Hai semuanya! Hari ini adalah hari kedua kompetisi iGEM Giant Jamboree 2014. Mau tau serunya seperti apa??? Let's check it out!
31
Oktober 2014: Huge Attention of iGEM
A
hard round trip
Hari ini kompetisi resmi dimulai.
Acara dibuka dengan pembukaan dari iGEM Headquarters. Setelah itu, pukul 09.00
seluruh peserta yang mendapat jadwal presentasi menyebar ke ruangan
masing-masing. Saya bersama beberapa teman kembali ke kamar Pak Arief untuk briefing kegiatan hari ini. Ternyata
saya mendapat tugas mengambil seragam batik bersama Adel ke rumah Pak Sukidi,
karena untuk sesi poster disepakati menggunakan kostum batik, sementara
beberapa orang tidak membawa seragamnya.
Day 1! We're ready!!! |
Foto di depan banner |
Habis opening ceremony |
Ramai! |
Mulailah perjalanan saya bersama
Adel. Dari Prudential Tower, kami keluar menuju Prudential station. Di perjalanan, kami melihat demonstran sedang berunjuk
rasa tentang Dalai Lama. Masalah kami bermula di stasiun subway, saat mengetahui bahwa tidak ada kereta yang berangkat ke
Lechmere untuk saat ini. Kami pun memutuskan menuju stasiun Copley menggunakan
bus 39. Kami harus berlari mengejar bus karena tidak tahu pemberhentiannya.
Berhasil mendapat kereta, kami
pun berangkat menuju Lechmere. Masalah kembali muncul, ternyata kereta ini
tidak sampai stasiun sebelum Lechmere. Kami pun teraksa turun, dan menunggu
kereta selanjutnya ke Lechmere. Selanjutnya, dari Lechmere kami naik bus 87 ke
Somerville. Sayangnya, kami harus menunggu hampir setengah jam karena jadwal
bus terakhir baru lewat 10 menit sebelumnya.
Tiba di rumah Pak Sukidi, kami
bergegas mengambil kostum batik kami serta topi lebah untuk atribut presentasi.
Kami harus segera kembali karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.15, sementara
waktu makan siang pukul 12.30, dan kami harus kembali sebelum itu.
Perjalanan rute Somerville-Lechmere
berjalan lancar. Subway menuju
Prudential pun sudah kami tumpangi. Nah, di sini masalah kembali muncul. Subway
yang kami tumpangi mengalami error,
memaksa kami turun dari kereta. Kami pun menunggu rute kereta yang menuju
Prudential Tower, namun hingga tiga kereta lewat, tidak ada jalur ke
Prudential. Akhirnya, kami naik kereta green
line lain yang berhenti di Hynes station. Sayangnya, keluar stasiun, saya
tidak hapal dengan rutenya. Meskipun namanya Hynes Convention Center station, stasiun ini tidak dekat dengan
Hynes. Akhirnya, setelah bertanya dengan beberapa orang, saya dan Adel harus
berjalan sekitar 15 menit sebelum menemukan pintu masuk Sheraton Hotel.
Fiuuh... akhirnya sampai juga.
Istirahat sejenak, saya dan Yuli
bergegas turun ke ruang makan. Jreeeng..! ruang makan membludak! Tidak ada meja
makan yang kosong, ribuan orang hilir mudik mengakses meja makan. Kami pun
berjejalan untuk mengambil kotak makanan, namun sayangnya tidak ada air mineral
yang tersedia. Saat menanyakan ke petugas, ternyata airnya sudah habis. Saat
hendak keluar, ada satu air mineral tersisa di salah satu meja, dan itulah
satu-satunya air yang kami dapatkan.
Usai makan siang, saya dan Mbak
Sausan mengikuti presentasi tim MIT. Sepuluh menit sebelum presentasi, puluhan
orang sudah berjejalan di depan pintu masuk. Ternyata audiens yang hadir sangat
ramai, bahkan saya tidak mendapat tempat duduk.
Pukul 14.00, tim MIT memulai
presentasi. Tim MIT memaparkan project mereka
mengenai deteksi dan penanganan penyakit Alzheimer. Saya tidak begitu paham
keseluruhan project, selain karena
bidangnya sangat kental dengan medis, speaking
para presentator sangat cepat, memaksa saya mengerahkan kemampuan listening saya secara maksimal.
Usai presentasi, kami diajak Pak
Arief berjalan-jalan mengunjungi MIT. Perjalanan yang kami tempuh cukup jauh,
diiringi semilir angin kian membuat tubuh menggigil. Saya berjalan cepat sambil
terus meniup-niup telapak tangan saya yang telah bersarung.
Presentasi tim MIT |
Kami pun melalui sungai Charles.
Di sore hari yang berangin seperti ini, ternyata banyak juga orang yang bermain
kano dan yacth. Saya tidak bisa
membayangkan bagaimana rasanya jika tercebur ke air sungai dalam kondisi
sedingin ini. Brrr...!
Akhirnya kami tiba di kampus
Massachussets Institute of Technology atau lebih kerennya disebut MIT.
Subahanallah, akhirnya saya diberi kesempatan menyaksikan kampus terbaik dunia
oleh-Nya. Inilah kampus impian saya, impian banyak mahasiswa di dunia ini.
Kampus ini sangat kental dengan sejarah. Banyak bangunan bergaya klasik
mengitari kawasan kampus. Menurut Pak Sukidi, mahasiswa di sini disediakan
berbagai fasilitas penunjang. Ini sebanding dengan ekspektasi sangat tinggi
yang mereka emban. Tak heran jika ada kasus mahasiswa bunuh diri karena tak
sanggup menanggung beban mental yang sangat berat. Na’udzubillah.
Kendati demikian, semangat saya
untuk mengejar asa untuk menuntut ilmu di kampus ini tetap membara. Semoga
langkah yang saya mulai ini mampu mengantar saya memasuki gerbang kampus MIT
suatu hari nanti, aamiin.
It’s
So Crowded
Patung rumus |
Subhanallah, ini MIT!!!! |
Foto bersama di depan MIT |
Sepulangnya dari MIT, tim
Sumbawagen langsung dibagi 3 untuk menjaga stand
poster. Saya, Mbak Sausan, dan Indah kembali ke kamar Pak Arief untuk
beristirahat, karena jadwal saya menjaga poster baru tiba pukul 19.10.
Sayangnya, tidur saya ternyata kebablasan. Saya terbangun pukul 19.30, dan
dalam keadaan setengah sadar itu, saya mendengar percakapan Bang Zain dan Pak
Arief. “Alhamdulillah stand poster
kita ramai sekali, Pak. Yang datang ndak
berhenti-berhenti, anak-anak sampai kewalahan,” ucap Bang Zain dengan semangat.
Seketika saya tertegun. Ya Allah, kenapa aku harus melewatkan
kesempatan sebesar ini, berinteraksi dengan mahasiswa dari seluruh dunia?
Saya segera berlari ke Hynes
Convention Center lantai 2. Sesi poster akan berakhir 30 menit lagi, tapi tidak
ada kata terlambat untuk mengikuti kesempatan luar biasa ini.
Sesampainya di stand, saya membuktikan sendiri ucapan
Bang Zain. Saat itu, Cindy dan Fajri sedang menjelaskan poster ke beberapa
peserta. Saya pun memutuskan berjalan ke poster-poster lain sembari melihat
project tim lainnya. Mata saya tertuju pada stand
tim Stony Brook University. Saat itu, seorang gadis berparas khas Tiongkok
sedang berdiri seorang diri menunggu pengunjung. Saya hampiri gadis itu, dan ia
menyapa saya dengan ramah, kemudian menjelaskan tentang project timnya. Ternyata project
mereka berkaitan dengan penciptaan peptida antimikrobia, melilitin, yang
bersumber dari kelenjar bisa Apis
melifera. Terakhir saya berkenalan dengan gadis itu. Namanya Karen Wong.
Hmm, jadi seperti ini cara berinteraksi dalam sesi poster, tidak seseram yang
saya bayangkan.
Saya pun kembali ke poster
ECONEY. Saat itu, ada seorang pria berjanggut lebat tengah menghampiri poster
kami. Segera saya hampiri dan mengajaknya berdiskusi tentang project kami. Ia banyak bertanya kepada
saya tentang cara kerja sistem kami, bagaimana menggunakan software, future direction,
serta project Policy and Practices
kami. Saya menjawab setiap pertanyaan pria itu dengan antusias, karena
tampaknya ia sangat tertarik dengan project
kami. Di akhir, saya bekenalan dengannya. Namanya Diego, mahasiswa dari
Meksiko. Sebagai apresiasi atas kunjungannya, saya meminta Diego menulis
komentar tentang project kami,
kemudian saya memberi madu Sumbawa sachet
sebagai souvenir tim kami. Ia
kelihatan sangat antusias. “Thank you for
visitting our poster, Diego,” ucap saya sambil tersenyum.
Waktu sudah menunjukkan pukul
20.30. Saat sesi poster akan berakhir, seorang gadis berwajah Indonesia datang
menghampiri kami. Saya mengenal wajahnya. Itu Gaby, mahasiswa Indonesia dari
tim Imperial College London. Ia pernah mengontak tim kami untuk membantu
mengisi project Policy and Practices
mereka. “Wah, selamat ya! Tadi instruktur aku datang ke sini, trus dia kayak
antusias banget sama project kalian.
Tentang madu gitu ya? Kebetulan beliau juga topik risetnya tentang madu. Habis
dari sini aku disuruh datang ke sini,” ujar Gaby antusias. Saya cukup banyak
berbincang dengannya, terutama masalah presentasi, karena tadi pagi tim
Imperial sudah dapat jatah presentasi.
“Sebenarnya nggak sulit sih
pertanyaan dari juri, karena sebelumnya kita udah latihan tanya jawab gitu.
Cuma ya kadang ada aja dari tim lawan yang sengaja ngasih pertanyaan buat ngejatuhin
kita, jadi harus tetap siap,” ujarnya.
Kunjungan dari tim Turki |
Kunjungan juri dari tim Heidleberg |
Diskusi poster dengan Diego |
Diskusi poster dengan Gaby |
Foto bersama Diego dan Gaby |
Kunjungan Gaby menjadi kunjungan
terakhir untuk poster kami. Selanjutnya kami mengikuti sesi ballroom dinner dan menjadi akhir
kegiatan kami hari ini.
Well, itu dia keseruan kami di kompetisi iGEM hari ini. Besok akan ada keseruan apa lagi ya? Pantengin terus blog Sumbawa Dream! See you!!!
Well, itu dia keseruan kami di kompetisi iGEM hari ini. Besok akan ada keseruan apa lagi ya? Pantengin terus blog Sumbawa Dream! See you!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar