Assalamu'alaikum
Wr. Wb.
Hello everybody!
Minna san wa
ogenki desuka?
Tidak
disangaka, saya telah menjadi warga Tokyo selama hampir 3 bulan. Semua terasa
singkat karena hampir setiap hari saya menghabiskan waktu (senin-jum'at) di
laboratorium. Terkadang dihari libur pun saya masih melakukan eksperimen.
Menjadi seorang peneliti bukanlah hal yang mudah.
Ketekunan, ketelitian dan kesabaran sangat diperlukan untuk dapat memperoleh
hasil yang diinginkan. Dan sebagian besar dari sikap-sikap tersebut telah
diterapkan disini. Mereka sangat bertanggung jawab atas apa yang mereka
kerjakan.
Sistem pendidikan di Jepang menurut saya memang cukup strict. Saya
merasakan sendiri bagaimana perbedaan atmosfir disini dan di Indonesia. Bahkan
jika dibandingkan dengan di Tsukuba pun yang notabenenya sama-sama berada di
Jepang, Tokyo jauh lebih keras. Mereka dituntut untuk mendapatkan hasil yang
terbaik dalam waktu yang singkat, sehingga semua menjadi efisien. Tidak jarang
teman-teman saya di laboratorium begadang bahkan sampai menginap di lab hanya
untuk menunggu hasil karena setiap senin seluruh anggota lab diwajibkan untuk
mengikuti progress report. Kami harus
mempresentasikan hasil yang kami peroleh dama jenjang waktu dua minggu. Jika tidak
ada hasil yang bisa dipresentasikan, bersiaplah untuk dibantai, wkwkwk. Bahkan ada
hasil pun, jika tidak sesuai dengan yang seharusnya, kami akan dijejali dengan
beribu pertanyaan yang membuat sakit kepala. Tetapi dengan kebiasan seperti
itu, secara spontan otak kami dilatih untuk berpikir cepat, kritis dan terbuka
akan semua kemungkinan yang terjadi. Mengapa hasil bisa demikian? Mengapa metodanya
begitu? Mengapa menggunakan bahan itu ? dll.
Partner in crime, wkwkw (Pak Alim, Ito san, Mbak Dwi, Saya)
Dalam kasus saya, saya tidak terdaftar sebagai anggota yang
wajib mengikuti progress report mingguan, karena saya berstatus sebagai short researcher. Tetapi saya wajib
untuk ikut di progress report akhir semester. Yang sangat disayangkan adalah
kemampuan bahasa yang sulit meningkat. Setiap progress report, mereka selalu
menggunakan bahasa Jepang. Bahasa inggris hanya digunakan untuk international students saja. Sehingga kami
sulit mengerti dengan materi yang dipresentasikan dalam bahasa Jepang. Dan di
lab saya, international students nya
hanya kami berempat. Saya, Mbak Dwi, Mbak Maya dan Pak Alim. Semua dari
Indonesia dan dari kampus yang sama. Wkwkwk. Sehingga kami harus memberi upaya
lebih jika ingin meningkatkan skil bahasa inggris kami.
Lab tempat saya melakukan penelitian memiliki satu sensei
senior, yaitu Koji Sode sensei. Kemudian ada associate professor dan beberapa asisten yang membantu membina
kelompok-kelompok tertentu yang sesuai dengan bidangnya, misanya grup Biosensor, Cyanobacteria, Protein
engineering dan sebaginya. Masalahnya, grup saya dan pak Alim berada
langsung dibawah sensei utama. Hal tersebut membuat kami sedikit kesulitan
karena tidak dapat berdiskusi secara intens. Dan lagi projek yang kami kerjakan
pun adalah experiment baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Jadi saya
merasa sangat kurang dalam segala aspek T-T.
So, yang ingin jadi peneliti silahkan meyakinkan diri dari
sekarang, bulatkan tekat dan kuatkan niat, hahaha. Karena tidak gampang untuk
dapat menghasilkan sesuatu. Butuh usaha yang keras dan pemahaman yang matang.
Tapi jangan takut, selama kita berniat baik dan melakukan dengan cara yang
baik, Insya Allah, Allah SWT selalu ada untuk menolong J
Jika di Indonesia, pure-it dikatakan berkualitas karena
telah di uji di ITB dan IPB. Sedangkan bagi International
students, perantau dikatakan kuat apabila telah teruji hidup di Tokyo,
LOL! Tokyo memang terkenal dengan biaya hidup yang tinggi. Seperti Jakarta,
semua serba mahal. Apalgi sekarang sudah memasuki musim dingin yang katanya
lebih dingin dari tahun kemarin. Waduhh.. Mau hemat listrik pasti susah nih,
wkwkw.
Tetapi selalu ada jalan disetiap kesulitan, eaaa :D. Di
Jepang terdapat beberapa supermarket yang semua isinya hanya ¥100. Sayuran,
buah-buahan, snack, minuman dan hampir semua kebutuhan pokok tersedia. Ini adalah
tempat favorit saya, heheh. Tapi terkadang, untuk membeli beberapa persediaan
seperti beras dan telur, saya memiliki supermarket khusus yang lokasinya dekat
dengan stasiun. Berdasarkan hasil survey, untuk beras, ikan dan telur, Nakaya
Supermarket adalah yang terbaik (baca “termurah”). Untuk mendapatkan sayuran
dan buah-buahan yang murah, ada Lawson. Bosan makan ikan? Don’t worry, ada
Gyomu Supermarket yang menyediakan sosis dan ayam halal. Dan jika ingin
mencari snack, roti maupun cake yang aman dikonsumsi oleh muslim, ada Seven
Eleven (fyi, Lawson dan Seven Eleven ada dimanapun loh! > cek fb Halal
Japan).
Seven Eleven
Lawson
Gyomu Suppa
Selain itu, ada juga beberapa toko yang menjual
barang-barang second hand, tetapi
kualitasnya masih bagus. Toko-toko seperti ini akan sangat ramai saat
pergantian musim. Saat winter, mereka akan menjual berbagai produk keperluan
winter seperti selimut, jaket tebal, sepatu tahan dingin dan sebagainya.
Biasanya, warga Jepang sendiri pun akan membeli saat musimnya tiba. Saat suatu
musim berakhir, mereka akan menjual kembali barang-barang tersebut. Holang
kayaaaa…
Nah, ada juga seperti pasar dadakan yang diadakan tiap
tahun. Flea market. Kemarin saya
sempat pergi untuk melihat-lihat. Murah, banyak pilihan dan kualitas juga ok.
Pasar mulai dibuka dari jam 9 pagi sampai 5 sore. Sary berangkat sendiri dari
Koganei ke Musashi Sakai, kemudian ganti kereta dua kali sampai tiba ke
Ajinomoto Stadium. Disepanjang jalan dipenuhi dengan gelaran tikar, gantungan,
meja dan mobil-mobil yang berisi dengan barang-barang dagangan. Mulai dari
baju, jaket, celana, rok, sandal, sepatu, topi, bahan pokok sampai alat dapur
lengkap semua. Saya sempat mikir, ini jangan-jangan semua isi dapur dibawa
kesini, wkwkwk.
Flea market
Setalah berkeliling lebih dari 3 jam dengan suhu 6 drajat
celcius, saya memutuskan untuk beristirahat dan masuk ke stadion untuk menonton
permainan bola yang dimainkan oleh anak kecil, wkwkwk. Tapi sayangnya di dalam
gor saya tidak mendapatkan sinar matahari, sehingga terasa lebih dingin. Saya pun
keluar untuk berfotositesis dan menyegerakan diri untuk pulang. Tapi tidak
dengan tangan kosong, wkwkwk. Saya mendapatkan jaket tebal dengan bulu di
leher sehraga ¥500, wkwk. Murahhhhh dan
masih bagus. Dan kebetuan saya juga perlu. Hehe.
Akhirnya karena lelah, dingin dan lapar saya pun
menyegerakan diri untuk ke stasiun dan pulang. Butuh waktu 30 menit untuk
sampai. Dan diatas kereta, sepanjang perjalanan saya membayangkan betapa
nikmatnya indomie goring dan telor ceplok hahah.
Jaaaaaa… sekian dulu ceriwis kali ini. Insya Allah ceriwiss
part 2 segera menyusul yaa ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar