Dear Dreamers!
Awan mendung masih menggantung di langit kota Tsukuba. Saya berjalan perlahan sambil memandang taman dari arah lobi. Kaki saya melangkah menuju 'all 50 yen' corner. Usai meletakkan koin 50 Yen di mug, saya mengambil satu sachet chocholate latte di rak minuman. Seduhan air panas mengepul di cangkir putih yang saya pegang. Aroma lekat dan manis cokelat menguar di udara bersama uap panas. Saya lalu beralih ke keranjang berisi aneka snack. Cukup lama saya melihat-lihat, bingung memilih satu dari beberapa macam jajanan kecil itu.
"Where do you come from?" seorang wanita berkaca mata yang duduk di depan meja kasir melontarkan pertanyaan.
"I come from Indonesia," jawab saya lalu tersenyum. "I have stayed here from January 5," lanjut saya lalu meletakkan cangkir di sudut meja. Saya berbincang-bincang sejenak dengan si ibu kasir. Beliau tampak tertarik dengan kedatangan saya.
"Apakah kami sedang studi master? PhD?" tanya beliau lagi.
Saya menggumam sejenak. "Saya masih bachelor, dan sedang internship di sini."
"How old are you?"
"Mmm...this year I will be 20," jawab saya singkat.
"Aaah... 20? Kamu masih sangat muda, ya. Anak saya berusia 21 tahun, perempuan," komentar si ibu terkejut.
Saya hanya tertawa kikuk. "Yah, begitulah. Apakah anak Anda masih kuliah?"
"Ya, tapi dia tidak kuliah di sini. Dia kuliah di Tokyo," jawab beliau.
Saya lalu pamit ke meja untuk menikmati cokelat panas saya. Konter kecil ini menjadi tempat favorit saya untuk melepas penat. Baru-baru ini saya ditraktir Kohara-san saat istirahat siang. Sebenarnya saya sudah tertarik untuk singgah ke sini sejak lama, namun baru akhir-akhir ini saya menyempatkan diri.
Saya menyeruput cokelat panas di tangan saya. Rasa hangat dan manis yang khas menjalari indra pengecap, meninggalkan perasaan rileks di benak saya. Saya menatap jam tangan, lima belas menit menuju pukul 12.00. Saya mengakhiri acara minum cokelat lalu meletakkan sendok dan cangkir di keranjang yang disediakan.
"Terima kasih banyak. Oh iya, kenalkan nama saya Fahmi. Saya kerja di lantai empat," kata saya sambil memperlihatkan name tag.
"Ah, Fahmi-san. Perkenalkan nama saya Ogawa," kata si ibu.
"Ah, Ogawa-san. Yoroshiku onegaishimasu," kata saya lalu membungkukkan badan.
Saya pun pamit untuk makan siang ke kafetaria. Saat tengah menyantap bekal, Mbak Novi muncul dan duduk di depan saya. Sambil makan, kami membicarakan isu-isu terhangat di Indonesia, tentang pemerintahan yang baru, kontroversi hukuman mati Indonesia, kisruh Polri dan KPK, dan yang lainnya.
"Kita tunggu aja ya kira-kira ntar seperti apa. Biasanya Jokowi diam-diam gitu ada gebrakannya sih," kata Mbak Novi.
Pukul 13.00 saya kembali ke ruang kerja. Dr. Yamazaki masih ada di kubikel beliau. Saya pun bersiap untuk berangkat.
"Oke, Fahmi. Kita ke Tsukuba Center dengan sepeda. Sampai ketemu di main gate," kata Dr. Yamazaki.
Saya turun ke parkiran sepeda lalu menuju gerbang utama kantor. Sebelum menuju Tsukuba Center, kami mampir ke Dayz Town membeli tiket kereta. Usai mengantongi tiket, saya diajak parkir di stasiun, lalu kami turun ke stasiun kereta.
Ke manakah saya hari ini? Hari ini, saya diajak Dr. Yamazaki mengunjungi Prof. Sode dan Pak Arief di TUAT (Tokyo University of Agricultural and Technology). Kami akan mengunjungi Pak Arief yang akan pulang ke Indonesia pekan ini, dan ada beberapa urusan yang dikerjakan Dr. Yamazaki. Yup, ini pertama kalinya saya ke sana.
"Kalau ada kesempatan, mungkin kamu bisa bertemu mahasiswa Prof. Sode yang kemarin mengikuti iGEM," kata Dr. Yamazaki di kereta.
Pukul 14.15 kami tiba di stasiun Akihabara. Dari Akihabara, kami naik kereta menuju stasiun Kanda, lalu berganti kereta di stasiun Ochanomizu menuju stasiun Higashi-Koganei. Dari stasiun, kami berjalan sekitar lima menit menuju kampus TUAT.
Gerbang melengkung khas TUAT menyambut kedatangan kami. "Besok akan ada ujian masuk universitas, jadi akses ke kampus dibatasi," kata Dr. Yamazaki saat kami melewati gerbang.
Kampus TUAT |
Kami masuk ke salah satu bangunan bertingkat, lalu menggunakan lift menuju ke lantai 4. Keluar dari lift, sebaris loker bertumbukan dengan pandangan saya. Kami lalu berganti alas kaki dengan sandal khusus. Dr. Yamazaki mengajak saya ke ruangan Prof. Sode.
Prof. Sode menyambut saya dengan hangat. "I'm glad to see you again," kata saya sambil menyalami beliau. Kami lalu berbincang-bincang ringan sambil menikmati secangkir kopi.
"Maaf sekali saat di Boston saya tidak sempat bertemu kalian cukup lama. Saya waktu itu masih ada urusan lain, jadi tidak bisa melihat kalian. By the way, selamat atas pencapaian kalian di iGEM," kata Prof. Sode.
Prof. Sode juga menanyakan seputar kegiatan saya selama di Jepang. Tak lama kemudian, Pak Arief bergabung bersama kami. Saya menyalami beliau, lalu Pak Arief duduk di sebelah saya. Prof. Sode, Dr. Yamazaki, dan Pak Arief terlibat percakapan dengan beragam topik, mulai dari pertanyaan apakah UTS akan membuka graduate school, rencana kunjungan Prof. Sode dan Dr. Yamazaki ke Sumbawa, rencana studi, dan lain-lain.
"Ah, mungkin kamu perlu melihat-lihat beberapa lab di sini. Saya akan meminta mahasiswa untuk mengajakmu berkeliling," kata Prof. Sode lalu berpindah ke ruangan di belakang beliau. Tak lama kemudian, tiga orang mahasiswi muncul bersama Prof. Sode. Saya tersenyum lalu menyapa mereka. Wajah mereka tak asing. Tentu saja, karena saya bertemu dengan mereka di kompetisi iGEM yang lalu.
Mereka lalu mengajak saya melihat-lihat laboratorium yang ada di lantai itu. Berbagai macam alat, reagen, dan sampel menyambut kedatangan saya.
"Ini lab untuk mengkultur E.coli. Kami juga menggunakan lab ini untuk proyek iGEM," kata Madoka-san, salah satu mahasiswi Prof. Sode.
"Biasanya kalian bekerja di lab sampai jam berapa?" tanya saya penasaran.
"Biasanya sampai jam sepuluh atau sebelas malam, pernah juga sampai jam dua belas," jawab Saori-san, mahasiswi lain yang turut menemani saya.
"Eeh?? Sugoi..." gumam saya terkejut.
"Sekarang kami sedang sibuk untuk presentasi tugas akhir, jadi ya begitulah," timpal Nanoha-san.
"Ah, begitu ya. Jyaa, ganbatte kudasai," kata saya sambil mengepalkan tangan. Kami tertawa lalu saling menyemangati.
Beberapa sisi laboratorium TUAT |
Saat kami hendak keluar, Maui-san masuk ke lab untuk melihat sampelnya. Ia tampak cukup sibuk hari ini. Lalu ada Mr. Jinhee juga yang datang menengok ke lab.
"Hi, nice to see you again," kata Mr. Jinhee sambil menyalami saya.
"Yeah, I'm really glad to see you again," balas saya lalu tersenyum. "Oh iya, salah satu dosen saya akan ke sini bulan April," lanjut saya.
"Oh iya, saya sudah dengar itu. Ia akan menjadi teman kelas saya nanti," kata Mr. Jinhee.
Saori-san, Nanoha-san, dan Madoka-san lalu mengajak saya ke gedung lain yang bersebelahan dengan gedung pertama.
"Kamu nggak kedinginan dengan pakaian seperti itu?" tanya Saori-san, menatap saya yang hanya keluar menggunakan sweater.
"Ngg... sore wa samukunai desu yo (nggak dingin sih)," kata saya pelan.
Mereka terkejut lalu tertawa.
"Yaaaah, kalau siang-siang atau jam segini sih nggak dingin, tapi kalau sudah malam... brrr..." kata saya lalu tertawa.
"Mmm. Samui ne," kata Nanoha-san.
Keluar dari lift, mereka mengajak saya ke salah satu laboratorium. Saori-san mempersilahkan saya masuk. Seorang pria tampak tengah bekerja di clean bench.
"Ini lab tempat saya bekerja. Di sini, kami melakukan eksperimen dengan cyanobacteria," jelas Saori-san. Saya diajak melihat-lihat alat-alat yang ada di sini, serta melihat labu-labu berisi aneka sampel cyanobacteria.
Pria tadi lalu membantu saya menjelaskan beberapa hal tentang lab ini. "Oh iya, ngomong-ngomong, kamu di sini sampai kapan?" tanya pria tadi.
"Hanya sampai 31 Maret," jawab saya lalu tersenyum.
Kami lalu keluar lab dan kembali ke gedung pertama.
"Makanan Jepang apa saja yang kamu suka?" tanya Madoka-san saat kami hendak turun menggunakan lift.
"Mmm...cukup banyak yang saya suka. Saya suka sushi, sashimi, ramen, udon. Saya juga suka kue-kue di Jepang, seperti dorayaki, manju, dan youkan," kata saya riang.
"Eeeh? Kamu suka dorayaki, youkan?" tanya Nanoha-san terkejut.
"Iya. Saya suka semuanya, rasanya sangat manis," kata saya lalu tertawa kecil.
"Makanan Jepang yang mana yang kamu tidak suka?" tanya Madoka-san.
"Sejauh ini sih saya suka semuanya. Tapi, tidak semua makanan Jepang bisa saya makan. Saya tidak bisa makan yang mengandung babi dan alkohol," kata saya. Mereka mengangguk-angguk.
"Kamu sudah pernah coba natto?" tanya Saori-san saat kami masuk lagi ke gedung pertama.
Saya mengangguk semangat. "Ya. Sore wa oishii. Rasanya mirip makanan Indonesia, namanya tempe," kata saya.
"Ah, iya. Rasanya hampir sama," kata Saori-san setuju. "Nanoha-san makan natto setiap hari," kata Saori-san lagi.
Kami telah kembali ke lantai empat.
"Jyaa, owarimashitaka?" tanya saya.
"Hai, owarimashita," jawab Saori-san.
"Mmm..boleh tidak sebelum pamit, saya minta foto bersama?" tanya saya setengah ragu.
"Ah, tentu saja boleh. Tunggu sebentar," kata Saori-san. Mereka bertiga lalu sibuk mencari tempat untuk berfoto, lalu memanggil teman-teman yang lain. Akhirnya kami mengambil foto di ruang seminar, bersama anggota tim NokoGen, Prof. Sode, Dr. Yamazaki, Pak Arief, Mr. Jinhee, dan seorang wanita yang tampaknya staf pengajar di sini juga.
Usai berfoto, wanita itu menghampiri saya. "Perkenalkan nama saya Wakako Tsugawa. Saya associate professor di sini," kata beliau lalu memberi saya kartu nama.
"Terima kasih. Nama saya Fahmi. Ah, maaf saya tidak punya kartu nama," ujar saya lalu tersenyum kikuk. Beliau ikut tersenyum.
"Tidak apa-apa," jawab beliau.
"Tsugawa-sensei, douzo yoroshiku onegaishimasu," ujar saya lalu membungkukkan badan.
Saori-san, Nanoha-san, dan Madoka-san mengantar saya kembali ke ruangan Prof. Sode. "Terima kasih atas bantuannya hari ini," ujar saya lalu tersenyum.
"Dengan senang hati," kata Saori-san.
"Apakah kalian masih ada agenda eksperimen?"
"Ah, tidak. Hanya merangkum beberapa laporan," kata Nanoha-san.
"Ah, begitu. Jyaa, ganbatte kudasai," kata saya sekali lagi.
Saya masuk ke ruangan Prof. Sode. Tsugawa-sensei memberi saya dan Dr. Yamazaki masing-masing sebuah tas kain. "Ini souvenir dari departemen kami, memperingati dua puluh tahun berdirinya departemen kami," kata Tsugawa-san. Di dalamnya ada bolpoin dan botol air.
"Terima kasih banyak," kata saya lalu tersenyum.
Kami pun pamit dengan Dr. Sode. Saat keluar ruangan, saya kembali berpapasan dengan Mr. Jinhee, Saori-san, Nanoha-san, dan Madoka-san.
"Terima kasih untuk hari ini. Senang bertemu dengan kalian semua," kata saya lalu menyalami Mr. Jinhee.
"Senang bertemu juga. Sampai ketemu lagi ya," kata Mr. Jinhee.
Kami pun saling melambaikan tangan sebelum berpisah.
Di perjalanan pulang, saya berusaha menghapal jalan ke TUAT.
"Kamu tertarik mengikuti konferensi yang ditawarkan Prof. Sode?" tanya Dr. Yamazaki melihat gelagat saya.
Saya hanya tersenyum kikuk. Saat di TUAT tadi, Prof. Sode sempat menawarkan saya untuk mengikuti konferensi yang diadakan tanggal 5-6 Maret, dengan pembicara dari Jerman. Sayangnya, Dr. Yamazaki tidak bisa menemani saya jika ingin hadir karena ada urusan lain.
"Saya masih mempertimbangkannya. Saya rasa ini akan menjadi pengalaman yang bagus untuk saya."
"Kita bisa bicarakan nanti, kalau kamu memang ingin ikut. Saya bisa mengatur jadwal eksperimenmu," kata Dr. Yamazaki.
Kereta sangat padat saat kami pulang, baik menuju Akihabara maupun saat menuju Tsukuba. Saya terlelap sejenak dalam perjalanan singkat ini.
Pukul 19.10 kereta tiba di Tsukuba Center. "Baiklah kalau begitu, saya langsung pulang ke rumah. Kamu lurus saja untuk kembali ke NIMS," kata Dr. Yamazaki. "Sampai jumpa," kata beliau.
Saya melambaikan tangan, lalu mengayuh sepeda ke NIMS untuk mengambil barang-barang saya.
Hari yang cukup melelahkan, namun sangat menyenangkan karena bisa bertemu lagi dengan Prof. Sode dan mahasiswa beliau, Semoga bisa bertemu lagi di lain kesempatan.
Mata saya sudah sangat berat, minta diistirahatkan. Saya cukupkan dulu tulisan kali ini. Sampai ketemu lagi! :)
Foto bersama Prof. Sode, Dr. Yamazaki, Pak Arief, Tsugawa-sensei, Mr. Jinhee, dan mahasiswi tim NokoGen |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar