Link

Minggu, 02 November 2014

SUJUD SYUKUR DI LANGIT OBAMA (8)

Dear Dreamers!

Hari ini adalah hari yang kami tunggu-tunggu!!! Kenapa??? Yuk, ikuti kisah saya di bawah ini!!! :D

2 November 2014: And the Show Goes On!

Begadang masih berlanjut!

Semakin larut revisi presentasi semakin dipertajam, terutama dari tampilan dan konten slide. Pak Arief mengajak kami banyak berbicara agar tidak mengantuk. Bahkan beliau secara spontan mengambil handycam dan merekam kesibukan kami. Setidaknya rasa kantuk saya sedikit berkurang.

Pukul 03.00 kami beristirahat sejenak. Mbak Sausan, Cindy, Azhar, Indah, dan saya langsung menyerbu bekal makan malam yang dibawa Pak Sukidi, sementara Pak Arief telah terlelap. Beliau pasti sangat lelah, menjadi juri seharian, kemudian merevisi slide hingga larut malam.


Usai makan, Mbak Sausan membantu kami merevisi teks presentasi. Saya jatuh terlelap setelah menyerahkan teks presentasi saya.

Pukul 06.00, bahu saya disentuh sesorang. Mata saya terbuka dengan enggan, dan tampaklah sosok Pak Arief yang sedang membangunkan saya.

“Iya, Pak?” tanya saya dengan suara parau.

“Mandi dulu, biar segar.”

Saya pun melangkah pelan ke kamar mandi, guyuran air hangat membangkitkan kesadaran saya perlahan-lahan. Usai mandi, saya menunaikan ibadah shalat Subuh, kemudian membangunkan Azhar, Cindy, Indah, dan Mbak Sausan.

Selanjutnya kami memperbaiki teks, serta latihan presentasi beberapa kali. Pukul 09.30, kami melangkah menuju Hynes Convention Center. Huft... akhirnya waktu kami untuk menunaikan tugas utama tim ini telah tiba. Sebelum keluar, kami membentuk lingkaran kecil dan menundukkan kepala sejenak, berdoa memohon ridho Allah Swt., agar kerja keras kami selama ini dapat berbuah manis.
Jreng jreng jreng! It’s Presentation Time!

Cindy membuka pintu ruang 210 perlahan. Tampak di depan ruangan, tim dari Ottawa University tengah mempresentasikan project-nya. Tidak terlalu banyak orang di ruangan ini. Kami memilih duduk di pojok kiri depan, dan langsung bersiap. Tak lama setelah itu, tim Ottawa selesai melakukan presentasi, kemudian mendapat beberapa pertanyaan dari dewan juri.

Inilah saatnya...

And now, let we move to the last presentation of this session. Giving applause to Sumbawagen team!” kira-kira begitulah kalimat MC untuk mempersilahkan kami untuk presentasi. Hati saya berdegup sangat kencang. Saya bisa merasakan kedua lutut saya bergetar. Oh, gee! Nggak boleh! Aku nggak boleh nervous! This is my presentation, I can do this! Saya berusaha menyemangati diri saya sendiri.

Azhar membuka presentasi. Saya berusaha konsentrasi penuh terhadap setiap pemaparan yang disampaikan Azhar. “Sumbawa honey has become an icon of Sumbawa...” saat kalimat itu mengalir, dengan sigap saya menghampiri juri satu persatu memberikan souvenir berupa madu Sumbawa sachet. Hanya satu juri yang tidak mengambilnya, but that’s okay.

Selanjutnya tiba giliran saya mempresentasikan fenomena katabolit represi. Dug! Saya merasa agak tegang. Kata-kata saya tidak begitu lancar, pada beberapa bagian agak tersendat. Presentasi kemudian dilanjutkan oleh Cindy, kemudian Indah, kembali ke saya lagi, Indah, dan ditutup oleh Azhar.

Secara keseluruhan, kami semua tampak grogi, terlihat jelas dari pemaparan kami yang agak banyak tersendat. Meskipun demikian, saya bisa melihat atensi penonton tak berkurang sedikitpun. Bahkan pada beberapa bagian—misalnya Policy and Practices—saya menyaksikan ekspresi takjub dari beberapa juri dan para audiens.

Tim Texas
Tim Ottawa
Latihan sebelum presentasi






Kami berdelapan lalu berdiri berjejer bersiap menerima pertanyaan juri.

“Presentasi yang menarik. Kalian memiliki alur cerita yang bagus. Mengambil ide dari masyarakat dan mengembalikannya ke masyarakat. Saya memeriksa Wiki kalian, tapi ternyata ada bagian yang belum terisi. Apa yang terjadi?” tanya juri pertama.

Agak ragu-ragu saya meminta mikrofon dari Azhar. Ya, saya menjawab pertanyaan pertama.

Thank you for your question. Sebenarnya hingga hari terakhir, kami masih berjuang menyelesaikan Wiki kami. Tapi sayangnya, 2 jam sebelum Wiki Freeze, listrik di Sumbawa mati, jadi kami tidak bisa menyelesaikannya,” saya menjawab pertanyaan juri dengan agak lugu dan tertawa agak kaku mengakhiri penjelasan saya yang sangat sederhana. Beberapa audiens tampak tersenyum, bahkan ada juga yang tertawa kecil. Ya, bahkan bagi saya sendiri pun ini jawaban yang lucu, tapi inilah kenyataannya.

Mendapat pertanyaan dari juri


Kami menerima pertanyaan selanjutnya. “Tadi kalian menjelaskan kasus pemalsuan madu Sumbawa. Kasus seperti apa yang terjadi? Apakah madunya mengalami pemalsuan ataukah label madu Sumbawa yang dipalsukan?”

Pertanyaan ketiga yang kami terima adalah, “Apakah katabolit represi menjadi faktor penentu utama dalam project kalian?” kedua pertanyaan itu dijawab oleh Azhar.


Tiga pertanyaan tadi menjadi akhir sesi presentasi kami. Kami berangkulan dan saling tos-tosan. Alhamdulillah, sesi presentasi kami usai. Tim Ottawa yang duduk di barisan depan memberi ucapan selamat kepada kami. “It’s a very nice project,” ucap salah seorang mahasiswa, dan langsung saya balas dengan ucapan terima kasih disertai seulas senyum.

Tak lama setelah itu tim NokoGen dari Tokyo University of Agricultural and Technology (TUAT) menghampiri kami. Mereka adalah tim binaan Prof. Koji Sode, advisor tim Sumbawagen. Saya juga bertemu dengan Lee Jin Hee, advisor tim NokoGen yang tahun lalu membantu kami menyelesaikan Wiki kami di kompetisi iGEM 2013.

Finally we meet each other. Congratulation, you are very good in  presentation,” ucap Jinhee kepada kami. Saya pun memperkenalkan diri dengan bahasa Korea di depan beliau. Jinhee adalah kenalan pertama saya dari Korea. Ia agak terkejut, dan mengatakan bahasa Korea saya sangat baik—padahal saya masih harus belajar sangat banyak, hihihi. Gamsahamnida Lee Jin Hee-ssi!

Saya kemudian berpapasan dengan Dr. Steffano Ferri, instruktur tim NokoGen. “Congratulation, it’s a very nice project. Can anyone access your software?” kata Dr. Steffano Ferri.

We hope so. We are still constructing the software to improve the preformance. Thank you very much. Congratulation for your team too,” jawab saya sambil tersenyum.

Juri sedang berdiskusi setelah sesi presentasi

Foto bersama tim NokoGen
Di tengah perbincangan, seorang pria paruh baya menghampiri tim kami. “What a very nice project! Saya sangat tertarik dengan project kalian. Saya melihat project kalian sangat aplikatif dan tentu saja akan membantu para petani,” ujar beliau antusias.

Saya sempat melihat bapak ini masuk ke ruangan di tengah presentasi kami. Beliau kemudian banyak bertanya mengenai lokasi Sumbawa, universitas kami, dan tentu saja tim Sumbawagen. Tampaknya beliau sangat terkesan dengan perjuangan kami untuk bisa menjejakkan kaki sampai ke Boston.

“Kebetulan dalam waktu dekat ini saya akan berada di Singapura, dan saya akan berusaha untuk mampir ke Indonesia dan mengunjungi Sumbawa. Jadi, bisakah saya menghubungi kalian jika saya ingin berkunjung?” tanya beliau sambil tersenyum. Kami semua sangat antusias, kemudian Cindy dan bapak itu bertukar alamat email dan juga kartu nama.

Saya membaca ID card beliau. Michael M.J. Fischer. MIT.

Subhanallah! Saya terkejut. Jadi... ini orang MIT?! Saya tidak dapat menahan rasa takjub saya. Seorang ilmuwan MIT merasa terkesan dengan project kami? What an amazing fact!

Sorry, Mr. Fischer. You are an instructor from MIT team, right? Before we left for jamboree, we contacted your team for asking help about place to print the poster. Thank you very much for your team help,” kata saya antusias.

Oh, that’s nice. You can visit them at their poster,” jawab Mr. Fischer sambil tersenyum.

Selanjutnya kami mengambil foto bersama Mr. Fischer—belakangan setelah membaca kartu nama beliau, saya baru sadar bahwa beliau seorang professor—dan tim NokoGen. Setelah itu tim iGEM dari Indonesia—tim UI, ITB, dan UB—datang menghampiri kami. Mereka datang untuk menonton presentasi kami dan memberi semangat. Tak lupa kami mengambil foto bersama mereka.

Berbincang bersama Prof. Fischer
Foto bersama Prof. Fischer
Foto bersama tim iGEM Indonesia

Well, cerita saya hari ini belum berakhir. Tunggu kisah saya selanjutnya ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar