Link

Sabtu, 28 November 2015

Day 3: Edisi Petualanagan: 4 NEGARA 1 TUJUAN (Mt. Tsukuba)

Sabtu, 21 November 2015

Assalammualaikum
Ohaiyo gozaimasu minna san, Ogenki desu ka?
Selamat pagi semuanya, apa kabar?
Kaalai Vanakkam, Neenga Eppadi Iyukkeenga?
Selamat pagi semua, apa kabar?
Bonjour, comment allezvous?

Wih, 5 bahasa ya.. Hehehe :D
Well dreamers, wishing all of you are in the good shape J





Kali ini saya akan menceritakan mengenai petualangan di hari ketiga kami berada di Jepang. Dreamers jangan envy yaaahh, semoga Allah SWT memberikan kesempatan yang lebih luar biasa kepada pembaca setia di lain waktu. Aamiin J

Hari kerja saya dan Indah di NIMS adalah Senin-Jum’at dimulai pukul 08.30 a.m – 05.00 p.m. Hari ini hari Sabtu, it means Holiday! Baru hari ketiga sudah libur, hehehe, Alhamdulillah.

Berdasarkan laporan cuaca hari ini (Sabtu, 21 November 2015) wilayah Tsukuba dan sekitarnya terang benderang alias cerah. Oleh karena itu, Kak Norhidayah (teman kantor di NIMS asal Malaysia) mengajak kami untuk “muncak” ke Mt. Tsukuba. Sebagai orang baru di Kota Science Jepang ini kami tentunya menerima tawaran menarik ini. Sudah jauh-jauh merantau ke Negeri Sakura ini masa hanya mendekam di apartemen. Kalau begitu mah di Indonesia juga bisa tidak perlu jauh-jauh ke Jepang. Hihihi ^_^

Kami berdua (Cindy dan Indah) ternyata tinggal di apartemen yang sama dengan Kak Norhidayah, di Ninomiya House. Nah, sesuai janji kami kemarin, kami akan bertemu pukul 07.30 a.m di lobi apartemen. Setelah sarapan saya dan Indah bergegas turun ke lobi khawatir Kak Norhidayah sudah menunggu kami. Meski sudah buru-buru ternyata belum ada siapapun di lobi. Syukurlah, tidak enak kalau Kak Norhidayah yang menunggu kami. Tidak beberapa lama Kak Nor—sapaan akrab kami untuk Kak Norhidayah—muncul bersama seorang perempuan dengan aksen wajah seperti orang Arab. Perempuan tersebut juga akan ikut berpetualang bersama kami. Namanya Hana, dia berasal dari Prancis.

Hi, I’m Hana, I’m from France. But actually I was born in Arabian and I growth in France”
“Hi, I’m Cindy and I’m Indah, we are from Indonesia” balas perkenalan dari saya dan Indah.
Wah, Mrs. Hana kece banget. Hehehe.


Perjalananan menuju Mt. Tsukuba
(Perjalanan menuju Tsukuba Center)
                Usai perkenalan kami pun memulai perjalanan menuju Stasiun Bus Tsukuba Center. Nah dreamers, untuk bisa sampai di Mt. Tsukuba, dari Ninomiya House kami harus berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit menuju Tsukuba Center, jaraknya mungkin sekitar 3 km, #i’m not really sure. Setelah itu dari Tsukuba Center perjalanan dapat ditempuh  menggunakan shuttle bus menuju Mt. Tsukuba. Ada dua pilihan tiket bus. Pertama, one way (sekali perjalanan) 720 yen (dewasa)/  360 (anak-anak) rutenya Tsukuba Center—Tsukubasan Jinja Iriguchi dapat ditempuh selama 36 menit. Rute kedua adalah dari Tsukuba Center—Tsutsujigaoka (50 menit), 870 yen (dewasa)/440 (anak-anak) sekali perjalanan.
                Kami memilih tiket round trip (pulang pergi) untuk tiket kedua. Sehingga masing-masing orang harus membayar sebesar 1.740 yen. Kak Nor memesankan tiket untuk kami berdua. Antrian di Tsukuba Center untuk shuttle bus tujuan Mt. Tsukuba hari itu benar-benar panjang. Nampaknya memang hari Sabtu dengan cuaca cerah tersebut adalah pilihan terbaik untuk melihat warna warni Jepang dari puncak Mt. Tsukuba. Armada shuttle bus dengan tujuan Mt. Tsukuba nampaknya ditambah. Di hari normal shuttle bus beroperasi setiap 30 menit sekali. Tapi hari itu mungkin hanya selang 10 menit setelah keberangkatan shuttle bus lainnya sudah muncul.
(Antrean di Loket Pembelian Tiket menuju Mt. Tsukuba)
                Di Tsukuba Center kami bertemu dengan seorang teman yang turut ikut berpetualang bersama kami ke Mt. Tsukuba. Mr. Shan, teman kantor kami ternyata beliau juga ikut. Saya kira laki-laki asal India yang tengah menempuh Post Doctoralnya ini hanya sekedar memberikan kami informasi bus saja kemarin di kantor karena beliau sudah pernah ke Mt. Tsukuba sebelumnya. Yeay, petualangan kami nampaknya akan sangat menarik. Setelah mengenggam tiket kami pun mengantre untuk mendapatkan bus. Tidak lama petualangan kami pun dimulai.
Sekilas saya memperhatikan antrean di loket penjualan tiket semakin panjang saja. Antrean ini adalah salah satu hal yang saya sukai dari negeri sakura ini. Setiap orang tidak peduli tua muda mengantre dengan rapi dan sabar menunggu gilirannya. Tidak ada main rusuh atau berebut sama sekali. Wah, rasanya saya dan Indah diajarkan untuk menjadi orang baik di sini. Karena kami saat di Indonesia jarang sekali membuat antrean yang rapi seperti ini.


Empat Negara Satu Tujuan
Nampaknya dreamers sudah bisa menebak maksud dari judul tulisan ini. Sepertinya begitu pula dengan maksud 5 bahasa dari negara berbeda di atas. Hehehe. Yap, kami berlima berasal dari 4 negara berbeda. Indonesia (Cindy dan Indah), Malaysia (Kak Nor), Prancis (Mrs. Hana), India (Mr. Shan). Hari ini kami berdua memiliki satu tujuan yang sama yakni berpetualang menuju Mt. Tsukuba untuk melihat warna-warni negeri Sakura tersebut dari ketinggian.
Mr. Shan, Mrs. Hana, Kak Nor, Indah dan Cindy (belakang ke depan) 

Perjalanan yang diperkirakan hanya ditempuh selama 36 menit (kami akan berhenti di Tsukubasan Jinja Iriguchi) nampaknya menjadi lebih lama. Mt. Tsukuba mendapatkan banyak tamu hari ini. Macet tidak dapat dihindari karena banyaknya pengunjung. Huhuhu tapi macetnya tidak membuat bosan karena kami bisa melihat pemandangan pohon-pohon yang tidak lagi berwarna hijau.
                Sesuai saran dari Mr. Shan, kami memilih turun Tsukubasan Jinja Iriguchi. Mr. Shan mengatakan bahwa kami dapat mencoba semua fasilitas yang ditawarkan oleh gunung tersebut. Saya jadi penasaran dengan fasilitas tersebut. Hehehe
Indah sedang mencuci tangan
                Dari Tsukubasan Jinja Iriguchi kami harus berjalan kaki sepanjang 500 m. Nah di gunung tersebut terdapat sebuah candi. Uniknya sebelum memasuki wilayah candi tersebut pengunjung harus membasuh tangan mereka dengan air yang sudah disediakan di luar pekarangan candi. Pantas saja candi tersebut ramai karena memang menawarkan view yang unik sebagai background foto. Saat tengah asyik berfoto, seorang nenek-nenek menyapa saya dan Indah. Nenek tersebut langsung menanyakan apakah kami dari Indonesia atau Malaysia.
Subhanallah, hanya ada dua negara yang disebut nenek tersebut. Beliau menandainya karena kami menggunakan jilbab.
“Watashi wa Indonesia jin desu” jawab kami.
Nenek tersebut menganggung dan tersenyum sambil menunjuk jilbab kami. Ada perasaan bangga yang menyelimuti hati saya saat itu. Bagaimana hijab adalah sebuah penanda bagi seorang akhwat agar dapat dikenali. Alhamdulillah, kami seperti dihormati di sini. Semoga tetap istiqomah ya ukhti. #yukhijrah J

Indah berfoto di depan Tsukubasan Shrine
Sepanjang perjalanan 500 meter tersebut kami berlima ditemani oleh indahnya warna-warni pohon yang telah berubah warna. Merah, kuning, Orange, begitu rata-rata warna pohon di sana. Masya Allah, indah sekali. Setelah berjalan 500 m, kami akhirnya sampai di stasiun cable car. Kereta dengan teknologi canggih yang dapat membawa pengunjung menuju puncak Mt. Tsukuba dengan cepat. Untuk dapat menggunakan fasilitas tersebut kami harus membeli tiket dengan harga 580 yen (dewasa)/ 290 yen (anak-anak) untuk sekali perjalanan. Kami berlima membeli tiket one way, karena nanti saat turun kami akan menggunakan fasilitas lain. Hohoho :D
(Warna-warni dedaunan di Mt. Tsukuba)
Cable car ini beroperasi setiap 20 menit sekali. Ada yang menarik dari petualangan menggunakan cable car ini. Di pertengahan rutenya terdapat jalur separasi antara cable car yang membawa penumpang menuju ke atas gunung dan cable car yang membawa penumpang kembali. Di jalur separasi tersebut kedua cable car selalu bertemu. Hal ini mengundang sedikit kepanikan sekaligus kekaguman pada penumpang. Panik karena takut akan tabrakan dan kagum karena kedua cable car tersebut dapat saling mengindari dengan berganti jalur. Wah, sugooiiii ne!

Cable car (kiri) dan Jalur Separasi Cable car (kanan)
Petualangan menggunakan cable car berhenti di Tsukuba –Sancho Station di atas Mt. Tsukuba dengan jarak 2 km selama 8 menit. Nah, dari Tsukuba –Sancho Station kita cukup berjalan beberapa menit untuk sampai ke Miyukigahara. Di Miyukigahara kita bisa duduk bersantai sejenak. Bagi yang ingin berburu suvenir atau makan, di Miyukigahara inilah teman-teman dapat membelinya. Di tempat ini ada kedai makanan dan juga beberapa kedai suvenir dari Mt. Tsukuba. Eitz, bagi yang muslim disarankan membawa bekal sendiri ya, lagi pula harga makanan di sini mahalll. Untuk urusan suvenir di sini banyak sekali tersedia suvenir khas dari Mt. Tsukuba. Teman-teman akan banyak sekali menjumpai oleh-oleh dengan ikon katak. Loh, kok katak? Hihihi, sabar dulu ya, jawabannya di bagian bawah cerita ini.
Hari itu Kak Nor membawa bekal, sedangkan kami dan yang lainnya tidak. Eh tapi Mrs. Hana juga membawa bekal. Kak Nor membuat masakan Malaysia, bentuk dan rasanya seperti perkedel jagung di Indonesia, tapi versi jagung sedikit dan ditambah ikan teri. Kami menyantap bekal yang dibawa Kak Nor sambil melihat pemandangan negeri sakura tersebut dari atas. Umm, yummy!

(Pemandangan dari Miyukigahara)
Tsukuba Watching from Top of Nyotaisan
                Usai menyantap makanan makanan melanjutkan petualangan kami. Mr. Shan mengajak kami berempat menuju puncak tertinggi Mt. Tsukuba. Top of Nyotaisan (877 m) menjadi puncak tertinggi dari Mt. Tsukuba karena 6 m lebih tinggi dari Top of Nantaisan (871 m). Jadi dreamers, Mt. Tsukuba memiliki dua puncak, yakni Nyotaisan (yang paling tinggi) dan Nantaisan. Teman-teman bisa memilih mau berkunjung ke puncak yang mana atau berkunjung ke keduanya juga boleh. Dari Miyukigahara tadi jarak tempuh menuju kedua puncak tersebut sama. Sama-sama 15 menit dengan berjalan kaki.
                Kami berlima memilih pergi ke puncak Nyotaisan. Alasannya sih sederhana karena yang paling tinggi. Nampaknya estimasi berjalan kaki 15 menit untuk sampai ke puncak Nyotaisan meleset jauh. Weekend kali ini Mt. Tsukuba memiliki banyak sekali tamu. Hal ini membuat kami harus mengantre lama untuk bisa sampai ke puncak tertinggi tersebut. Tapi teman-teman tidak usah khawatir menunggu  di Mt. Tsukuba tidak akan membuat bosan kok. Cukup menengok ke kiri atau ke kanan sedikit saja decak kagum dreamers tidak akan pernah berhenti. Pemandangan yang disajikan dari atas gunung tersebut sangat memesona. Pohon-pohon dengan daun berwarna warni, hingga pohon sakura yang sudah tidak memiliki daun pun masih tetap mengundang decak kekaguman. Masya Allah.
Perjalanan menuju Puncak Nyotaisan, puncak tertinggi Mt. Tsukuba

                Di tengah perjalanan kaki menuju puncak Nyotaisan kami menjumpai sebuah batu yang mirip seperti katak. Persis sekali seperti katak yang mulutnya sedang menganga. Nah, itulah mengapa ikon dari Mt. Tsukuba adalah katak. Saya menjumpai masyarakat Jepang tengah asyik melemparkan kerikil pada mulut batu katak tersebut. Terlihat juga di dalam mulut batu yang menyerupai katak tersebut telah penuh sesak dengan batu. Wah, seru juga melihat para pengunjung semangat melemparkan batu akan bisa masuk dan tidak terjatuh. Hihihi, hiburan unik.
Batu yang menyerupai Katak di tengah perjalanan menuju puncak Nyotaisan (kanan), pengunjung melempar kerikil ke mulut batu Katak (kiri dan tengah)  
                Pemandangan yang jauh lebih indah juga disajikan dari puncak Mt. Tsukuba ini. Hamparan pohon berwarna-warni, rumah-rumah warga, kesibukan mobil dan bus, dua pesawat kecil yang berlalu lalang, serta hawa dingin, udara segar dan sinar matahari yang memancar cerah adalah komposisi yang sangat cantik. Bersatu padu dalam keindahan membuat mata dimanjakan sejauh memandang. Autumn benar-benar keren dan cantik. Saya masih seakan tidak percaya berada di tempat seindah ini. Betapa indah ciptaan-Nya.

(Pemandangan dari Puncak Nyotaisan)






Sayang, kami tidak bisa berlama-lama di puncak tertinggi tersebut. Banyak orang yang tengah mengantre untuk bisa merasakan hal yang sama dengan kami. Setelah mengabadikan momen langkah ini, kami berlima akhirnya memilih kembali. Kami juga harus mengantre untuk bisa kembali dari puncak Nyotaisan.

Ropeway, Kereta Gantung
(Ropeway)
                Well, harus saya acungi  dua jempol untuk Mr. Shan (two tumbs up for you Mr. Shan. You are our best guide today). Untuk kembali menuju statasiun bus, kami tidak melalui jalan yang sama saat kami menuju puncak Mt. Tsukuba. Kali ini kami menggunakan Ropeway (kereta gantung). Dari puncak Nyotaisan kami hanya perlu berjalan kaki 500 m menuruni  anak tangga menuju Nyotaisan Station. Setelah membeli tiket Ropeway seharga 620 yen (dewasa)/310 yen (anak-anak), kami harus menunggu beberapa menit hingga ropeway yang akan kami gunakan tiba.
“Saya takut” kata Mrs. Hana.
Hahaha, saya juga takut sebenarnya. Kami harus duduk selama 6 menit dengan jarak 1 km di dalam kereta yang bergantungan pada kabel di udara. Wah, tidak bisa dibayangkan. Tapi ini tantangan. Petugas jaga di stasiun akhirnya mempersilahkan kami semua untuk masuk ke dalam ropeway. Setelah semua penumpang masuk (saya tidak tahu pasti berapa jumlahnya mungkin, bisa 25 orang) pintu ropeway ditutup. Petualangan dimulai.
Awalnya saya menyangka bahwa kereta tersebut akan melaju cepat ternyata tidak. Syukurlah. Dari dalam ropeway kami bisa melihat pemandangan lain. Warna-warni dedaunan pohon nampak terlihat jelas. Wah, akhirnya saya bisa melihat pohon dari atas. Heheheh :D Deretan pohon yang terlihat dari atas tersebut terlihat seperti terumbu karang di laut saat snorkeling.
Wah, ini mah bukan pohon, tapi seperti “terumbu karang darat” gumam saya.
Waktu selama 6 menit sepertinya terlalu cepat, kami ingin berlama-lama di dalam ropeway menikmati pemandangan lain dari Mt. Tsukuba. Tapi ropeway nya sudah tiba di stasiun Tsutsujigaoka, jika ingin lagi maka harus mengeluarkan logam-logam yen lagi. Hihihi, kami tidak sanggup. Nah dreamers, stasiun Tsutsujigaoka ini langsung terhubung dengan restoran. Tapi bagi muslim sekali lagi disarankan membawa bekal sendiri ya. Di sini juga menjual aneka suvenir khas Mt. Tsukuba.
(Pemandangan Mt. Tsukuba dari atas ropeway) 
                Kami berlima menengok kedai tersebut sebentar, tapi saya tidak berminat membeli apapun. Harganya lumayan mahal menurut saya. Selain menjadi stasiun pemberhentian ropeway, Stasiun Tsutsujigaoka juga menjadi stasiun pemberhentian bus. Kece kan, beda jalan pergi beda pula jalan pulang. Nampaknya bus yang akan kembali menuju Tsukuba Center masih lama. Jadi kami memiliki waktu untuk mengobrol ringan bersama dan mencicipi bekal yang dibawa Mrs. Hana sambil berjemur di bawah sinar matahari membiarkan kulit kami berfotosintesis. Setelah itu barulah kami masuk ke dalam bus agar bisa mendapatkan tempat duduk. Syukurlah masih mendapatkan tempat duduk. Perjalanan kembali ke Tsukuba Center membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Karena lelah kami berlima tidur di dalam bus. Tiba di Tsukuba Center saya dan Indah berpisah dengan Mr. Shan. Kami berdua juga berpisah dengan Kak Nor dan Mrs. Hana. Meskipun sama-sama tinggal di Ninomiya House siang itu kami tidak berpulang bersama.
                Nice trip with all of you guys. Thank you for today.
                Nah dreamers sudah dulu ya cerita petualangan kami hari ini. Semoga kita semua selalu semangat setiap harinya. Have a nice weekend dan selalu kunjungin serta baca cerita kami ya.
Assalammualaikum J

1 komentar:

  1. Waaaah, salam ya buat Mr. Shan (mudah2an masih ingat gue). Aku ndak nge-trip ke kuil itu soalnya langsung mendaki dari tengah gunung pas dulu sama Paman Caki. Kereeen!

    BalasHapus