Dear Dreamers!
Apa kabar semuanya? Semoga selalu sehat dan mensyukuri apa yang telah kita capai hari ini :)
Anyway, Sabtu ini saya kembali mendapatkan kesempatan berharga menghadiri salah satu acara sakral di lingkup masyarakat Indonesia di Prefektur Ibaraki. Hari ini akan diselenggarakan pemilihan Ketua PPI Ibaraki periode 2015/2016.
PPI (Persatuan Pelajar Indonesia, atau ada juga yang menyebut Perhimpunan Pelajar Indonesia) adalah organisasi yang dibuat oleh pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi di luar negeri. Anggotanya pelajar dengan berbagai strata (S1, S2, S3, Post Doctoral), maupun orang Indonesia yang sedang bekerja di luar Indonesia. Tujuan didirikannya PPI secara umum adalah untuk menjalin silaturrahmi serta mempererat rasa persatuan dan persaudaraan antara sesama masyarakat Indonesia yang sedang berada di luar negeri. PPI ini menjadi keluarga baru tempat melepas rindu pada tanah air bagi mereka yang sedang merantau ke negeri yang jauh.
Kegiatan PPI sendiri cukup banyak, di antaranya pengenalan budaya Indonesia ke masyarakat lokal, melakukan seminar atau diskusi ilmiah, kompetisi olahraga tahunan, hingga acara liburan bersama. Beberapa aksi dari senior-senior PPI, khususnya PPI Ibaraki dalam mengenalkan budaya Indonesia silahkan dilihat di
sini,
sini, dan
sini.
Saya datang terlambat saat tiba di Assembly Hall Ninomiya House, tempat penyelenggaraan pemilihan ketua PPI Ibaraki (pekerjaan rumah tangga di pagi hari ternyata cukup menyita waktu rupanya, hehehe). Acara hari ini dimulai dengan farewell lecture dari masyarakat PPI Ibaraki yang akan kembali ke tanah air. Pembicara pertama adalah Bu Ira, yang akan pulang tanggal 28 bulan ini *aaaaa.....bakal jadi orang Indonesia seorang diri di Ninomiya. Beliau mempresentasikan tentang BPPT (Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Serpong, Tangerang, tempat beliau bekerja saat ini. Kebetulan tahun 2013 lalu, saya dan teman-teman FTB pernah berkunjung ke sini.
Salah satu fokus kajian riset di BPPT yang dijelaskan Bu Ira adalah pengembangan bioteknologi, seperti kultur jaringan, teknologi fermentasi, dan analisis genetika. BPPT banyak bekerja sama dengan instansi penelitian di Jepang. "Karena atasan saya banyak yang lulusan sini, jadi yang banyak ditarik kerja sama kebanyakan dari Jepang," jelas beliau.
Salah satu proyek BPPT yang menarik minat saya adalah BITUMAN (Bibit Tumbuh Mandiri). Jadi, BITUMAN ini adalah proyek BPPT untuk mengembangkan bibit tanaman untuk keperluan reboisasi dan reklamasi lahan atau hutan. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan antara lain Akasia dan Sengon. "Bibit tanaman ini sudah diberi faktor pertumbuhan, jadi cukup ditanam di kedalaman 20-30 cm, ditanam saat musim hujan, setelah itu ditinggal saja. Tanaman akan tumbuh di lahan seperti tanaman pada umumnya," jelas Bu Ira. Mungkin project ini bisa dipakai untuk memperbaiki kondisi lahan rusak di Sumbawa, misalnya bekas lahan pertambangan rakyat di Labaong.
Presentasi selanjutnya datang dari Mbak Isti, atau di Jepang lebih sering dipanggil Ichi. Beliau mahasiswi Bioengineering ITB yang medapat kesempatan exchange selama 6 bulan di Tsukuba. "Karena bidang riset yang saya kerjakan di sini agak beda dengan bidang yang saya minati di Indonesia, jadi nggak terlalu ada beban untuk di lab sih, banyakan jalan-jalannya," kata Mbak Isti. "Saya memutuskan untuk majuin jadwal kepulangan supaya bisa ngambil kuliah semester ini. Untuk riset akhir saya putuskan ngerjain di Indonesia aja, soalnya kalo ngerjain di sini, topiknya beda, jadinya ntar nggak bisa dipake pas di Indonesia," lanjut Mbak Isti yang akan meninggalkan Tsukuba malam ini. Have a safe flight Mbak :)
Warga PPI Ibaraki semakin ramai bermunculan. Saya membantu Bu Ira dkk untuk menyiapkan konsumsi. Bukan bantuin masak-masak sih, hehehe. Saya membantu Ibu-Ibu di dapur dengan mengerahkan amunisi utama saya: pisau. Yup, nampaknya dapur hari ini kekurangan amunisi alat pemotong, sehingga saya pun memboyong turun semua persediaan pisau di apartemen. Tak ketinggalan si rice cooker pinjaman dari Bu Ira saya boyong beserta isinya, berhubung saya baru masak pagi ini. "Yah, nggak banyak sih, Pak, tapi mudah-mudahan bisa membantu," kata saya pada Om Jin *yang ngakunya kemudaan dipanggil Pak, hehehe* sambil menuangkan nasi dari rice cooker ke box nasi, sehingga bisa dipakai lagi untuk memasak.
Acara pun memasuki sesi utama. Tiga calon ketua didudukkan di hadapan warga Ibaraki untuk diadili, eh salah ding. Mereka akan menyampaikan visi misi sebagai Ketua PPI Ibaraki periode 2015-2016. Kandidat pertama yaitu Mas Akbar, mahasiswa S1 di Tsukuba University. Kandidat kedua adalah Mbak Nadia (maaf Mbak profilnya saya nggak nyimak, huhuhu), salah satu mahasiswi senior di Tsukuba. Kandidat ketiga adalah Pak Nugroho, mahasiswa PhD Tsukuba University.
|
Mas Akbar |
|
Mbak Nadia |
|
Pak Nugroho |
Usai penyampaian visi misi, acara rehat sejenak untuk shalat Dzuhur dan makan siang. Siang ini, Assembly Hall telah dipenuhi warga PPI Ibaraki yang datang dari pelosok Prefektur. Semua tampak melepas kerinduan satu sama lain. Para Ibu berkumpul dengan bayi kecil mereka yang lucu dan menggemaskan. Anak-anak berlarian di dalam ruangan, atau bernyanyi dengan mikrofon, memamerkan suara khas mereka. Senpai-senpai yang lebih muda tampak nongkrong di salah satu meja dengan tawa cekikikan khas mahasiswa. Bapak-bapak di belakang ruangan tengah sibuk dengan rencana konspirasi hari ini. Satu ruangan ini benar-benar mewakili warna warni Ibu Pertiwi tercinta.
|
Ibu-Ibu dan para bayi |
|
Perwakilan MPK (Merah Putih Kai), Mas Arif, Mas Emha, dan anak-anak |
|
Kumpulan Ibu-Ibu |
|
Senpai-senpai mahasiswa |
|
Bapak-bapak nggak mau kalah eksis |
|
Pak Dapi, Pak Sofyan, Pak Amel |
|
Mbak Flo dan Koh Christ |
|
Mas Tahta dan Teh Krisna |
|
Mas Emha dan Mas Akbar *duuuhhh... yang habis pentas Tari Piring, wkwkwk* |
|
Makan siang saya |
|
Mbak Ane |
Saya pun berbincang dengan Mbak Ane, salah satu senior saya yang pernah kuliah di Yongnam, Korea. "Jadi waktu itu aku pilih kuliah di Korea gara-gara suka K-POP sama drama juga, sih. Dosenku pernah bilang, 'kalo kuliah jangan cuma pilih kampusnya atau jurusannya, tapi pilih juga negaranya'. Trus aku coba-coba aja nge-apply ke Korea, eh ternyata keterima," kata Mbak Ane antusias.
"Gimana Mbak kehidupannya selama di sana?" tanya saya penasaran.
"Yah, sehari-harinya sih ngeriset di lab. Semester pertama itu udah yang kayak neraka gitu. Tiap minggu ada group meeting, di situ aku dibentak-bentak sampe yang pukul meja gitu. 'Kamu bisa kerja nggak sih?' kata dosennya sambil marah-marah gitu. Awalnya sih ya kaget gitu, tapi lama-lama ya udah biasa aja," kata Mbak Ane lalu tertawa.
"Oalaaah, ngeri banget Mbak," ujar saya terkejut. "Pernah puasa sama Lebaran di Korea nggak?"
"Pernah, dan itu pas musim panas. Imsaknya jam dua atau setengah tiga gitu, magrib baru jam setengah delapan. Kebayang kan pas orang lagi makan di depan kita, kita lagi puasa. Aduuh, benar-benar ujian banget. Pas Lebaran juga habis shalat langsung kerja lagi, nggak ada tanggal merah. Yaah, kalo mau minta ijin kadang ada juga sih Professor yang baik, ngasih ijin. Tapi kalo dipikir-pikir, mau ijin juga nggak tau sih mesti ngapain seharian, soalnya nggak kayak di Indonesia yang rame gitu, di Korea ya paling acara makan-makan 1-2 jam udah cukup," cerita Mbak Ane panjang.
Acara memasuki sesi berikutnya, yaitu sesi tanya jawab. Beberapa warga PPI Ibaraki diberi kesempatan mengajukan pertanyaan untuk para kandidat untuk melihat bagaimana kesiapan mereka seandainya terpilih menjadi ketua PPI Ibaraki selanjutnya. Usai sesi tanya jawab, para kandidat 'diasingkan' sejenak sementara warga bermusyawarah menentukan siapa kandidat yang paling pantas menerima warisan tahta dari periode kepengurusan sebelumnya.
Perang argumen tersaji dalam musyawarah pendek berdurasi 15 menit yang dipandu Pak Cepi selaku ketua KPU. Banyak hal yang dipertimbangkan warga dalam menentukan ketua PPI kali ini. Akhirnya, satu nama telah disepakati untuk menerima warisan tahta ini.
|
Pak Cepi |
|
Mbak Flo |
|
Mas Dendi |
|
Mas Zae, ketua PPI 2014-2015 |
|
Pak Deni |
|
Mas Joko |
|
Pak Roni |
|
Koh Christ |
|
Suasana musyawarah |
Para kandidat kembali memasuki ruangan, dan didudukkan di hadapan seluruh warga. "Saya mewakili seluruh warga PPI Ibaraki mengucapkan terima kasih atas kesediaan para kandidat untuk mencalonkan diri sebagai Ketua PPI Ibaraki periode 2015-2016. Kami telah bermusyawarah untuk menentukan kandidat yang akan meneruskan kepemimpinan di PPI Ibaraki," kata Pak Cepi mengawali pengumuman ketua baru.
Selanjutnya, satu nama terpampang di screen sebagai kandidat terpilih. "Selamat kepada... Muhammad Akbar Sihotang!" kata Pak Cepi mengumumkan ketua baru PPI Ibaraki. Tepuk tangan meriah memenuhi ruangan pertemuan, menyambut sang penerima tahta Ketua PPI Ibaraki periode kepengurusan 2015-2016. Selamat Mas Akbar! Selamat berjuang mengemban amanah selama setahun ke depan. Seluruh warga PPI Ibaraki akan selalu mendukung Anda :)
|
Para kandidat |
|
Serah terima jabatan |
Selanjutnya ada sedikit sambutan yang disampaikan oleh MPK (Merah Putih Kai), organisasi yang didirikan untuk menjalin hubungan persahabatan antara Indonesia dan Jepang. "Hubungan MPK dan PPI telah memasuki tahun ketiga puluh. Semoga selanjutnya hubungan kerja sama ini dapat berjalan lebih erat dan harmonis," kata perwakilan MPK yang diterjemahkan oleh Mas Arif.
|
Perwakilan MPK |
|
Mas Arif |
Acara diakhiri dengan sesi foto bersama di taman Ninomiya House.
|
Keluarga Besar PPI Ibaraki |
Senang rasanya bisa bergabung dalam acara hari ini. Saya bersyukur bisa menjadi bagian dari PPI Ibaraki dan FKMIT, yah walaupun hanya tiga bulan. Semoga rasa kekeluargaan yang telah terbentuk ini tetap awet dan semakin kokoh, aamiin...
NB: foto sebagian besar diambil dari dokumentasi Pak Ihsan dan Om Jin. Terima kasih atas foto-fotonya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar