Link

Minggu, 30 Maret 2014

Ketika Jendela Dunia Mulai Tersibak

Dear Dreamers,

Kamis, 27 Maret 2014 menjadi hari yang sangat bersejarah untuk saya. Saya sampai bingung nih mau nulis apa, hehehe. Kalo diingat-ingat rasanya masih nggak percaya, cuma bisa tertegun, speechless. Baiklah, mari kita flashback sejenak. Semoga kebahagiaan saya juga bisa menjadi kebahagiaan Dreamers di sini J.

Sore itu, saya diberitahu Bu Dwi (Kepala Program Studi Bioteknologi UTS) kalau saya dan bapak saya diundang Pak Arief (Dekan Fakultas Teknobiologi UTS) untuk skype-an di mess dosen Panto Daeng karena beliau sedang berada di Jepang. Saya sudah menduga dari awal kalau ini ada hubungannya dengan aplikasi magang riset saya, tapi saya tidak punya prasangka apa-apa tentang isi pembicaraan yang akan disampaikan.


Malam harinya, saya dan Bapak tiba di mess dosen pukul 19.30 Wita disambut Bu Dwi dan Bu Maya (Sekretaris Program Studi Bioteknologi). Kami sempat berbincang-bincang sejenak sembari menunggu Pak Arief.

Beberapa saat kemudian Pak Arief mengontak kami. Beliau menyapa saya dan Bapak sembari menanyakan kabar. Duuuh...rasanya jadi tegang banget. Koneksi internet yang sempat gangguan malah bikin saya tambah tidak tenang (rasanya seperti menunggu vonis hakim sidang >.<).

Pak Arief rupanya ingin membahas mengenai aplikasi magang riset saya ke Jepang, persis seperti dugaan saya sebelumnya. Agak mengagetkan juga, karena sebelumnya diinfokan kalau hasil seleksi baru akan dirilis bulan April. Sepanjang penjelasan Pak Arief, saya hanya memasang muka datar, karena saya belum tau akan bermuara ke mana akhir pembahasan beliau.

Intinya, Pak Arief tidak berekspektasi tinggi kalau aplikasi saya akan diterima, karena dari semua mahasiswa Indonesia yang pernah diajukan aplikasinya, bisa dibilang saya yang paling ‘anak bawang’. Mahasiswa yang pertama kali dikirim (2011) adalah mahasiswa S1 semester akhir. Mahasiswa kedua (2012) adalah mahasiswa S2, dan yang ketiga (2013) adalah mahasiswa S3. Saya? Mahasiswa S1 semester 2, yang notabene belum genap setahun duduk di bangku kuliah! Jadi, bukan perkara mudah untuk mendapatkan beasiswa riset ini.

Walaupun demikian, saya sangat tersentuh dengan upaya keras Pak Arief dan Dr. Tomohiko Yamazaki (Visitting Professor FTB UTS dari National Institute for Material Science, tempat aplikasi magang riset saya diajukan) yang telah memberikan kesempatan kepada kami, mahasiswa FTB UTS untuk mencoba mengikuti seleksi aplikasi ini. Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi kami untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya di bidang riset ilmiah yang memang belum pernah kami dapatkan sebelumnya.

Jadi saya sangat mengerti jika ternyata belum diterima dalam program magang riset ini. Bagi saya, bisa mengikuti seleksi ini saja sudah sangat patut untuk disyukuri, karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama dengan saya.

Kembali ke perbincangan skype.

“Hari ini hasilnya sudah keluar. Hasilnya...” kalimat Pak Arief terputus, entah karena koneksinya yang lemot atau memang ingin menciptakan kesan menegangkan ala kuis di tv. Pokoknya gue udah ikhlas deh kalo belum keterima, ucap saya dalam hati.
Jreeng... jreeng...!!!

“Alhamdulillah... lamaran kita diterima,” kata Pak Arief akhirnya.

Bu Dwi dan Bu Maya yang ada di sebelah saya spontan mengucap syukur, diikuti Bapak. Namun, saya masih tertegun menatap layar laptop, dan kata-kata Pak Arief barusan terus terngiang di telinga saya. Subhanallah, gue keterima!!!

Saya hanya mengatupkan kedua tangan ke wajah. Benar-benar nggak nyangka. Saya diterima dalam program riset National Institute for Material Science Tsukuba, Jepang!!! Benar-benar WOW untuk kejutan malam ini :’)

Selanjutnya Pak Arief menjelaskan persiapan apa saja yang harus saya lakukan sebelum keberangkatan pada bulan Desember atau Januari 2015 mendatang. Intinya, saya harus memperbanyak latihan riset di laboratorium. Pak Arief juga menuturkan akan mengajak saya untuk latihan riset di Jakarta pada bulan Agustus, mengingat skill riset saya yang masih dasar. Yaahh, tugas ke depan tentu akan sangat padat dan lebih menyita waktu. Namun saya yakin, semua ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk saya ke depannya.

Sesampainya di rumah saya langsung sujud syukur di kamar. Ini benar-benar hadiah yang luar biasa dari Allah. Keberhasilan ini bukan hanya untuk saya pribadi, tapi juga untuk teman-teman serta staf dosen di FTB, untuk semua orang di kampus, bahkan untuk semua masyarakat Sumbawa. Saya berharap terbukanya satu sisi jendela dunia ini akan menjadi jalan bagi saya untuk menjadi manusia yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara.

Oke Dreamers, itulah sedikit cerita saya hari ini. Semoga dapat menjadi motivasi bagi Dreamers semuanya untuk selalu semangat dalam mengejar mimpi dan cita-cita.

Salam,

Fahmi Dwilaksono

Foto-foto (oleh Bu Maya):

Mendengarkan penjelasan Pak Arief

Tegang saudara-saudara :D



Alhamdulillah keterima :')

Mendapat wejangan dari Bu Dwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar