Link

Rabu, 30 April 2014

Rumput Laut dan Surabaya (2)



Dear Dreamers!

Hari ini saya akan melanjutkan kisah perjalanan saya selama di Surabaya. Check list out!

25 April 2014: Surabaya, I’m Coming!
Singkat cerita, tanggal 24 April malam, tepatnya malam Jumat, dengan agak terburu-buru saya meninggalkan Sumbawa menuju Surabaya. Jadi, malam itu saya berangkat ke Mataram menggunakan bus Damri. Nah, di Sumbawa, normalnya Damri baru tiba pukul 10 malam. Tapi malam itu, Damrinya datang jam setengah 8. Jadilah saya yang tadinya masih pengen update status ‘selamat tinggal’ malah hampir tidak sempat makan malam. Diiringi lambaian tangan dari kedua orang tua dan keluarga, bus Damri melaju membawa saya menuju tujuan perjalanan saya kali ini.

 Alhamdulillah, malam itu cuaca cerah, sehingga perjalanan saya tidak mengalami hambatan yang berarti. Pukul 01.30 Wita, saya tiba di pol Damri dengan selamat. Karena bus yang akan saya tumpangi ke bandara adalah bus pukul 06.00, maka sisa waktu yang ada saya gunakan untuk memperbaiki beberapa bagian slide power point saya yang belum beres, membaca materi presentasi, dan akhirnya mencoba tertidur di kursi tunggu—walaupun tak kunjung terlelap.

Pukul 04.30, azan Subuh berkumandang di seantero kota Mataram. Saya segera mengambil air wudhu dan menghadapkan wajah kehadirat-Nya. Usai menunaikan shalat subuh, saya menikmati sebungkus nasi balap untuk mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan. Pukul 06.00, bus tujuan bandara tiba, dan membawa saya menuju Bandara Internasional Lombok (BIL).

Suasana bandara telah ramai saat itu. Saya bergegas memasuki bandara dan menuju bagian check in. baru saja saya mengambil koper dari bagian pemeriksaan barang, seorang pria berseragam mengambil koper saya lalu membawanya ke sebuah mesin pembungkus plastik, lalu sekonyong-konyong ‘menodong’ tarif Rp40.000. Saya sempat kebingungan sejenak, lalu membayar saja jasa yang sebenarnya tidak saya butuhkan. Ooh, jadi ini maksud Ibu saya dengan ‘hati-hati dengan barang bawaanmu’. Mungkin, karena saya seorang diri dan tampak kebingungan saat memasuki bandara, oknum-oknum seperti ini langsung ‘menodong’ penumpang tanpa tedeng aling-aling. Sebuah pelajaran berharga bagi saya kalau di kemudian hari akan mengulangi perjalanan seperti ini.

Waktu baru menunjukkan pukul 07.25 saat saya memasuki boarding room, sedangkan pesawat saya baru terbang pukul 08.10. Waktu yang tersisa saya gunakan untuk latihan presentasi dan merekam suara saya sehingga bisa didengarkan lagi di waktu senggang. Saat itulah, saya melihat Dion Wiyoko memasuki boarding room BIL. Gosh!!! Saya hanya memekik dalam hati. Yah, walaupun saya tidak terlalu ngefans, sosok artis tetap saja menarik untuk dilihat. Penampilannya lebih natural ketimbang yang sering saya lihat di tv. Sayang, saya tidak sempat mengambil gambarnya karena pesawat saya keburu berangkat.

Pukul 08.45 Wib saya tiba di Bandara Juanda dengan selamat. Yeay!!! I’m in Surabaya!!! Rasanya senang sekali. Inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Kota Pahlawan. Cuaca di Surabaya cukup terik, mirip dengan di Sumbawa. Saya bergegas mengambil barang bawaan saya di pengambilan bagasi dan menunggu Mas Afirzal—sahabat saya dari Sobat Bumi Surabaya—menjemput. Beberapa hari sebelum berangkat, saya sudah mengontak beberapa teman Sobat Bumi di Surabaya, dan Alhamdulillah mereka bersedia menemani saya selama di Surabaya.

Beberapa saat kemudian, Mas Afrizal muncul di pintu kedatangan. Mengendarai sepeda motor, kami meninggalkan bandara menuju kediaman Mas Afrizal di Sidoarjo.

 Sebelum naik pesawat

Sampai di Juanda

Suasana di bandara Juanda


Perjalanan Dimulai!
Selepas shalat Jumat—saya agak terkejut saat mengetahui azan Jumat di sini ternyata pukul 11.30—kami melaju ke Surabaya. Tujuan pertama kami yaitu mall Hitech untuk membeli beberapa titipan Bu Dwi dan Bu Maya. Di sana, saya bertemu dengan Mas Fery, sahabat Sobat Bumi lainnya. Kami lalu sibuk menyusuri toko-toko, mencari barang dengan harga penawaran terendah.

Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 16.05 saat kami meninggalkan Hitech, terlambat menuju gedung Sistem Perkapalan ITS untuk menghadiri technical meeting. Syukurlah saya sudah mengkonfirmasi keterlambatan saya ke panitia.

Menyusuri jalanan Surabaya ternyata tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Gedung-gedung megah berdiri kokoh di sepanjang jalan; banyak monumen, taman, dan pusat perbelanjaan; serta tentu saja kemacetan menemani perjalanan saya.

Sekitar pukul 16.45, kami—saya, Mas Afrizal, dan Mas Fery—tiba di gedung Sistem Perkapalan ITS. Kami sempat kebingungan mencari gedungnya karena letaknya ternyata di areal belakang kampus. Saya segera melakukan registrasi dan mengikuti technical meeting, yang sebenarnya tinggal menyisakan sesi tanya jawab. Saat itu, saya mengkonfirmasi kalau saya akan menginap di rumah Mas Afrizal—panitia telah memfasilitasi finalis dengan asrama—dengan pertimbangan agar lebih mudah mengeksplorasi Surabaya.

 Pemandangan di beberapa titik Surabaya







Dinner in Royal Plaza
Malam harinya, saya diajak makan malam di Royal Plaza, yang diklaim Mas Fery sebagai ‘mall-nya anak-anak UNESA’ karena jaraknya dekat dengan kampus. Ternyata benar, sepanjang jalan menuju area food court, saya kerap kali menjumpai gerombolan mahasiswa sedang menyusuri mall.

Malam itu, saya juga kedatangan Mas Reyhan dan Mas Dhani, anggota Sobat Bumi Surabaya lainnya. Kami menikmati makan malam sambil berbincang berbagai hal. Sayangnya, keempat rekan saya itu lebih nyaman berbahasa Jawa, sehingga saya hanya bisa mengira-ngira arah pembicaraan mereka.

Pertemuan malam itu kami akhiri pukul 21.00. Hujan mengguyur kota sepanjang perjalanan pulang. Waktu menunjukkan pukul 21.45 saat kami tiba di rumah. Setelah menunaikan shalat isya, saya langsung terlelap di tempat tidur, mengakhiri perjalanan hari ini untuk menghadapi misi besar saya keesokan harinya.

To be continued…


 
Mas Fery dan Mas Afrizal, tour guide saya di Surabaya.
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar