Link

Rabu, 14 Mei 2014

Sobat Bumi Indonesia Engagement Program 2014: Mengenal Pertamina Lebih Dekat (4)

Dear Dreamers!

Wah, perjalalan kita udah semakin seru aja, nih! Oke deh, mari kita lanjutkan petualangan kita!

7 Mei 2014: Perjalanan Dilanjutkan!

Pukul 05.30 saya sudah berkemas dengan rapi dan membawa barang saya menuju restoran. Yup, pagi ini kami harus check out dan meneruskan perjalanan kami.

Restoran masih sangat sepi saat saya membuka pintu dan melangkah menuju meja prasmanan. Hanya ada Mas Fathii (Pertamina Foundation), Mbak Mellinda (Sobi Surabaya), dan Mbak Mega (Sobi Bogor) yang merupakan teman sekamar. Menu sarapan hari ini cukup beragam. Ada nasi goreng, nasi putih, berbagai macam lauk, omelet, dan roti tawar. Saya memilih roti tawar dengan selai cokelat serta secangkir teh hangat untuk sarapan hari ini. Sambil mengoles selai di atas roti, rekan-rekan Sobi yang lain mulai berdatangan, termasuk Kak Alfian teman sekamar saya.

Pukul 07.00 kami check out dari penginapan. Sebelum meluncur ke tujuan berikutnya, kami menyempatkan diri bergaya di depan kamera. Bus pun meluncur meninggalkan penginapan.



Tujuan kami yang pertama adalah unit usaha binaan Pertamina di Indramayu. Jadi, sebagai bentuk kontribusi Pertamina bagi kesejahteraan masyarakat, CSR Pertamina mengadakan program binaan kepada masyarakat dengan membantu mereka dalam mengembangkan usahanya. Dalam program ini, Pertamina bekerja sama dengan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor.

Pukul 08.00, kami tiba di usaha peternakan bebek di Kampung Arab. Usaha peternakan ini telah berjalan sejak November 2013 dengan modal awal 10 ekor induk. Kini, peternakan telah memiliki 99 ekor bebek. Diakui pemilik peternakan, sejak merintis usaha ini, beliau menjadi lebih tekun dalam mengelola modal yang dimilikinya agar bisa menghasilkan keuntungan maksimal. Tantangan terberat adalah bagaimana menjaga bebek-bebek ini dari serangan predator. Untuk menyiasatinya, dipasanglah sejumlah jebakan bagi predator—biasanya Musang. Metode ini berhasil menjerat sejumlah Musang yang hendak memangsa bebek.






Setelah berkunjung ke peternakan bebek, kami berkunjung sentra pembuatan terasi, tak jauh dari kampung Arab. Aroma khas terasi udang memenuhi penciuman kami ketika masuk ke area pembuatan. Saya sempat melihat proses pengemasan terasi, bentuknya seperti dodol. Pemilik usaha mengaku, sejak mendapat binaan dari Pertamina, usaha beliau menjadi lebih berkembang. Beliau menjadi lebih paham bagaimana mengelola keuangan dan memasarkan produk ke area yang lebih luas. Saat ini, terasi bikinan Kelompok Usaha Tiga Putra ini telah merambah kawasan sekitar Indramayu, bahkan hingga luar Jawa.




Waktu telah menunjukkan pukul 09.00. Perjalanan kami lanjutkan ke sentra oleh-oleh khas Indramayu Kelompok UMKM ‘Patra Pamula’. Pemilik dan beberapa staf menyambut kami dengan ramah. Sayangnya, saya tidak sempat menyimak dengan jelas penuturan beliau karena toko oleh-olehnya tidak terlalu besar, sedangkan kami datang dengan rombongan yang cukup besar. Saya melihat produk-produk yang dijual di etalase, antara lain bawang goreng, kerupuk udang, kerupuk bonggol pisang, kue kembang goyang, kue kembang kelapa, kue kaktus, keripik pisang, sirup mangga, dan rengginang. Lalu seperti biasa, aksi foto-foto meramaikan suasana pagi itu. Setelah agak sepi, saya pun menyempatkan diri melihat-lihat isi toko. Memang tempatnya tidak terlalu besar, namun dari tempat kecil ini berkembang sebuah usaha yang telah menjadi tulang punggung bagi masyarakat di sekitarnya. Saya pun menyempatkan diri berfoto dengan ibu-ibu pemilik usaha. Yang membuat saya terkejut, ternyata toko oleh-oleh ini memberikan kami souvenir berupa 1 dus oleh-oleh khas Indramayu kepada seluruh peserta. 1 dus 1 orang! Terang saja kami girang bukan kepalang, karena kami tidak perlu lagi mencari oleh-oleh untuk dibawa pulang.




Perjalanan kami lanjutkan. Kali ini kami berkunjung ke Wilayah Operasi Hulu/Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, Cirebon. Kami mendapat pemaparan materi seputar aktivitas di Jatibarang field. Di sini terdapat sumur minyak yang hasilnya akan didistribusikan ke RU VI Balongan. Saat ini, cadangan minyak di Jatibarang sudah hampir habis, sehingga aktivitas saat ini tinggal mengoptimalisasi cadangan minyak yang tersisa. Cukup banyak hal-hal teknis yang dijelaskan, misalnya jenis minyak yang dihasilkan, alur distribusi minyak, serta daerah pengoperasian. Kunjungan kami teruskan langsung ke area sumur minyak. Di sini, kami mendapat penjelasan seputar kegiatan yang berlangsung di sumur minyak.












Pukul 12.00, kami mengakhiri kegiatan kunjungan dan menikmati santap siang. Pukul 12.30, kami bersiap kembali ke Jakarta. Namun sebelumnya, kami singgah dulu di Masjid Islamic Center Kota Cirebon untuk menunaikan shalat Dzuhur. Setelah itu, kami bergegas menuju ke stasiun KA Cirebon. Lagi, sesi foto-foto mengisi waktu kami yang masih 30 menit menjelang keberangkatan ke Jakarta. Pukul 15.00 kereta Argojati berangkat menuju Jakarta.





Pengurus Sobi Bali-Nusra
 Foto Departemen PSDM



Perjalanan kami diisi dengan perbincangan ringan, sesi foto-foto, serta kembali berbagi oleh-oleh. Kali ini, giliran saya beraksi mengambil Manjareal dan permen susu lalu menyebarkannya ke seluruh teman-teman di gerbong kereta. Alhamdulillah, ‘dagangan’ saya ‘laku’ terjual, hehehe. Banyak yang menanyakan tentang oleh-oleh yang saya bawakan, terutama manjareal yang baru pertama kali saya bawakan. Rata-rata merasa unik dengan bentuknya yang khas, ada juga yang kebingungan cara memakannya. Bahkan Kak Arif (Sobi Samarinda), teman duduk saya selama perjalanan pulang sampai ketagihan dengan manjareal karena rasanya yang khas.




Pukul 19.00, kami tiba di stasiun Gambir. Selanjutnya, kami diantar bus kembali ke Pertamina Simprug Residence. Kami menikmati makan malam dulu sebelum kembali ke kamar masing-masing. Usai membereskan barang di kamar, saya mengundang beberapa teman ke kamar saya untuk minum susu kuda liar dan mencicipi madu Sumbawa. Awalnya, teman-teman saya agak ragu-ragu mencicipinya. Setelah mencicipi sedikit, ekspresi teman-teman saya benar-benar lucu karena rasa susu kuda liar memang unik. Untuk menetralisir rasa susu, saya menyodorkan madu yang saya bawa. Nah, kalau yang ini semua merasa gembira.
 Ki-ka: Kak Aga (Riau), Kak Alvin (Bandung), dan Kak Arif (Samarinda)
lagi nyicipin susu kuda liar
Kami lalu menghabiskan waktu dengan bercengkerama sambil menyaksikan acara tv. Sambil bercengkerama, saya menjelaskan tentang susu kuda liar dan madu Sumbawa yang memang menarik perhatian teman-teman saya. Ternyata banyak dari mereka yang salah mengartikan kata ‘liar’ dari produk ini. Mereka mengira kuda yang diambil susunya itu kuda yg hidup di hutan liar. Padahal, makna ‘liar’ di sini artinya kuda-kuda tersebut dilepaskan di padang rumput untuk mecari makan sendiri, agak berbeda dengan kuda kebanyakan yang biasanya diberi makan di kandang.
Pukul 21.00, saya mengakhiri aktivitas hari ini. Memang sangat padat dan melelahkan, namun saya sangat menikmati rangkaian kegiatan hari ini. Hmmm… saya menerawang menatap langir-langit kamar. Ini adalah malam terakhir kebersamaan kami di Jakarta. Sebersit kesedihan hinggap di hati saya. Waktu berpisah sebentar lagi…
Well, besok adalah hari terakhir kami di Jakarta. Seperti apa keseruannya? Ikuti postingan berikutnya yaaa!!! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar