Link

Jumat, 31 Oktober 2014

SUJUD SYUKUR DI LANGIT OBAMA (6)

Dear Dreamers!

Hai semuanya! Hari ini adalah hari kedua kompetisi iGEM Giant Jamboree 2014. Mau tau serunya seperti apa??? Let's check it out!

31 Oktober 2014: Huge Attention of iGEM

A hard round trip

Hari ini kompetisi resmi dimulai. Acara dibuka dengan pembukaan dari iGEM Headquarters. Setelah itu, pukul 09.00 seluruh peserta yang mendapat jadwal presentasi menyebar ke ruangan masing-masing. Saya bersama beberapa teman kembali ke kamar Pak Arief untuk briefing kegiatan hari ini. Ternyata saya mendapat tugas mengambil seragam batik bersama Adel ke rumah Pak Sukidi, karena untuk sesi poster disepakati menggunakan kostum batik, sementara beberapa orang tidak membawa seragamnya.

Day 1! We're ready!!!
Foto di depan banner
Habis opening ceremony
Ramai!

Mulailah perjalanan saya bersama Adel. Dari Prudential Tower, kami keluar menuju Prudential station. Di perjalanan, kami melihat demonstran sedang berunjuk rasa tentang Dalai Lama. Masalah kami bermula di stasiun subway, saat mengetahui bahwa tidak ada kereta yang berangkat ke Lechmere untuk saat ini. Kami pun memutuskan menuju stasiun Copley menggunakan bus 39. Kami harus berlari mengejar bus karena tidak tahu pemberhentiannya.

Berhasil mendapat kereta, kami pun berangkat menuju Lechmere. Masalah kembali muncul, ternyata kereta ini tidak sampai stasiun sebelum Lechmere. Kami pun teraksa turun, dan menunggu kereta selanjutnya ke Lechmere. Selanjutnya, dari Lechmere kami naik bus 87 ke Somerville. Sayangnya, kami harus menunggu hampir setengah jam karena jadwal bus terakhir baru lewat 10 menit sebelumnya.


Tiba di rumah Pak Sukidi, kami bergegas mengambil kostum batik kami serta topi lebah untuk atribut presentasi. Kami harus segera kembali karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.15, sementara waktu makan siang pukul 12.30, dan kami harus kembali sebelum itu.

Perjalanan rute Somerville-Lechmere berjalan lancar. Subway menuju Prudential pun sudah kami tumpangi. Nah, di sini masalah kembali muncul. Subway yang kami tumpangi mengalami error, memaksa kami turun dari kereta. Kami pun menunggu rute kereta yang menuju Prudential Tower, namun hingga tiga kereta lewat, tidak ada jalur ke Prudential. Akhirnya, kami naik kereta green line lain yang berhenti di Hynes station. Sayangnya, keluar stasiun, saya tidak hapal dengan rutenya. Meskipun namanya Hynes Convention Center station, stasiun ini tidak dekat dengan Hynes. Akhirnya, setelah bertanya dengan beberapa orang, saya dan Adel harus berjalan sekitar 15 menit sebelum menemukan pintu masuk Sheraton Hotel. Fiuuh... akhirnya sampai juga.

Istirahat sejenak, saya dan Yuli bergegas turun ke ruang makan. Jreeeng..! ruang makan membludak! Tidak ada meja makan yang kosong, ribuan orang hilir mudik mengakses meja makan. Kami pun berjejalan untuk mengambil kotak makanan, namun sayangnya tidak ada air mineral yang tersedia. Saat menanyakan ke petugas, ternyata airnya sudah habis. Saat hendak keluar, ada satu air mineral tersisa di salah satu meja, dan itulah satu-satunya air yang kami dapatkan.

Usai makan siang, saya dan Mbak Sausan mengikuti presentasi tim MIT. Sepuluh menit sebelum presentasi, puluhan orang sudah berjejalan di depan pintu masuk. Ternyata audiens yang hadir sangat ramai, bahkan saya tidak mendapat tempat duduk.

Pukul 14.00, tim MIT memulai presentasi. Tim MIT memaparkan project mereka mengenai deteksi dan penanganan penyakit Alzheimer. Saya tidak begitu paham keseluruhan project, selain karena bidangnya sangat kental dengan medis, speaking para presentator sangat cepat, memaksa saya mengerahkan kemampuan listening saya secara maksimal.


Presentasi tim MIT
Usai presentasi, kami diajak Pak Arief berjalan-jalan mengunjungi MIT. Perjalanan yang kami tempuh cukup jauh, diiringi semilir angin kian membuat tubuh menggigil. Saya berjalan cepat sambil terus meniup-niup telapak tangan saya yang telah bersarung.

Kami pun melalui sungai Charles. Di sore hari yang berangin seperti ini, ternyata banyak juga orang yang bermain kano dan yacth. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika tercebur ke air sungai dalam kondisi sedingin ini. Brrr...!

Akhirnya kami tiba di kampus Massachussets Institute of Technology atau lebih kerennya disebut MIT. Subahanallah, akhirnya saya diberi kesempatan menyaksikan kampus terbaik dunia oleh-Nya. Inilah kampus impian saya, impian banyak mahasiswa di dunia ini. Kampus ini sangat kental dengan sejarah. Banyak bangunan bergaya klasik mengitari kawasan kampus. Menurut Pak Sukidi, mahasiswa di sini disediakan berbagai fasilitas penunjang. Ini sebanding dengan ekspektasi sangat tinggi yang mereka emban. Tak heran jika ada kasus mahasiswa bunuh diri karena tak sanggup menanggung beban mental yang sangat berat. Na’udzubillah.

Kendati demikian, semangat saya untuk mengejar asa untuk menuntut ilmu di kampus ini tetap membara. Semoga langkah yang saya mulai ini mampu mengantar saya memasuki gerbang kampus MIT suatu hari nanti, aamiin.


Patung rumus
Subhanallah, ini MIT!!!!

Foto bersama di depan MIT
It’s So Crowded
Sepulangnya dari MIT, tim Sumbawagen langsung dibagi 3 untuk menjaga stand poster. Saya, Mbak Sausan, dan Indah kembali ke kamar Pak Arief untuk beristirahat, karena jadwal saya menjaga poster baru tiba pukul 19.10. Sayangnya, tidur saya ternyata kebablasan. Saya terbangun pukul 19.30, dan dalam keadaan setengah sadar itu, saya mendengar percakapan Bang Zain dan Pak Arief. “Alhamdulillah stand poster kita ramai sekali, Pak. Yang datang ndak berhenti-berhenti, anak-anak sampai kewalahan,” ucap Bang Zain dengan semangat.

Seketika saya tertegun. Ya Allah, kenapa aku harus melewatkan kesempatan sebesar ini, berinteraksi dengan mahasiswa dari seluruh dunia?

Saya segera berlari ke Hynes Convention Center lantai 2. Sesi poster akan berakhir 30 menit lagi, tapi tidak ada kata terlambat untuk mengikuti kesempatan luar biasa ini.

Sesampainya di stand, saya membuktikan sendiri ucapan Bang Zain. Saat itu, Cindy dan Fajri sedang menjelaskan poster ke beberapa peserta. Saya pun memutuskan berjalan ke poster-poster lain sembari melihat project tim lainnya. Mata saya tertuju pada stand tim Stony Brook University. Saat itu, seorang gadis berparas khas Tiongkok sedang berdiri seorang diri menunggu pengunjung. Saya hampiri gadis itu, dan ia menyapa saya dengan ramah, kemudian menjelaskan tentang project timnya. Ternyata project mereka berkaitan dengan penciptaan peptida antimikrobia, melilitin, yang bersumber dari kelenjar bisa Apis melifera. Terakhir saya berkenalan dengan gadis itu. Namanya Karen Wong. Hmm, jadi seperti ini cara berinteraksi dalam sesi poster, tidak seseram yang saya bayangkan.

Saya pun kembali ke poster ECONEY. Saat itu, ada seorang pria berjanggut lebat tengah menghampiri poster kami. Segera saya hampiri dan mengajaknya berdiskusi tentang project kami. Ia banyak bertanya kepada saya tentang cara kerja sistem kami, bagaimana menggunakan software, future direction, serta project Policy and Practices kami. Saya menjawab setiap pertanyaan pria itu dengan antusias, karena tampaknya ia sangat tertarik dengan project kami. Di akhir, saya bekenalan dengannya. Namanya Diego, mahasiswa dari Meksiko. Sebagai apresiasi atas kunjungannya, saya meminta Diego menulis komentar tentang project kami, kemudian saya memberi madu Sumbawa sachet sebagai souvenir tim kami. Ia kelihatan sangat antusias. “Thank you for visitting our poster, Diego,” ucap saya sambil tersenyum.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30. Saat sesi poster akan berakhir, seorang gadis berwajah Indonesia datang menghampiri kami. Saya mengenal wajahnya. Itu Gaby, mahasiswa Indonesia dari tim Imperial College London. Ia pernah mengontak tim kami untuk membantu mengisi project Policy and Practices mereka. “Wah, selamat ya! Tadi instruktur aku datang ke sini, trus dia kayak antusias banget sama project kalian. Tentang madu gitu ya? Kebetulan beliau juga topik risetnya tentang madu. Habis dari sini aku disuruh datang ke sini,” ujar Gaby antusias. Saya cukup banyak berbincang dengannya, terutama masalah presentasi, karena tadi pagi tim Imperial sudah dapat jatah presentasi.
“Sebenarnya nggak sulit sih pertanyaan dari juri, karena sebelumnya kita udah latihan tanya jawab gitu. Cuma ya kadang ada aja dari tim lawan yang sengaja ngasih pertanyaan buat ngejatuhin kita, jadi harus tetap siap,” ujarnya.


Kunjungan dari tim Turki


Kunjungan juri dari tim Heidleberg

Diskusi poster dengan Diego
Diskusi poster dengan Gaby
Foto bersama Diego dan Gaby
Kunjungan Gaby menjadi kunjungan terakhir untuk poster kami. Selanjutnya kami mengikuti sesi ballroom dinner dan menjadi akhir kegiatan kami hari ini.

Well, itu dia keseruan kami di kompetisi iGEM hari ini. Besok akan ada keseruan apa lagi ya? Pantengin terus blog Sumbawa Dream! See you!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar