Dear Dreamers,
Kali ini saya ingin berbagi cerita dengan kalian semua. Saya
berharap cerita saya hari ini bisa membakar semangat Dreamers semua agar tetap
percaya pada mimpi dan selalu berusaha mewujudkannya.
Saya lahir dan besar di Sumbawa Besar, sebuah kota kecil di
pulau Sumbawa. Sebagai seorang anak daerah, keseharian saya tidak akrab dengan
gemerlap malam, bangunan megah, pusat perbelanjaan mewah, ataupun pusat perkembangan
ilmu pengetahuan. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dunia terkini, saya
lebih banyak mengetahuinya dari buku, media massa, atau yang paling modern saat
ini ya lewat Mbah Google yang serba tau, hehehe. Tapi untuk bisa menyentuh dan
merasakan secara langsung masih menjadi mimpi yang sedang berusaha untuk
diwujudkan. Contoh paling sederhana, untuk beli buku pegangan kuliah atau novel
aja saya harus nitip lewat sahabat saya di Jember, karena di sini belum ada
toko buku sekelas Gramedia dkk.
Mengetahui kondisi yang serba dalam keterbatasan ini, tentu
saya juga ingin mencari tempat yang lebih baik (baca: lingkungan pendidikan).
Karena itulah saya sudah pasang target sejak jauh-jauh hari untuk bisa
melanjutkan studi di Jawa, bahkan luar negeri (untuk studi pasca sarjana). Saat
itu, Jogjakarta menjadi kota incaran saya, dengan alasan penduduknya ramah,
kotanya cantik dan antik, biaya hidup murah, banyak tempat wisata, pusat
edukasi, dan lain sebagainya (yang hampir semua informasi tersebut saya temukan
di Mbah dan pengalaman orang-orang yang sudah lebih dulu ke Jogja, hehehe).
Tapi... Allah rupanya punya rencana lain untuk saya. Saya
‘ditahan’ untuk tetap di Sumbawa, melanjutkan studi di Universitas Teknologi
Sumbawa (kampus saya tercinta yang setiap saat selalu memberikan saya kejutan
yang tidak pernah biasa) dan akhirnya pilihan saya berlabuh di jurusan
Bioteknologi. Saya sempat down beberapa minggu karena mimpi ke Jogja nggak
kesampaian. Apalagi sekolah di Sumbawa dalam pemikiran saya saat itu akan ‘ketinggalan
zaman’ karena minimnya sarana penunjang, seperti toko buku, laboratorium, dan
perpustakaan. Meskipun begitu, saya bersyukur karena kedua orang tua saya selalu mendukung
dan membesarkan hati saya.
Lucunya, saya sempat minder juga pas awal-awal kuliah. Masa’ udah di kota kecil, kampusnya di dalam
desa lagi, pikir saya waktu itu (maafkan mahasiswamu yang masih polos ini,
Dr.Zul). Tapi, lama kelamaan perasaan minder itu hilang dengan sendirinya dan berganti
rasa bangga, sampai akhirnya saya bisa berdiri dengan kepala tegak di hadapan
mahasiswa dari kampus lainnya.
Kenapa??? Karena ada sejuta kejutan dari kampus di balik
Olat Maras ini. Meskipun lokasinya terisolir dari keramaian, namun suasana ini
justru membuat saya fokus untuk belajar. Keheningan seringkali menghadirkan
ide-ide tak terduga, serta mendatangkan ketenangan tersendiri dalam batin saya.
Pada akhirnya, saya justru semakin termotivasi untuk membuktikan bahwa dari
balik bukit ini, suatu hari nanti akan lahir pemikir-pemikir besar dunia. Suatu
hari nanti Sumbawa pasti akan sejajar dengan kota-kota besar yang ada, tidak
hanya di Indonesia, bahkan dunia.
Alhamdulillah, sekali lagi Allah menunjukkan jalan-Nya untuk
saya. Saya berhasil diterima dalam program magang riset, kerja sama dengan
National Institute for Material Science di Tsukuba, Jepang (lengkapnya baca di
sini). Saya menyadari keberhasilan ini bukanlah untuk saya saja, tapi juga
menjadi stimulan untuk teman-teman saya di FTB, teman-teman mahasiswa UTS,
bahkan untuk masyarakat Sumbawa juga. Saya berharap keberhasilan ini bisa
menjadi pendorong kemajuan pendidikan di Sumbawa. Anak-anak Sumbawa nggak kalah
dengan anak-anak daerah lain.
Saya berterima kasih kepada Rektor saya, Dr.
Zulkieflimansyah, yang senantiasa mendukung langkah mahasiswanya untuk ‘terbang’
melintasi dunia. Saya juga berterima kasih kepada Dekan saya, Pak Arief Budi
Witarto, PhD, yang telah membukakan salah satu jendela dunia untuk kami,
mahasiswa FTB. Juga kepada Bu Dwi dan Bu Maya, dosen kami yang tidak pernah
lelah memberikan kami semangat untuk terus belajar dan berprestasi. Tidak lupa
teman-teman saya tercinta di FTB UTS yang selalu menjadi ‘buku bergerak’ yang
baik sehingga saya bisa belajar di mana saja dan kapan saja dari kalian semua.
Akhir kata, di mana pun Dreamers berada, jangan pernah
menyerah menggapai mimpi kalian. Percaya pada tangan Tuhan, Dia tau apa yang
terbaik untuk kita semua J.
Foto-foto (credit to my beloved classmates : Cendra, Arif, Yuli, Asma, Cindy for taking very nice pictures)
Menuju kampus
Melintasi hutan jati
Menelusuri jalan kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar