Hari ini adalah hari yang kami tunggu-tunggu!!! Kenapa??? Yuk, ikuti kisah saya di bawah ini!!! :D
2
November 2014: And the Show Goes On!
Begadang masih berlanjut!
Semakin larut revisi presentasi
semakin dipertajam, terutama dari tampilan dan konten slide. Pak Arief mengajak kami banyak berbicara agar tidak
mengantuk. Bahkan beliau secara spontan mengambil handycam dan merekam kesibukan kami. Setidaknya rasa kantuk saya
sedikit berkurang.
Pukul 03.00 kami beristirahat
sejenak. Mbak Sausan, Cindy, Azhar, Indah, dan saya langsung menyerbu bekal
makan malam yang dibawa Pak Sukidi, sementara Pak Arief telah terlelap. Beliau
pasti sangat lelah, menjadi juri seharian, kemudian merevisi slide hingga larut malam.
Usai makan, Mbak Sausan membantu
kami merevisi teks presentasi. Saya jatuh terlelap setelah menyerahkan teks
presentasi saya.
Pukul 06.00, bahu saya disentuh
sesorang. Mata saya terbuka dengan enggan, dan tampaklah sosok Pak Arief yang
sedang membangunkan saya.
“Iya, Pak?” tanya saya dengan
suara parau.
“Mandi dulu, biar segar.”
Saya pun melangkah pelan ke kamar
mandi, guyuran air hangat membangkitkan kesadaran saya perlahan-lahan. Usai
mandi, saya menunaikan ibadah shalat Subuh, kemudian membangunkan Azhar, Cindy,
Indah, dan Mbak Sausan.
Selanjutnya kami memperbaiki
teks, serta latihan presentasi beberapa kali. Pukul 09.30, kami melangkah
menuju Hynes Convention Center. Huft... akhirnya waktu kami untuk menunaikan
tugas utama tim ini telah tiba. Sebelum keluar, kami membentuk lingkaran kecil
dan menundukkan kepala sejenak, berdoa memohon ridho Allah Swt., agar kerja
keras kami selama ini dapat berbuah manis.
Jreng jreng jreng! It’s Presentation Time!
Cindy membuka pintu ruang 210
perlahan. Tampak di depan ruangan, tim dari Ottawa University tengah
mempresentasikan project-nya. Tidak
terlalu banyak orang di ruangan ini. Kami memilih duduk di pojok kiri depan,
dan langsung bersiap. Tak lama setelah itu, tim Ottawa selesai melakukan
presentasi, kemudian mendapat beberapa pertanyaan dari dewan juri.
Inilah saatnya...
“And now, let we move to the last presentation of this session. Giving
applause to Sumbawagen team!” kira-kira begitulah kalimat MC untuk mempersilahkan
kami untuk presentasi. Hati saya berdegup sangat kencang. Saya bisa merasakan
kedua lutut saya bergetar. Oh, gee! Nggak
boleh! Aku nggak boleh nervous! This is my presentation, I can do this!
Saya berusaha menyemangati diri saya sendiri.
Azhar membuka presentasi. Saya
berusaha konsentrasi penuh terhadap setiap pemaparan yang disampaikan Azhar.
“Sumbawa honey has become an icon of
Sumbawa...” saat kalimat itu mengalir, dengan sigap saya menghampiri juri satu
persatu memberikan souvenir berupa
madu Sumbawa sachet. Hanya satu juri
yang tidak mengambilnya, but that’s okay.
Selanjutnya tiba giliran saya
mempresentasikan fenomena katabolit represi. Dug! Saya merasa agak tegang.
Kata-kata saya tidak begitu lancar, pada beberapa bagian agak tersendat. Presentasi
kemudian dilanjutkan oleh Cindy, kemudian Indah, kembali ke saya lagi, Indah,
dan ditutup oleh Azhar.
Secara keseluruhan, kami semua
tampak grogi, terlihat jelas dari pemaparan kami yang agak banyak tersendat.
Meskipun demikian, saya bisa melihat atensi penonton tak berkurang sedikitpun.
Bahkan pada beberapa bagian—misalnya Policy
and Practices—saya menyaksikan ekspresi takjub dari beberapa juri dan para
audiens.
Tim Texas |
Tim Ottawa |
Latihan sebelum presentasi |
Kami berdelapan lalu berdiri
berjejer bersiap menerima pertanyaan juri.
“Presentasi yang menarik. Kalian
memiliki alur cerita yang bagus. Mengambil ide dari masyarakat dan
mengembalikannya ke masyarakat. Saya memeriksa Wiki kalian, tapi ternyata ada
bagian yang belum terisi. Apa yang terjadi?” tanya juri pertama.
Agak ragu-ragu saya meminta mikrofon
dari Azhar. Ya, saya menjawab pertanyaan pertama.
“Thank you for your question. Sebenarnya hingga hari terakhir, kami
masih berjuang menyelesaikan Wiki kami. Tapi sayangnya, 2 jam sebelum Wiki
Freeze, listrik di Sumbawa mati, jadi kami tidak bisa menyelesaikannya,” saya
menjawab pertanyaan juri dengan agak lugu dan tertawa agak kaku mengakhiri
penjelasan saya yang sangat sederhana. Beberapa audiens tampak tersenyum,
bahkan ada juga yang tertawa kecil. Ya, bahkan bagi saya sendiri pun ini
jawaban yang lucu, tapi inilah kenyataannya.
Mendapat pertanyaan dari juri |
Kami menerima pertanyaan
selanjutnya. “Tadi kalian menjelaskan kasus pemalsuan madu Sumbawa. Kasus
seperti apa yang terjadi? Apakah madunya mengalami pemalsuan ataukah label madu
Sumbawa yang dipalsukan?”
Pertanyaan ketiga yang kami
terima adalah, “Apakah katabolit represi menjadi faktor penentu utama dalam project kalian?” kedua pertanyaan itu
dijawab oleh Azhar.
Tiga pertanyaan tadi menjadi
akhir sesi presentasi kami. Kami berangkulan dan saling tos-tosan.
Alhamdulillah, sesi presentasi kami usai. Tim Ottawa yang duduk di barisan
depan memberi ucapan selamat kepada kami. “It’s
a very nice project,” ucap salah seorang mahasiswa, dan langsung saya balas
dengan ucapan terima kasih disertai seulas senyum.
Tak lama setelah itu tim NokoGen
dari Tokyo University of Agricultural and Technology (TUAT) menghampiri kami.
Mereka adalah tim binaan Prof. Koji Sode, advisor
tim Sumbawagen. Saya juga bertemu dengan Lee Jin Hee, advisor tim NokoGen yang tahun lalu membantu kami menyelesaikan
Wiki kami di kompetisi iGEM 2013.
“Finally we meet each other. Congratulation, you are very good in presentation,” ucap Jinhee kepada kami.
Saya pun memperkenalkan diri dengan bahasa Korea di depan beliau. Jinhee adalah
kenalan pertama saya dari Korea. Ia agak terkejut, dan mengatakan bahasa Korea
saya sangat baik—padahal saya masih harus belajar sangat banyak, hihihi. Gamsahamnida Lee Jin Hee-ssi!
Saya kemudian berpapasan dengan
Dr. Steffano Ferri, instruktur tim NokoGen. “Congratulation, it’s a very nice project. Can anyone access your
software?” kata Dr. Steffano Ferri.
“We hope so. We are still constructing the software to improve the
preformance. Thank you very much. Congratulation for your team too,” jawab
saya sambil tersenyum.
Juri sedang berdiskusi setelah sesi presentasi |
Foto bersama tim NokoGen |
Di tengah perbincangan, seorang
pria paruh baya menghampiri tim kami. “What a
very nice project! Saya sangat tertarik dengan project kalian. Saya melihat project
kalian sangat aplikatif dan tentu saja akan membantu para petani,” ujar beliau
antusias.
Saya sempat melihat bapak ini
masuk ke ruangan di tengah presentasi kami. Beliau kemudian banyak bertanya
mengenai lokasi Sumbawa, universitas kami, dan tentu saja tim Sumbawagen.
Tampaknya beliau sangat terkesan dengan perjuangan kami untuk bisa menjejakkan
kaki sampai ke Boston.
“Kebetulan dalam waktu dekat ini
saya akan berada di Singapura, dan saya akan berusaha untuk mampir ke Indonesia
dan mengunjungi Sumbawa. Jadi, bisakah saya menghubungi kalian jika saya ingin
berkunjung?” tanya beliau sambil tersenyum. Kami semua sangat antusias,
kemudian Cindy dan bapak itu bertukar alamat email dan juga kartu nama.
Saya membaca ID card beliau.
Michael M.J. Fischer. MIT.
Subhanallah! Saya terkejut.
Jadi... ini orang MIT?! Saya tidak dapat menahan rasa takjub saya. Seorang ilmuwan
MIT merasa terkesan dengan project kami? What
an amazing fact!
“Sorry, Mr. Fischer. You are an instructor from MIT team, right? Before
we left for jamboree, we contacted your team for asking help about place to
print the poster. Thank you very much for your team help,” kata saya antusias.
“Oh, that’s nice. You can visit them at their poster,” jawab Mr.
Fischer sambil tersenyum.
Berbincang bersama Prof. Fischer |
Foto bersama Prof. Fischer |
Foto bersama tim iGEM Indonesia |
Well, cerita saya hari ini belum berakhir. Tunggu kisah saya selanjutnya ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar