Link

Minggu, 27 Juli 2014

Sepucuk Pengharapan di Akhir Ramadhan

Dear Dreamers!

Apa kabar semuanya? Sudah lama sekali saya tidak menulis, rasanya kangen beraaattt!!!

Anyway, tak terasa hari ini akan menjadi penghujung bulan Ramadhan tahun ini. Rasanya benar-benar terasa singkat! Mungkin karena Ramadhan saya tahun ini dipenuhi banyak deadline yang membuat saya tidak merasakan perputaran waktu yang terus berlalu. Ramadhan tahun ini benar-benar terasa penuh. Tak lupa sejumlah agenda buka bersama dengan teman-teman FTB, d’Cousins, Funtastic Four, dan FKPS yang semakin menyemarakkan suasana Ramadhan.

Kendati demikian, saya bersyukur karena ibadah saya tahun ini tetap berjalan lancar. Masih bisa khatam Al-Qur’an, walaupun hanya tadarrus di rumah (di malam terakhir Ramadhan, saya menyempatkan diri khataman di masjid dekat rumah, tempat saya mengaji dulu, dan langsung disindir guru mengaji saya, ‘Kenapa kamu cuma datang malam terakhir, Fahmi?’ *maaf Pak baru muncul). Bisa menikmati suasana sahur dan berbuka dengan penuh kehangatan bersama kedua orangtua juga anugerah besar yang sangat saya syukuri.


Subhanallah, adik bimbingku seorang hafidz!

Ada satu kejadian yang menyentuh hati saya saat khataman di malam terakhir Ramadhan. Malam itu, saya bertemu Rijal, adik bimbingan yang dulu saya bimbing mengaji di masjid dekat rumah semasa saya masih SMA. Saat penyelenggaraan lomba anak shaleh yang diselenggarakan TPQ dulu (setiap bulan Ramadhan), Rijal selalu 'booking' juara di lomba adzan, karena memang suaranya merdu dan halus.

Saat ini, Ical--panggilan akrabnya--sedang melanjutkan studinya di sebuah madrasah di Bekasi dan duduk di kelas 9 (dan baru tahun ini pulang ke Sumbawa; dua tahun terakhir dia Lebaran di kampung orang). Yang membuat saya takjub, ternyata Ical sedang belajar di pesantren khusus hafidz! Saya langsung teringat pada Fuadi dan Denissa, jagoan saya di Hafidz Indonesia yang tayang di salah satu stasuin tv nasional.

Saya pun tidak tahan untuk tidak bertanya banyak hal padanya.
"Sudah hapal berapa juz?" tanya saya saat itu.
"Udah empat setengah juz Kak: juz 30, 29, 28, 1, sama setengah juz 2."
Subhanallah, saya tak dapat menyembunyikan rasa takjub saya.

Lebih lanjut, dia menceritakan banyak hal tentang sekolahnya di sana. Di pesantren itu, Ical dan ke-58 santri lainnya secara rutin setiap hari menghapal ayat-ayat Al-Qur'an, setidaknya setengah halaman sehari. Setelah itu, hapalan itu akan disetor ke ustadz pembimbingnya. Jika sudah lulus, mereka bisa melanjutkan hapalan. Kemudian secara berkala mereka akan mengulang seluruh hapalan yang telah dihapal untuk mengukur kemampuan santri. Nah, yang bikin saya merinding adalah sistem ujiannya. Mereka akan dibacakan sejumlah ayat, kemudian harus bisa meneruskan ayat tersebut. Mereka diberi kelonggaran atas kesalahan pembacaan ayat sebanyak tiga kali, atau 'ketuk tiga'. Jika sampai 'ketukan' ketiga si santri tetap keliru atau tidak bisa melanjutkan ayat yang diujikan, mereka tidak bisa liburan sampai dinyatakan lulus ujian. Sanksi yang paling berat adalah harus mengulang ujian di tahun ajaran berikutnya, which means 'tinggal kelas'.

"Trus, standar lulusnya berapa?" tanya saya lagi.
"Lulusnya minimal 94." Jedeerrrrr!!! Saya sontak terkejut. Kalau di sistem perkuliahan standarnya segitu, betapa keras usaha yang harus saya lakukan untuk lulus, wong dapat 85 aja masih keteteran.
"Kalo Ical nilainya berapa?"
"Pernah dapat 98, tapi pernah juga ngulang," jawabnya sambil tertawa kecil.

Bagaimana dengan sekolah? "Kita semua ikut home schooling, yang diajar mata pelajaran pokok aja kayak IPA. Jadwalnya mulai subuh sampai setengah sebelas hafal Al-Qur'an, trus istrirahat. Jam satu sampai tiga sekolah, trus habis itu lanjut kegiatan bebas. Malamnya perisapan untuk besok, hapal Al-Qur'an, ujian. Tapi kalo malam Minggu sampai hari Minggu kita libur, biasanya nonton film islami. Kalo santri berprestasi biasanya diajak jalan-jalan," ceritanya dengan semangat.

"Gimana cara kamu hapal Al-Qur'an di sana?" tanya saya penasaran.
"Di sana kita nggak langsung menghapal. Kita belajar makhroj huruf dulu, trus belajar tanda berhenti, belajar tajwid. Semuanya diujiankan. Kalo sudah lulus, baru mulai hapal juz 'Amma," jawabnya lagi.

Banyak lagi hal yang kami bicarakan. Intinya, saya benar-benar speechless. Usia segitu udah bisa hapal Al-Qur'an, sementara saya masih megap-megap menghapal juz 'Amma. Saya benar-benar banyak belajar dari Ical, setidaknya saya jadi lebih tahu sistem pendidikan bagi para hafidz. Saat tiba waktunya Ical mengaji, hati saya seketika tergetar. Lantunan ayat suci dibacakannya dengan lantang namun lembut dan penuh penghayatan. Subhanallah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya untuk Ical, aamiin.

Di akhir bulan yang dilimpahi keberkahan ini, terselip pengharapan di hati saya, semoga ibadah yang telah saya laksanakan selama hampir sebulan penuh ini mendapat ridho dari Allah Swt., dan diterima sebagai amal ibadah di sisi-Nya. Semoga saya tetap istiqomah menjalankan ibadah kepada-Nya. Semoga setiap aktivitas yang saya lakukan menjadi ladang amal sebagai bekal saya untuk kehidupan selanjutnya. Semoga di akhir Ramadhan ini saya dapat menjadi ‘pemenang’ dalam ‘perang besar’ ini. Dan semoga saya masih dapat menyambut Ramadhan berikutnya bersama orang-orang yang saya cintai. Aamiin.

Di akhir postingan ini, saya mengutip bait lagu Ungu-Dengan Nafasmu

Saat ku ucap kata taubat
Sebelum Kau memanggilku
Kembali pada-Mu
Menutup waktuku


Jika ku serukan nama-Mu
Sebelum nyawa dalam tubuhku
Kau ambil
Kembali padaMu


Karena ku tahu
Hanyalah pada diri-Mu
Tempatku mengadu
Tempatku mengeluh


Dan demi nafas
Yang telah kau hembuskan
Dalam kehidupanku
Ku berjanji
Ku akan menjadi yang terbaik
Jalankan segala perintah-Mu
Menjauh di segala larangan-Mu
Adalah sebaris doa ku untuk-Mu

(sumber: http://www.metrolyrics.com/dengan-nafasmu-lyrics-ungu.html)

Semoga ibadah kita berkah dan diterima di sisi Allah Swt., aamiin ya rabbal 'alamiin.

Selintas momen kebersamaan di bulan Ramadhan:

Bukber FTB UTS
Bukber FKPS (Forum Komunikasi Pemuda Samawa)
Ultah 'my Cousin' Etha
Bukber Funtastic 'XII IPA 4' Four SMANIKA
Finally, selamat hari raya Idul Fitri :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar