear Dreamers!
Pekan ini saya akan kembali disibukkan dengan berbagai eksperimen (malah mungkin lebih sibuk lagi, hehehe). Hari ini saya mulai dengan eksperimen stimulasi PBMC (Peripheral Blood Mononuclear Cell). PBMC merupakan jenis sel yang terdapat dalam darah manusia yang biasanya digunakan dalam studi sistem imun manusia. Kali ini, PBMC akan distimulasikan dengan CpG ODN dan Nanopartikel.
Hari ini saya melihat Kohara-san melakukan stimulasi. "Mungkin pekan depan kamu akan melakukannya sendiri," ujar Kohara-san.
Saya menganggukkan kepala. Bu Febri sudah pernah mengajarkan saya dulu sewaktu di RS Dharmais. Hanya saja, jika dulu kami mengisolasi sendiri PBMC langsung dari pasien, maka kali ini saya menggunakan PBMC yang telah dibuat oleh perusahaan.
Di depan kantor NIMS Sengen |
Mr. Shan ini sudah pernah bekerja di NIMS sebelumnya, bersamaan dengan Dr. Atie. Dua tahun lalu, beliau meninggalkan Jepang setelah lulus PhD. Sekarang, beliau melakukan penelitian di NIMS untuk Post Doctoral.
"Hi, my name is Fahmi. I`m from Indonesia," saya memperkenalkan diri.
"Nice to meet you. Ah, many Indonesian people here. Dulu juga ada Suwarti," kata Mr. Shan. Saya menanggapinya dengan senyum.
Siang itu, saya dan Kohara-san menikmati santap siang di kafetaria. Saya paling suka tempat ini, karena selain menjadi tempat untuk mengusir lapar, ruangan ini yang paling hangat.
"Fahmi-san, apakah kamu membawa Koran (Al-Qur`an)?" tanya Kohara-san.
Saya menghentikan makan sejenak, lalu menatap beliau dengan sedikit bingung. "Hmm, saya membawanya."
"Kamu baca tiap hari ya?"
"Mmm... sebenarnya tidak ada keharusan untuk membacanya setiap hari, tapi saya selalu menyempatkan diri membacanya tiap hari. Yaaah, walaupun hanya beberapa menit," jawab saya lalu tersenyum.
"I`m envy with you (saya iri dengan kamu)," ujar Kohara-san berterus terang.
"Eeeh..???" saya menatap beliau bingung. "Doushite (kenapa)?"
"Saya sangat senang dengan orang Muslim. Saya kenal beberapa Muslim, seperti kamu, Suwarti-san, Rizky-san, dan Febri-san. Semuanya baik-baik. Muslim sangat rajin beribadah. Mereka selalu mengingat Tuhan."
Saya agak jengah membahas masalah seperti ini, karena menurut saya, keyakinan adalah hal yang sangat sensitif. Saya khawatir jika apa yang saya katakan akan menimbulkan pertentangan dengan orang lain yang bukan Muslim. Saya berpikir keras agar jawaban saya tidak menimbulkan kesalahan dalam bentuk apapun.
"Kamu percaya kalau Tuhan pasti akan menolongmu?" tanya Kohara-san lagi.
Saya mengangguk mantap.
"Ah, begitu," gumam Kohara-san. "Bagi kami orang Jepang, kami juga punya Tuhan. Kami punya banyak Tuhan di alam ini. Tapi... entahlah. Banyak orang Jepang yang, yaaa, kamu taulah, kalau mengalami masalah atau sedang terpuruk, mereka sulit untuk keluar dari tekanan. Mereka merasa tidak mendapat pertolongan," lanjut Kohara-san.
"Apakah... itu alasan..."
"Ya, kamu benar," potong Kohara-san. "Itulah kenapa angka bunuh diri di Jepang sangat tinggi."
Saya mencoba mencerna ucapan Kohara-san. "Saya selalu yakin bahwa Tuhan pasti akan menolong saya. Tapi, tentu saja Tuhan tidak akan menolong saya kalau saya tidak berusaha, bekerja keras. Kami, sebagai muslim, diperintahkan agar berusaha dengan sungguh-sungguh, berusaha sekuat tenaga, sampai batas yang kami bisa. Setelah itu, kami berdoa, agar Tuhan mengabulkan permintaan yang telah kami usahakan sekuat tenaga. Setelah itu, kami akan menerima apapun hasilnya. Jika Tuhan mengabulkan permohonan saya, saya akan menerimanya dengan penuh syukur. Namun, jika tidak, maka saya akan membiarkannya berlalu, dan menjalani rencana-rencana lain dalam hidup saya," saya mengambil napas sejenak. "Bukan berarti saya tidak kecewa. Saya akan kecewa, bahkan kadang menangis juga. Tapi, saya yakin, Tuhan telah menyiapkan rencana yang lebih baik untuk saya.
Tuhan memerintahkan kami untuk beribadah setiap waktu, agar kami selalu mengingat-Nya dalam kondisi apapun, baik senang, sedih, stres. Tuhan ingin agar kehidupan kami seimbang, antara kehidupan sekarang dan nanti setelah kami meninggal. Kami percaya ada kehidupan lain setelah kematian. Karena itulah agama adalah hal yang sangat kuat mempengaruhi hidup saya."
Saya lalu menceritakan pengalaman saya dulu saat ingin kuliah di Jawa, namun gagal kesampaian. "Waktu itu saya sangat sedih, sampai menangis beberapa hari, hahaha. Tapi kemudian saya sadar, bahwa Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik dari apa yang saya rencanakan. Sekarang, saya bisa ada di NIMS, di Jepang, karena Tuhan menjawab usaha saya selama ini. Saya memang punya mimpi ke Jepang, tapi saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan ke Jepang di usia saya sekarang."
"Sugoi ne. Itulah kenapa saya sangat kagum dengan orang Muslim," komentar Kohara-san. "Lalu, apa yang Tuhan ajarkan dalam Islam?"
Saya berpikir sejenak, dan menjawab dengan lebih hati-hati. "Islam tidak hanya mengajarkan tentang berdoa, namun juga mengajarkan banyak hal tentang kebaikan. Tuhan memerintahkan kami tidak hanya belajar agama, tapi juga ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan sangat penting dalam kehidupan manusia. Kami juga diamanahkan untuk mengenal banyak orang di dunia, karena di dunia ini banyak sekali orang dengan latar belakang berbeda. Kami diperintahkan untuk mengenal banyak orang dan mengambil pelajaran dari mereka. Misalnya orang Jepang. Banyak sikap orang Jepang yang sebenarnya juga diajarkan dalam Islam, seperti disiplin, saling menghargai, bekerja keras. Hal-hal itu akan membentuk kami menjadi orang yang lebih baik."
Kohara-san menatap saya dengan sorot berbinar. "Itu sangat ideal. Sangat sangat ideal," komentar beliau.
"Ya, Anda benar. Tapi kenyataannya, sangat sulit untuk menjalankannya," ujar saya sambil tertawa getir. "Terkadang, saya tidak berdoa tepat waktu, karena sibuk dengan pekerjaan. Saya berusaha menjalankan dengan sebaik-baiknya apa yang agama saya ajarkan. Yaah, walaupun tidak semuanya bisa saya kerjakan," kata saya lalu tersenyum kikuk.
"Ya, tentu saja itu berat,"komentar Kohara-san.
"Tapi, saya sedih, karena masih ada orang yang menganggap Islam itu agama... teroris. Mmm... mungkin Kohara-san pernah melihat berita tentang Amerika yang dibom teroris dulu, yang ternyata teroris itu beragama Islam. Seketika dunia mengecap Islam dengan teroris."
"Yaa...seperti itu," kata Kohara-san lalu menunjuk ke tv di kafetaria. Berita peperangan.
"Yaah, Islam terkesan identik dengan perang, kekerasan, pembunuhan. Padalah sebenarnya dalam Islam kita dilarang membunuh orang begitu saja."
"Ya, saya mengerti. Orang Jepang tidak pernah memandang Islam seperti itu. Itu hanya perbuatan orang-orang jahat. Orang jahat bukan hanya orang Islam, kan?"
Saya menatap Kohara-san dengan tatapan berterima kasih. "Di Indonesia pun, masih banyak masalah yang terjadi, misalnya korupsi. Dalam Islam, korupsi itu dilarang. Tapi, masih banyak orang melanggarnya," kata saya lalu mengedikkan bahu.
"Yah, mudah-mudahan masalah di Indonesia segera berakhir," kata Kohara-san pada saya.
Setelah berkali-kali membaca percakapan antara Muslim dengan non-Muslim, akhirnya saya mengalami sendiri bagaimana rasanya berada di posisi itu. Dalam hati, saya sangat bersyukur telah dilimpahkan karunia Islam dalam hidup saya. Meskipun mungkin masih banyak sekali hal-hal dalam Islam yang belum bisa saya jalankan, namun Allah telah memberikan saya banyak keajaiban dalam hidup ini, dan dalam keajaiban itu pula Allah memberi saya pelajaran berharga tentang Islam.
Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua, aamiin...
Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua, aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar