Link

Selasa, 20 Mei 2014

Belajar Menyikapi Kekecewaan

Dear Dreamers!
Hari ini saya mau sedikit curhat ke kalian semua. Semoga saja cerita saya ini bisa menjadi pelajaran juga bagi Dreamers di sini.

Kemarin, saya baru saja mengurus permohonan pembuatan paspor saya di kantor imigrasi. Saya sudah merencanakan dengan sebaik-baiknya dan telah memperkirakan semua kemungkinan dengan baik. Saat itu, saya mengira perkuliahan akan mulai pukul 10.40 seperti Senin lalu, jadi saya bisa datang pagi-pagi ke kantor imigrasi, menyerahkan berkas, foto, wawancara, selesai.


Namun semuanya buyar satu persatu sesampainya saya di kantor imigrasi. Tiba di sana pukul 09.00, saya harus mengkopi semua dokumen asli saya dulu, mengisi surat pernyataan dibubuhi materai. Setelah itu berkas saya dikumpul kemudian menunggu panggilan foto dan wawancara. Saya duduk di kursi tunggu sambil menyaksikan tayangan tv yang menampilkan sebuah film 'jadul'. Beberapa saat kemudian, petugas mulai memanggil nama pemohon. saya cukup yakin kalau nama saya ada di giliran awal. Namun ternyata, nama-nama yang saya tidak kenal yang dipanggil (ya iyalah nggak kenal, kan baru ketemu), yang entah tiba-tiba datang dari mana tiba-tiba sudah masuk ke ruang tunggu. Saya pun melihat ke sekeliling, sekonyong-konyong ruang tunggu yang tadinya lengang ternyata telah dipenuhi orang-orang dewasa yang ngantri juga seperti saya. Usut punya usut, ternyata khalayak ramai ini adalah calon tenaga kerja dan para penyalurnya.

Saat itulah tiba-tiba Indah menelepon. "Woi, kamu di mana? Kita udah presentasi Biokimia nih." Kalimat Indah langsung membuyarkan lamunan saya. Beberapa file presentasi masih di saya dan belum saya berikan ke teman-teman yang lain. Saya pun terkesiap, rupanya jadwal kuliah Senin ini sudah kembali ke pukul 08.40. Mood saya langsung berantakan saat itu juga.

Kalo dijadiin anime, ekspresi saya seperti ini, hahaha.

Keramaian terus berlanjut, dan nama saya tetap tidak dipanggil. Pukul 10.00, 11.00, 11.30, nama saya tetap tidak dipanggil. Satu film horor di tv sudah saya tamatkan, nama saya tetap belum dipanggil. Akhirnya menjelang pukul 12.00, di saat ekspresi wajah saya sudah tidak karuan lagi, seorang petugas akhirnya mengantarkan saya ke ruang wawancara dan foto. Sepertinya beliau kasihan melihat saya menunggu berjam-jam.

Akhirnya 10 menit kemudian, saya selesai wawancara dan foto. Gila, cuma buat 10 menit aja gue sampe nunggu 3 jam, keluh saya dalam hati. Saya pun segera memacu motor ke kampus. Pukul 13.30 mata kuliah KWn dimulai. Saya yang sudah tidak mood ngapa-ngapain akhirnya hanya membisu selama sisa waktu perkuliahan, dengan wajah tanpa ekspresi. Seusai perkuliahan, saya melihat sekilas absen Biokimia saya ditulis A (Alpha) karena saya tidak minta izin khusus hari itu, hanya secara lisan saat hari Jumat ke Bu Dwi, tapi tidak ke Bu Maya selaku pengampu mata kuliah. Alpha, tidak ikut kuis, it has been completed. Di sisa kegiatan, saya benar-benar pasang tampang datar dan tak sepatah kata pun keluar dari mulut saya, hanya jika hal yang harus saya jawab yang saya ucapkan.

Inti dari curhat saya ini, saya merasa 'Kecewa'. Kecewa karena rencana saya gagal total, dan kecewa karena usaha keras saya tidak bisa saya tuntaskan (saya sudah bikin presentasi sebagus mungkin untuk Biokimia, tapi akhirnya saya tidak presentasi). Dreamers di sini pernah merasa kecewa, nggak? Rasanya benar-benar menyesakkan. Pengennya tuh marah, teriak-teriak, sampe banting-bantingan gitu, hahaha.


Kalo dalam anime, rasa kecewa selalu digambarkan dengan bayang-bayang gelap, hihihi.
 Yah, banyak hal yang bisa membuat kita kecewa, seperti yang saya alami misalnya. Buntutnya, kita jadi tidak semangat lagi menjalani aktivitas selanjutnya. Hal yang sangat wajar ketika kita ingin melampiaskan kekecewaan kita dengan marah-marah, teriak, atau bahkan banting-bantingan. Tapi, itu semua tidak akan menyelesaikan masalah, malah bisa jadi menambah masalah baru, menyakiti perasaan orang lain di sekitar kita. Berdiam diri bisa jadi solusi, dengan menarik diri dari keramaian dan merenung dalam suasana yang hening. Kalau bisa menceritakannya ke orang lain, itu bisa menjadi lebih baik, jadi orang-orang di sekitar kita tau apa yang kita rasakan.

Merenung dan mendiamkan diri sejenak.
Ada satu hal yang saya petik dari pengalaman saya kemarin, bahwa bagaimanapun kondisi mood kita, seberapa besar pun rasa kecewa kita, life must goes on. Kita tidak bisa menyalahkan keadaan, orang lain, pun diri kita sendiri sampai berlarut-larut. Semua sudah terjadi dan tidak mungkin dikembalikan. Hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah mengembalikan semangat kita lagi, dan menjalani sisa hari kita dengan sebaik-baiknya. Kita boleh jadi telah merusak satu momen dalam hari ini, namun bukan berarti kita tidak bisa mengakhirinya dengan indah, kan? Banyak hal yang bisa mengembalikan mood kita, misalnya mendengar lagu kesukaan, membaca bacaan yang ringan, menonton, mengingat momen-momen terbaik dalam hidup kita, dan banyak lagi hal yang bisa kita lakukan. Jangan pernah membiarkan perasaan kecewa menjadi berlarut-larut. Wake up! You still have your moments!

Oke Dreamers, saya udah merasa agak baikan nih, hehehe. Makasih ya sudah menyempatkan waktu membaca curhatan saya hari ini. See you soon! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar