Link

Sabtu, 03 Mei 2014

Rumput Laut dan Surabaya (3)

Dear Dreamers!

Inilah episode puncak dari postingan berantai saya kali ini. Selamat menikmati :)



Sabtu, 26 April 2014: The Final Battle
Inilah momen yang paling saya tunggu: The Final Battle! Semua hasil latihan dan kerja keras saya akan diuji pada hari ini. Kalau ditanya target, tentunya saya ingin menjadi juara. Namun, saya tidak ingin menjadikannya sebagai beban. Saya berusaha fokus untuk tampil sebaik-baiknya, setelah itu biarlah Allah yang menentukan hasilnya.

Pukul 08.15, saya tiba di gedung Teknik Perkapalan ITS dan segera melakukan registrasi. Saya kemudian masuk ke ruangan presentasi dan duduk bersama finalis lainnya yang telah lebih dulu tiba. Sambil menunggu pembukaan, saya kembali membaca materi presentasi serta mendengarkan rekaman presentasi yang saya rekam di BIL. Beberapa saat sebelum pembukaan dimulai, Ibu saya menelpon dan secara khusus memberikan doa restu agar saya dapat meraih hasil maksimal pada hari ini. Saya tidak dapat menahan keharuan saya saat itu. Saya berharap perjalanan jauh yang saya lakukan dapat berbuah manis, membawa berita gembira bagi semua orang yang telah mendukung dan mendoakan saya.

Pukul 09.00, acara dimulai. Kami diminta mengambil nomor urut presentasi. Saya sudah menyiapkan mental jika harus tampil sebagai pembuka ataupun penutup. Urutan ketiga akhirnya jatuh ke tangan saya, bukan hal yang buruk.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan panitia, lalu dilanjutkan sesi presentasi. Karena presentasi terbagi dalam dua kategori—SMA dan Mahasiswa—finalis mahasiswa tetap di ruangan untuk presentasi, sedangkan finalis SMA dipandu menuju ke ruangan lain.

Dalam presentasi, setiap peserta diberikan kesempatan mempresentasikan essainya selama 10 menit, kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab selama 15 menit. Saat menunggu giliran presentasi, saya tidak henti-hentinya merapal doa agar diberikan ketenangan saat presentasi. Tak dapat dipungkiri, ini adalah kompetisi nasional pertama saya sebagai seorang mahasiswa, dan rasanya tetap deg-degan, meskipun sudah terbiasa melakukan presentasi di kampus. Rasanya ternyata tetap berbeda.

Dua finalis telah maju, itu artinya giliran saya untuk melakukan presentasi. Dengan mantap saya melangkah ke depan ruangan, melihat sekeliling ruangan sekilas, menarik napas panjang, dan mengalirlah presentasi saya pagi itu. Dalam presentasi tersebut, saya memaparkan potensi rumput laut untuk dikembangkan menjadi bioenergi berupa bioetanol dan biodiesel. Melihat potensi pengembangan rumput laut Indonesia yang besar, ada harapan bagi kita untuk menemukan sumber energi terbarukan menggantikan bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin sedikit. Selain itu, rumput laut dapat menjadi agen penyerap karbon dioksida untuk mengurangi dampak pemanasan global, sehingga dengan potensi yang ada ini, Indonesia dapat menjadi pemasok bahan bakar bersih dunia serta titik sentral penyerapan gas karbon dioksida.

Presentasi berjalan dengan lancar. Pertanyaan juri semuanya berhasil saya jawab. Namun demikian, ada satu pertanyaan juri yang tidak saya antisipasi, yaitu, “Bagaimana konversi energi pada rumput laut, dari sekian ratus liter, berapa daya yang dihasilkan? Sudahkah ada publikasinya? Setahu saya, produktivitas rumput laut dalam menghasilkan energi tergolong rendah.”

Saya menjawab bahwa publikasi maupun data konversi energi dari rumput laut belum saya temukan, namun kembali saya jelaskan bahwa rumput laut tetaplah memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber energi. Jawaban tersebut kurang memuaskan bagi saya sendiri, dan saya terus kepikiran hingga sesi presentasi selesai.






Ketika peserta yang lainnya presentasi, saya dan rekan-rekan finalis lainnya saling menyemangati satu sama lain. Tak jarang saya dan finalis lainnya mengomentari kedua jari yang terkesan ‘sadis’ dalam menanggapi presentasi kami.
Mas Mustofa, finalis dari Undip
 Mas Andri, finalis dari UGM
 Mas Yudi, finalis dari Unhas
 Mas Galih, finalis tuan rumah
 Mas Adhe, finalis dari IPB
 Mbak Ilma, finalis dari UGM
 Mbak Daniella, finalis dari ITB

Usai sesi presentasi, saya berbincang-bincang dengan rekan-rekan finalis lainnya, berbagi cerita tentang pengalaman pertama mengunjungi kampus ITS, dan semuanya lucu. Ada yang berjalan selama beberapa saat dari stasiun, namun baru sadar kalau sedari tadi ternyata hanya berjalan mengelilingi stasiun. Ada juga yang salah masuk kampus. Bahkan, ada juga yang harus gonta ganti angkot namun tidak juga sampai, meskipun akhirnya berhasil juga menemukan lokasi lomba. Saya sempat membagikan oleh-oleh yang saya bawakan, yakni permen susu ke rekan-rekan finalis dan semuanya ternyata suka dengan oleh-oleh yang saya bawakan.

Selanjutnya, sambil menunggu hasil rekapan nilai juri, kami diajak mengunjungi laboratorium Sistem Perkapalan ITS. Ternyata ada tim yang sedang dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi ‘Solar Boat’, kompetisi dua tahunan yang menitikberatkan rally balapan kapal berbahan bakar energi surya, yang tahun ini penyelenggaraannya di Belanda. Tim ITS merupakan satu-satunya wakil dari Indonesia, dan satu dari 2 wakil Asia bersama Tiongkok. Yang membuat saya tertegun, biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti kompetisi ini terbilang mahal, sekitar Rp 500 juta. Namun demikian, saya merasa salut dengan perjuangan tim ITS yang tidak kenal lelah mempersiapkan keikutsertaan mereka dengan sebaik-baiknya. Rencananya, tim ini akan berangkat ke Belanda sekitar bulan Juni. Semangat!!!


Selanjutnya, kami diajak berkeliling gedung Fakultas Kelautan ITS. Sambil jalan-jalan, kami banyak berbagi cerita tentang keseharian kami masing-masing. Rekan-rekan finalis kebanyakan menanyai saya tentang perjalanan hingga sampai ke Surabaya, yang langsung ditanggapi dengan, “Wah, jauh ya ternyata…” atau, “Habis biaya berapa?” yang kemudian ditanggapi dengan, “Wah, mahal ya ternyata…”

Pukul 16.30, Closing Party diadakan. Jantung saya kembali berdetak cepat. Entahlah, saat ini saya hanya berharap diberikan hasil terbaik saja. Jika menang syukur, jika belum dikasih juara saya minta diberi keikhlasan hati.

Setelah beberapa sambutan, tibalah pengumuman juara, dimulai dari finalis SMA. Raut bahagia tampak jelas di wajah ketiga juara yang semuanya siswi. Dan tibalah pengumuman juara kategori mahasiswa.

“Juara ketiga National Maritime Essay Competition 2014 kategori Mahasiswa… jatuh kepada…”

Lalu di layar proyektor muncullah foto saya saat sedang presentasi.

“Fahmi Dwilaksono, dari Universitas Teknologi Sumbawa, dengan judul ‘Pengolahan Rumput Laut sebagai Sumber Energi Terbarukan Indonesia.”

Gemuruh tepuk tangan memenuhi pendengaran saya. Diiringi rasa syukur, luapan kegembiraan, serta rasa tidak percaya, saya melangkah ke hadapan penonton. Ketiga juara kategori SMA menyalami saya dengan raut wajah sumringah. Juara kedua diraih Mas Adhe, finalis asal Institut Pertanian Bogor (IPB). Juara pertama diraih oleh Mas Juli, finalis asal Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). 

Bagi saya, kemenangan ini merupakan hadiah yang sangat luar biasa. Ini membuktikan bahwa kehadiran saya ternyata diperhitungkan oleh finalis lainnya serta para juri. Saya juga berhasil mematahkan dominasi finalis lainnya yang berasal dari kampus-kampus ternama di Indonesia. Alhamdulillah, perjalanan saya membuahkan hasil yang manis.

Kemenangan Mas Juli dan Mas Adhe sendiri sebenarnya sudah saya prediksi sebelumnya. Saya sempat mencari-cari informasi tentang kompetitor saya di Facebook sebelum berangkat ke Surabaya, dan menurut saya mereka yang paling berat. Jam terbang mereka dalam berkompetisi lebih banyak dari pada saya. Saya belajar dari mereka bagaimana menguasai materi presentasi dengan baik, menyampaikan presentasi secara lugas, serta menyampaikan argumen secara tepat saat berhadapan dengan juri.

 Mas Juli, juara 1
 Mas Adhe, juara 2
 Fahmi, juara 3 :')
Kompetisi di Surabaya menyisakan kenangan yang sangat berkesan bagi saya. Saya bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa dari kampus terbaik di Indonesia, berbagi pengalaman bersama mereka, dan tentu saja banyak sesi foto bersama yang kami lakukan. Meskipun ini kompetisi, namun tidak ada aura persaingan yang ketat yang saya rasakan. Saya merasakan keakraban, kekompakan, dan kekeluargaan yang kental saat kami bersama, walaupun kami hanya sempat bersama-sama dalam hitungan jam. Tidak hanya dari kalangan finalis, saya juga menemukan teman-teman yang menyenangkan dari rekan-rekan panitia. Mereka selalu mendukung kami saat kompetisi, dan tentu saja mengambil banyak gambar kebersamaan kami. NMEC merupakan kompetisi yang menakjubkan bagi saya.





Usai kompetisi, saya segera menghubungi Ibu dan Bibi saya, serta Bu Dwi untuk menyampaikan kabar gembira ini. Usai shalat maghrib, Mas Afrizal menemani saya berbelanja oleh-oleh di Pasar Genteng, serta berkeliling Surabaya menikmati malam terakhir saya di sini.

Minggu, 27 April 2014: The Last Moments
Pukul 10.00, Mas Afrizal mengantar saya ke bandara Juanda. Sesampainya di bandara satu jam kemudian, saya berpamitan dengan sahabat yang telah saya anggap sebagai saudara sendiri itu. Saya benar-benar berterima kasih telah ditemani selama di Surabaya. Tentu saya berharap akan ada perjalanan selanjutnya ke Surabaya, meskipun saya belum tahu kapan waktunya.

Pukul 13.00, pesawat Wings Air melayangkan langkah saya meninggalkan Surabaya. Rasanya sedih juga sih, perjalanan saya akhirnya berakhir sampai di sini. Namun, saya bersyukur karena berhasil mengakhirinya dengan prestasi yang baik.

Pukul 15.30 Wita, saya tiba di BIL, kemudian bergegas menuju Mataram menggunakan bus Damri. Sebelum pulang ke Sumbawa, saya menyempatkan diri ke Gramedia membeli beberapa novel dan oleh-oleh untuk adik saya.

Pukul 20.00, saya pun berangkat menuju Sumbawa, dan tiba di rumah pukul 01.30.
Well, itulah perjalanan singkat saya selama di Surabaya. Semoga pengalaman ini bisa menambah wawasan saya serta memotivasi Dreamers di sini untuk terus berprestasi. Akhir kata: See you again Surabaya!!! :D

Wonderful moments at ITS 
 Goodbye Surabaya :')
 Sampai di BIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar