Link

Jumat, 27 November 2015

Day 1: Touchdown Negeri Sakura

Kamis, 19 November 2015

Touchdown Japan
                    Pesawat Vietnam Airlines dengan nomor penerbangan VN300 akhirnya mendarat juga di Bandara Internasional Narita, Tokyo, Jepang. Pesawat yang kami tumpangi ini akhirnya mendarat setelah mengudara selama kurang lebih 5 jam 30 menit.   Beberapa puluh menit sebelum landing sambil menikmati sajian sarapan kami juga dapat menikmati keindahan Negeri Sakura ini dari ketinggian. Puncak Mt. Fuji terlihat jelas dilingkupi salju menjulang di angkasa. Gumpalan awan yang diseka oleh cahaya matahari pagi nan hangat, hamparan persawahan dan perumahan serta hutan-hutan dengan warna merah, jingga, hijau, kuning seperti menyambut ramah kedatangan kami di negeri mereka. Masya Allah, Maha Besar Allah dengan segala keindahan ini.
Alhamdulillah, yey finally touched down Japan.



 Pemandangan dari Atas Awan (kiri), Puncak Gunung Fuji (Kanan)

                    Kami tiba di Jepang sekitar pukul 08.00 Japan Time atau Waktu Indonesia Timur. Pesawat kami take off pukul 00.30 Vietnam Time (Waktu Indonesia Barat). Selama penerbangan saya memilih untuk tidur dan tidak tertarik sama sekali dengan tawaran hiburan yang disediakan oleh pesawat besar tersebut. Apalagi dengan suhu pesawat yang dingin membuat tidur sepertinya akan nyenyak. Hehehe :D

                    Alhamdulillah wa syukurillah. Masih seperti mimpi bisa menginjakkan kaki di negeri dengan julukan Negeri Matahari Terbit ini. Tapi ini bukanlah mimpi, kami benar-benar telah menginjakkan kaki di negeri yang memiliki bunga terkenalnya. Waahhh, sugoiiiiiiiiiii banget ^_^

                    Tiba di Bandara Narita kami harus melalui sejumlah inspeksi imigrasi terlebih dahulu. Saya dan Indah diberikan 2 form untuk dilengkapi. Form 1 mengenai barang-barang yang kami bawa, sedangkan form kedua adalah kartu embarkasi untuk warga negara asing. Setelah melengkapi kedua for tersebut kami diinspeksi oleh petugas imigrasi. Sidik jari kami di ambil, kemudian kami juga di foto. Awalnya saya dan Indah sempat takut dengan inspeksi imigrasi di Jepang, karena kami membawa sejumlah bahan makanan seperti yang saya sebutkan di tulisan “ http://sumbawadream.blogspot.jp/2015/11/sabtu-14-november-2015-hari-ini-menjadi.html ”. Saya juga masih sedikit trauma dengan inspeksi imigrasi saat ke Boston tahun lalu. Hehehe, saya berhasil “menyelundupkan” sambal terasi di dalam koper saya tahun lalu. Tapi beruntungnya inspeksi imigrasi di Jepang tidak terlalu ketat seperti saat kami diinspeksi tahun lalu di Bandara New Jersey, United State.
Narita International Airport (Tokyo) 
                    Setelah menyelesaikan urusan imigrasi kami berdua segera mengambil koper dan segera pergi untuk mencari tiket dari Bandara Narita ke Tsukuba (kota tempat kami menimba ilmu selama 3 bulan). Berdasarkan arahan Amy-san—sekretaris Dr. Yamazaki, counter tempat penjualan tiket bus berada di dalam bandara, tidak jauh dari pintu keluar North Wings Terminal 2 bandara Narita. Saya pun memesan tiket untuk kami berdua. Harga tiketnya adalah ¥2.000 (yen) atau setara dengan Rp. 245.000,00. Bus yang akan membawa kami ke kota perantauan di Jepang (Red: Tsukuba) tersebut akan berangkat pukul 09.40 a.m, sementara waktu baru menunjukkan pukul 08.54 a.m. sekitar 50 menit lagi bus baru berangkat.

                    Saya dan Indah kemudian membawa barang bawaan kami menuju tempat pemberhentian bus. Aaah,, dingin sekali pemirsa, suhu terpampang nyata 13.9-14 derajat celcius. Beda sekali dengan suhu Indonesia, apalagi Sumbawa di siang hari mencapai 35oC.
Suhu yang menyambut kami di Jepang
                    Sembari menunggu saya dan Indah kemudian berfoto-foto. Hehehe, #biasa mengabadikan momen setiap saat. :D Saya juga menyempatkan untuk mencari koneksi wi-fi untuk memberitahu Dr. Yamazaki bahwa kami sudah tiba di Narita. Ternyata, tidak beberapa lama, email yang saya kirim mendapatkan balasan. Dr. Yamazaki mengatakan bahwa akan menjemput kami di Tsukuba Center pukul 10.50 (perjalanan ke Tsukuba membutuhkan waktu sekitar 70 menit).

Tempat Pemberhentian Bus

Saat tengah asyik berfoto, muncul seorang bapak-bapak kemudian menyapa kami berdua dan mengajak berfoto.

Orang Indonesia ya? Ayo foto bareng, nama saya Dani.” 

Kaget juga tiba-tiba di ajak berfoto. Hihihi. Tawaran menggiurkan, capcus keluarkan tongkat narsis (tongsis) dan jepret, jepret. Hehehe :D

Dari kiri ke Kanan (Teman Pak Dani-Orang Jepang, Pak Dani, Cindy, Indah)


Touch down Tsukuba
                    Jepang benar-benar negara yang disiplin terhadap waktu. Pukul 09.38 bus yang akan mengantarkan kami ke Tsukuba sudah terlihat dan kemudian berhenti di tempat pemberhentian. Pukul 09.40 bus meninggalkan Bandara Narita. Saya dan Indah sedikit kaget karena ternyata di dalam bus besar tersebut (seperti bus pariwisata di Indonesia agak sedikit kecil) hanya ada kami berdua dan supir bus yang berpakaian sangat rapi dengan jas hitamnya. Saya perhatikan juga semua supir baik itu bus, taxi, dan kendaraan umum lainnya sepanjang perjalanan juga berpakaian sangat rapi. Dengan setelan jas hitam dan topi, kemudian sarung tangan berwarna putih. Sangat kece (y) (y).


Suasana Bus yang kami tumpangi

                    Saya dan Indah menikmati perjalanan “eksklusif” ini. Serasa bus tersebut hanya milik kami berdua, kemudian memandang hamparan daun warna-warni yang berderet di sepanjang jalan. Subhanallah, sangat indah. Decak kagum kami tidak berhenti sepanjang perjalanan, rasanya tidak ingin melewatkan indahnya panorama tersebut. Tapi lamanya perjalanan membuat saya mengantuk dan sempat tertidur juga beberapa saat. Bus yang kami tumpangi tiba di Tsukuba lebih cepat, sekitar pukul 10.40 a.m.





 


 
                   Perjalanan dari Bandara Internasional Narita-Tokyo menuju Tsukuba

 Sekitar pukul 10.00 a.m Dr. Yamazaki menghampiri saya yang tengah menjaga barang bawaan di Tsukuba Center, sementara Indah ke toilet. Saya tidak menyangka Dr. Yamazaki masih mengenali saya sejak pertemuan pertama dua tahun lalu di Sumbawa kami tidak pernah bertemu lagi. Beliau mengatakan maaf karena telat, wah kami jadi tidak enak kerena merepotkan beliau. Apalagi saat beliau membantu membawa koper besar milik saya. Gomenasai Yamazaki-san, okakesimashita (maaf Yamazaki, saya merepotkan).


Perkenalan @NIMS
                    Dari Tsukuba Center, Dr. Yamazaki mengajak kami berkunjung ke NIMS (National Institute for Material Science). Wah bangunan NIMS sangat besar dan luas, bagaimana tidak ada sekitar 1000 lebih researcher (peneliti) dari beberapa negara di dunia ini. Dr. Yamazaki juga mengajak kami ke ruangan kantor yang akan saya tempati bersama dengan Indah selama 3 bulan ke depan. Oleh Dr. Yamazaki kami juga dikenalkan dengan beberapa peneliti yang juga ruang kerjanya di ruang yang sama dengan kami. Kami berdua pun di minta memperkenalkan diri. Indah memperkenalkan dirinya dengan bahasa Jepang, sedangkan saya menggunakan Bahasa Inggris. Sebenarnya saya sudah menghafal kosakata perkenalan menggunakan bahasa Jepang, tapi entah mengapa saya tidak yakin dengan hal tersebut dan akhirnya memilih hanya menggunakan bahasa Inggris.

Ruangan Kantor di NIMS

“Watashi wa Indah desu” –Saya Indah.

                    Begitu kurang lebih Indah memperkenalkan dirinya. Saat Indah memperkenalkan dirinya menggunakan bahasa Jepang, beberapa orang di kantor sedikit kaget karena Indah bisa menggunakan bahasa Jepang. Indah kemudian menjelaskan jika saat SMA dia  pernah mendapatkan mata pelajaran bahasa Jepang. Di dalam ruangan kantor kami berdua berkenalan dengan beberapa orang di antaranya Dr. Shan dari India, Hoshi-san, Kazaisuka-san, dan Mbak Nurhidayah dari Malaysia—Alhamdulillah ketemu saudara sesama muslim, dan saya lupa beberapa nama lagi.

                    Perkenalan kemudian dilanjutkan menuju ruang laboratorium. Jarak antara kantor dan laboratorium tidak terlalu jauh. Mungkin hanya sekitar 100m, cukup berjalan kaki 5 menit. Kami kembali memperkenalkan diri dengan cara yang sama, di ruang laboratorium kami bertemu dengan Amy-san, Kohara-san, Magae-san dan beberapa peneliti lainnya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
                    Perkenalan selesai dan kami pun sedikit lelah. Suhu 14oC membuat perut kami terasa lapar. Dr. Yamazaki mengajak kami ke kafetaria yang ada di NIMS kemudian memesan makanan. Setelah melihat menu yang tersedia hampir tidak ada yang layak makan oleh muslim seperti kami. Hingga finally pilihan kami jatuh pada Mie Udon—mie yang terbuat dari tepung terigu dan kuahnya adalah kaldu ikan. Ukuran mienya besar. Di kafetaria tersebut harga Udon adalah ¥310.

                   Dreamers jangan tanya ya rasanya bagaimana. Hehehe, menurut saya sih aneh (#kan lidah orang Jepang dan orang Indonesia beda Cindy -_-) heheh:D Entah bagaimana hanya 2-3 kali suap saja saya sudah merasa bosan. Karena tidak enak dengan Dr. Yamazaki saya dan Indah memaksakan diri menghabiskannya, meskipun pada akhirnya kami berdua harus membuang mie tersebut. Saya merasa tidak enak dengan Dr. Yamazaki tapi bagaimanapun kami berdua tidak kuat menghabiskan mie dengan porsi besar tersebut.

Touchdown Apartement
                    Setelah makan Dr. Yamazaki membawa kami menuju apartemen yang akan kami tempati. Ninomiya House itulah nama apartemen kami. apartemen bagi para peneliti dari negara lain di Tsukuba, seperti saya dan Indah. Sebelum menuju ke kamar, saya dan Indah harus menandatangani beberapa berkas terlebih dahulu. Setelah urusan berkas beres kami kemudian diajak menuju kamar dan membawa semua barang bawaan kami.

                    Nomor kamar kami adalah 3201, tepat di pojok berada pada lantai 3 Ninomiya House. Saya dan Indah menempati kamar yang sama dengan dua tempat tidur. Kami ditemani oleh Dr. Yamazaki dan petugas Office Ninomiya House yang memberikan arahan terkait kamar kami. Wah, kamar yang kami tempati benar-benar kece binggo. Fasilitas lengkap, kamar tidur, lemari pakaian, toilet, kamar mandi, dapur, meja makan, telepon, internet LAN, radio, DVD player, TV, kulkas, AC, mesin cuci, peralatan masak, handuk, vacum cleaner, dll. Leeunggkapppp banget! #alaymode. Hihihi, pokoknya kece binggo deh. Terbayang sepertinya akan betah tinggal di sini. Aamiin.

Tsukuba Kota Sepi tapi Aman
                    Setelah selesai, Dr. Yamazaki kembali ke NIMS dan memberikan kami waktu untuk beristirahat hari ini dan kemudian mulai bekerja besok pagi (20 November 2015) pukul 08.30 a.m. Kami akhirnya berbenah, mengeluarkan “barang-barang pusaka” yang turut menemani perjalanan panjang kami.

                    Karena mulai memasuki musim dingin di Tsukuba pukul 04.30 p.m sudah mulai gelap. Kami sudah bisa sholat magrib jam segitu. Ah iya, setelah sampai di Tsukuba ternyata HP dan Laptop kami sudah mati. Kami tidak bisa memberikan kabar apapun kepada keluarga dan teman-teman di Sumbawa. Adaptor (colokan listrik) di Indonesia dan Jepang berbeda. Satu benda penting itu luput dari perhatian kami sebelum berangkat. Hingga setelah mandi dan sholat dan beres-beres saya dan Indah memutuskan untuk berkeliling mencari sumber kehidupan (read: makan).

                    Sepanjang jalan yang kami lalui mencari sumber kehidupan terlihat lenggang dan sepi. Hanya ada beberapa mobil yang hilir mudik di jalan raya, itu pun tidak banyak. Hanya beberapa. Sesekali kami bertemu dengan orang-orang yang mengendarai sepedanya. Tidak ada aktivitas malam seperti di kota-kota besar di sini. Tujuan lain kami selain membeli sumber kehidupan adalah untuk memberi adaptor listrik juga. Kami tidak bisa mengecas laptop ataupun HP seharian ini. Hingga pada akhirnya saya dan Indah tersesat hingga tak tahu tujuan dan arah jalan pulang #eh :D.

                    Kami lupa membawa turun peta yang tadi diberikan kepada kami. Beberapa kali kami berdua salah masuk toko. Ketemu yang bercahaya terang asal masuk saja meskipun pada akhirnya kami keluar tanpa membeli apapun. Sempat kami bertanya kepada seorang pria yang sedang membasuh ban mobil yang besar di mana supermarket, akhirnya pria tersebut menunjukkan kami sebuah toko yang isinya adalah toko peralatan mekanik untuk mobil dan motor. Saat di depan toko tersebut kami heran tapi tetap saja kami masuk, namun tidak mendapatkan apapun. Hahaha :D lumayanlah survey di hari pertama.

                    Untungnya kami bertemu dengan seorang ibu-ibu dengan sepedanya dan bertanya di mana supermarket terdekat. Ibu-ibu tersebut menunjukkan kami arah sebuah tempat. Supermarket Marumo namanya, di sana menjual banyak sekali sumber kehidupan. Tapi kami tidak yakin dengan beberapa makanan seperti daging dan ayam sepertinya tidak halal. Kami hanya membeli beberapa sayur dan bumbu dapur serta minyak goreng (pas beli minyak goreng hampir mengambil vinegar karena warnanya sama, untungnya kami bertanya terlebih dahulu kepada salah satu konsumen supermarket itu dan menunjukkan kami jalan yang benar #eh minyak goreng yang benar :D).

                    Intinya jangan malu bertanya guys biar gak tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.. Hooouooooo #nyanyi. Hiihihi. Kami kembali ke apartemen setelah “shopping” kemudian masak, makan dan tidur. Alhamdulillah.

                    Anyway, dreamers sekian dulu ya cerita hari pertama kami di negeri sakura. Gak berasa kalau sudah 4 halaman lebih. Sampai jumpa lagi di lain waktu. Semoga apa yang kami bagikan dapat bermanfaat di kemudian hari. Bye bye. Assalammualaikum Warrahmatullah Wabbarakatuh.

2 komentar:

  1. Oalaaaah...masa Udon ndak enak? Sini, kasih aku aja, wkwkwwk
    Ya gitu deh, orang asing kalo bisa ngomong bahasa Jepang walaupun cuma satu patah kalimat langsung dihargai banget. Makanya sebisa mungkin tiap ada kesempatan bahasa Jepang-nya dipraktekin :)

    Yup, colokan di jepang emang beda sama di Indonesia, jadi harus beli adapter. Udah masuk Seiyu kan, yg toko Daiso? Di situ ada adapter *telat kasihtaunya Fahmiiii T_T*

    BalasHapus
  2. Btw masalah supir bus, di Jepang emang kece seragamnya >.<
    Trus asiknya lagi, dia ndak ada istilah ngetem. Mau ada penumpang atau ndak, kalo udah waktunya jalan ya jalan. Kalo pas lagi sepi ya udah, berasa naik kendaraan pribadi xixixxi

    BalasHapus