Link

Kamis, 15 Mei 2014

Sobat Bumi Indonesia Engagement Program 2014: Mengenal Pertamina Lebih Dekat (5)


Dear Dreamers!

Nggak terasa, kita udah sampai di penghujung perjalanan. Dalam setiap tulisan yang saya tulis, menuliskan bagian akhir adalah bagian yang paling berat. Yaahhh, bagaimanapun juga sebuah perjalanan pasti ada akhirnya kan? Walaupun merasa agak berat, tapi mari kita nikmati sisa waktu yang ada dengan senang hati :)

8 Mei 2014: Akhir Perjalanan Tiba

Pagi ini saya agak bersantai, karena agenda kami tidak sepadat hari-hari sebelumnya. Usai shalat Subuh, Kak Alfian menawari saya jalan-jalan di seputaran Pertamina Simprug Residence. Rupanya sama seperti saya, ia juga penasaran dengan kolam renang di bawah sana—kamar kami di lantai 7. Akhirnya, masih dengan setelan tidur, kami turun ke lobi dan mulai menyusuri kawasan tempat kami menginap. Oh iya, kami tidak hanya berdua, ada Kak Arif dan Mas Bisyri (Sobi Semarang) juga, tetangga kami dari kamar 702.

Kami langsung melangkah ke tujuan utama kami: kolam renang! Sambil menyusuri jalanan dan menghirup udara pagi Jakarta, kami bercengkerama seputar agenda pagi ini. Ternyata, tidak jauh dari kolam renang, ada lapangan sepak bola milik Sekolah Sobat Bumi.

Saat hendak memasuki area kolam, saya membaca harga tiket masuk di kaca loket, dan untuk umum Rp 20.000. “Mahalnya…” keluh kami, dan tidak jadi masuk. Akhirnya, kami hanya berjalan-jalan mengitari area PSR, lalu berjalan menuju kantor Pertamina Foundation (PF) yang letaknya tidak jauh dari penginapan kami. Kantor PF tidak terlalu besar dan minimalis. Kendati demikian, dari kantor inilah masa depan ratusan scholars diputuskan, hehehe. Usai jalan-jalan, kami bergegas kembali ke kamar untuk mengikuti agenda hari ini.

Foto bareng Mas Bisyri (kiri) dan Kak Alfian (kanan). Berasa punya bodyguard, hohoho.
Pukul 08.00, saya tiba di restoran dan segera mengambil menu sarapan—sarapan terakhir kami. Hari ini, kami sarapan ditemani Bu Nina dan Pak Argo yang memberi kami wejangan sebelum kembali ke daerah masing-masing. Beliau berdua berharap agar apa yang telah kami dapat di sini dapat disebarluaskan ke orang-orang di sekitar, menyebarkan energi positif untuk terus menjaga kelestarian bumi.

Usai sarapan, kami dibagi menjadi dua kelompok besar. Pengurus inti, gubernur, ketua departemen, dan penanggung jawab program nasional akan menghadap ke direksi Pertamina Foundation untuk mempresentasikan program kerjanya. Sementara para koordinator dan anggota departemen akan rapat di aula mengenai mekanisme recruitment Sobat Bumi 2014.

Pukul 08.30, rapat di aula dimulai. Dalam rapat kali ini, Mbak Agni dan Mas Fathii—pejuang PF yang berurusan langsung dengan segala kebutuhan scholars—memaparkan skema penerimaan scholars 2014. Selain itu, Mbak Agni mewakili PF juga menyatakan komitmen untuk terus memperbaiki mekanisme pencairan beasiswa, yang memang masih menjadi kendala utama bagi para scholars. Dalam rapat ini juga kami diajak melihat rancangan tampilan website Sobat Bumi Indonesia, yang nantinya akan terintegrasi dengan semua media sosial terkait.



Selca di sela-sela acara, hehehe
Rapat berakhir pukul 11.00. kami pun menikmati coffee break terakhir kami, dan larut dalam perbincangan mengenai berbagai hal: tugas kuliah, praktikum, jadwal ujian, sampai jadwal liburan.

Dzuhur pun datang. Kami turun menuju restoran untuk menikmati santap siang kami yang terakhir. Usai makan siang dan menunaikan shalat Dzuhur, saya bergegas mengemasi barang-barang saya. Saya pun mengitari kamar 703 yang telah saya tempati selama 2 hari ini. Mengintip kamar mandinya, mengamati setiap perabotan di dalamnya, menghempaskan diri di tempat tidur yang empuk, mengutak atik channel tv, membuka kulkas yang tidak ada isinya, menatap cermin di atas meja, menekan tuts telepon kamar, lalu menyibak korden jendela dan menatap pemandangan kolam renang di bawah sana. Well, semuanya akan berakhir beberapa jam lagi. Berat rasanya berpisah dengan momen-momen ini.

Saat itulah Kak Alfian masuk dan merapikan barang-barangnya. Mereka ternyata masih akan melanjutkan rapat pukul 13.00. Saya pun kembali turun ke restoran menemui rekan-rekan yang lain. Karena masih ada sisa madu dan susu kuda liar, saya pun mencari ‘pelanggan’ baru untuk mencicipi ‘dagangan’ saya. Ternyata mereka rata-rata memang penasaran dengan susu kuda liar. Setelah mencicipi, responnya beragam: ada yang bilang biasa aja; ada yang langsung menutup mata karena rasanya yang unik; ada juga yang minta nambah. Untuk menetralisir lidah mereka yang baru ‘tersengat’, saya menyodorkan madu Sumbawa ke ‘pelanggan-pelanggan’ saya yang langsung disambut gembira. Yah, madu Sumbawa memang penetralisir yang bagus untuk susu kuda liar. Sembari menikmati sajian yang saya tawarkan, banyak yang menanyakan bagaimana pengolahan madu dan susu kuda liar di Sumbawa. Jadi, kwartet produk yang kami bawa—madu, susu kuda liar, permen susu, dan manjareal—mendapat sambutan positif dari seluruh Indonesia. Alhamdulillah :)


Kak Tito (kanan, Sobi Medan) dan Bang Maikel (kiri, Sobi Papua)
Pukul 14.00, seluruh peserta kembali berkumpul di restoran, setelah sebelumnya mengumpulkan seluruh barang bawaan di lobi hotel. Pada penutupan ini, Mas Fathii menyampaikan rasa terima kasih karena seluruh pengurus sudah menyempatkan waktunya untuk berkumpul kembali. Beliau berharap agar semua ilmu yang kami peroleh dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dan mengedukasi orang lain. Suasana menjadi penuh rasa haru dan sangat berat untuk berpisah. Saya menyalami rekan-rekan saya satu persatu. Rekan-rekan yang sudah turut mengisi keriuhan dalam hidup saya selama beberapa hari ini. Rasanya benar-benar sediiih… hiks.

Pukul 15.00, kami semua diantar ke bandara Soekarno Hatta untuk kembali ke daerah kami masing-masing. Saya, Rian, dan Kak Intan kembali bertemu dengan rombongan dari Medan, Papua, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, Makassar, dan Samarinda. Sempat berfoto-foto sejenak, kami kemudian saling melambaikan salam perpisahan dan menuju ke tujuan masing-masing.

Foto dulu sebelum ninggalin hotel



Foto perpisahan di bandara Soekarno-Hatta
Pesawat kami akhirnya lepas landas pukul 20.00, dan tiba di BIL pukul 23.00. Kami tiba di Mataram pukul 00.45 dan menginap di kontrakan Kak Intan di daerah Seruni.

Goodbye smile :')
9 Mei 2014: Kembali ke Kehidupan Semula

Pukul 07.15, saya dan Rian sudah bersiap menuju ke pol travel. Kami mengucapkan terima kasih lalu berpamitan dengan Kak Intan sebelum akhirnya taksi melaju meninggalkan Seruni. Yup, singkatnya, perjalanan kami cukup lancar dan tiba di Sumbawa pukul 15.30.

Well Dreamers, itulah rangkaian perjalanan saya selama mengikuti Engagement Program Sobat Bumi Indonesia 2014. Banyak kenangan dan cerita yang saya bawa pulang, serta tentu saja oleh-oleh, hehehe. Semoga ada kesempatan lagi untuk berkumpul bersama rekan-rekan Sobi se-Indonesia, amiiin.

BONUS: BEST MOMENTS!!!

Selain momen kumpul-kumpulnya, masih ada momen-momen spesial yang selalu saya ingat selama Engagement Program. Momen-momen apa saja itu? Check list out!!!

1. Momen-momen 'Apes'
Saya nggak tau gimana harus mendeskripsikan momen ini. Kenyataannya, selama 4 hari berkegiatan, selalu ada momen ‘Apes’ yang saya alami tiap harinya. Hari Senin-Rabu, diare saya kumat lagi. Memang, beberapa hari sebelum berangkat, saya sempat diare, dan hari Sabtu sudah berhenti. Namun, entah mengapa, diare ini kembali kambuh di saat yang sangat tidak tepat. Gara-gara diare saya kambuh, saya hampir ketinggalan bus saat akan meninggalkan Balongan, tidak mengikuti presentasi PSDM sejak awal, dan tentu saja harus bolak-balik kamar mandi berkali-kali. 

Tidak sampai di situ. Di hari Kamis, sebelum jalan-jalan pagi, saya dan Kak Alfian baru sadar kalau kunci kamar kami hilang. Saya yang merasa bersalah—karena yang selalu memegang kunci itu saya—akhirnya harus bolak-balik ke resepsionis mencari kunci cadangan, dan baru bisa diambil pukul 13.00. Saya jadi merasa tidak enak sama Kak Alfian karena kami jadi terlambat packing. Nah, pada saat packing itulah, Kak Alfian menemukan kuncinya terselip di meja kamar. Aaarrrrghhh…saya sampai teriak saking leganya.

Eits, momen ‘Apes’ belum berakhir. Di hari yang sama, saya yang niatnya ingin mem-back up memori kamera di laptop-nya Mbak Sekar (Sobi Malang) malah harus kehilangan semua data saya gara-gara salah paham. Saya minta datanya di-cut ke hard disk, tapi Mbak Sekar malah men-delete karena dikira sudah tersimpan di hard disk saya. Jadilah sesiangan itu saya sibuk mencari cara mengembalikan data-data saya. Alhamdulillah berhasil, walaupun beberapa data kondisinya rusak.

Momen ‘Apes’ ini setidaknya membawa hikmah tersendiri bagi saya, bahwa apa pun kesulitan yang kita hadapi, kita harus tetap tenang dan fokus menyelesaikannya satu persatu. Hitung-hitung latihan mental juga, hehehe. 

2. Nggak selera makan
Entah ada pengaruhnya dengan momen ‘Apes’ atau tidak, selama kegiatan ini, selera makan saya menurun drastis. Padahal semua makanan yang disajikan udah kelas ‘Pertamax Plus’ deh buat mahasiswa, tapi nafsu makan saya tidak merasa tersentuh. Puncaknya pada sesi sarapan di Indramayu. Saya pilih sarapan roti karena udah merasa nggak kuat lagi makan nasi! Apalagi kalau saya melihat teman-teman yang makan dengan porsi jumbo, beeuuuhh… selera makan saya langsung menguap! Jadi, saat teman-teman saya pulang dengan kenaikan berat badan beberapa kilo, saya malah yang turun sendiri, huhuhu.

3. Ketemu Kakak
Saya berterima kasih pada Pertamina dan PF yang telah menyelenggarakan kegiatan ini, karena saya bisa bertemu dengan Kakak saya di Jakarta—modusnya nitip laptop buat di-servis, hehehe. Kami sempat bertemu dua kali, yakni Senin malam dan Kamis pagi saat akan jalan-jalan. Bagi saya ini kesempatan yang sangat berharga, karena kemungkinan kakak saya tidak akan pulang ke Sumbawa pada Lebaran tahun ini. Alhamdulillah, ia baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan perbankan di Jakarta, jadi waktunya mungkin akan cukup banyak tersita di masa-masa awal bekerja. Congrats, big brother!

4. Duo ‘Fahmi’ Dikerjain

Sebenarnya sih bukan dikerjain yang macam-macam, cuma beberapa kali ada teman-teman Sobi yang keceplosan memanggil nama kami. Karena sama-sama merasa dipanggil, maka setiap ada yang memanggil nama ‘Fahmi’, maka secara otomatis akan ada 2 kepala yang menyahut. Dan setelah itu, akan ada beberapa teman yang tertawa jail.

Oke deh, itu dia momen-momen berkesan yang saya alami. Sampai jumpa di petualangan berikutnya yaa! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar