Dingin! Perlahan namun pasti, semakin hari suhu di Tsukuba semakin menurun saja. Alhamdulillah merasakan dingin juga. Dulu saat di Sumbawa selalu mengeluh kepanasan, kini sudah merasakan dingin, harusnya saya bersyukur. Namun, perbedaan suhu yang cukup ekstrim antara Sumbawa dan Tsukuba membuat gejolak di badan saya. Flu, demam dan sedikit mimisan, sudah menyerang. Tidak hanya itu, bibir mulah pecah-pecah dan sariawan, saya panas dalam di sini. Kombinasi yang tidak mengenakkan bagi saya.
Wajah berantakan akibat filek :D |
Baiklah, bagaimanapun kondisinya saya dan Indah harus bergegas menuju kantor. Banyak pekerjaan yang sudah menunggu kami di laboratorium. Seperti hari-hari sebelumnya, Kohara-san masih dengan setia mendampingi kami melakukan eksperimen. Suasana pagi tadi sangat kami sukai. Cerah, yey, bisa berfotosintesis. Saat kami tiba di kantor, kami tidak menyalakan lampu ruangan melainkan membuka jendela membiarkan sinar matahari pagi yang begitu hangat masuk agar kulit kami setidaknya bisa berfotosintesis. Hehehe
Kembali ke pekerjaan, tadi pagi sebelum berangkat ke lab, Kohara-san memberikan kami sebuah protokol bagaimana menggunakan mikropipet--alat yang biasa digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu (biasanya dalam skala 1-1.000 ul). Tidak hanya sebuah protokol, Kohara-san juga mengatakan bahwa Yamazaki-san mengirimkan beberapa link video terkait mekanisme menggunakan alat tersebut.
"Saya bingung kenapa Yamazaki-san mengirimkan video berbahasa Jepang untuk kalian" ucap Kohara-san pagi tadi dengan ekspresi polosnya.
Kami pun bergegas menuju lab. Di sana sudah ada sel yang sedang menunggu kedatangan kami. Seperti biasa, Kohara san hanya mengamati pekerjaan kami berdua. Nampaknya, kami sudah mulai "akrab" dengan sel tersebut. Jadinya pekerjaan kami berdua lancar-lancar saja. Alhamdulillah. Usai "bermain" dengan sel-sel tersebut, siang harinya Kohara-san mengajak kami menonton video. Yups, video tutorial cara menggunakan mikropipet yang baik dan benar.
Kali ini kami tidak hanya bertiga, Magae-san ikut bergabung dengan kami atas permintaan Kohara-san. Oleh karena video tadi berbahasa Jepang dan tidak memiliki subtitle, jadinya Kohara-san meminta Magae-san menjadi translator. Magae-san dulu pernah tinggal di United State of America (USA) alias Amerika saat dia berusia 4 tahun. Itulah kenapa kemampuan bahasa Inggris Magae-san sangat bagus dan kemudian menjadi translator untuk kami. Tidak hanya menjadi translator, Magae-san juga menemani kami melakukan eksperimen dengan mikropipet. Hal ini karena Kohara-san hanya bekerja sejak pukul 09.00-15.00, sementara Magae-san 10.00 a.m-16.00 p.m.
Micropippet Operation Test, itulah judul eksperimennya. Kami harus mengambil larutan dengan volume tertentu menggunakan mikropipet kemudian menimbang berapa massa dari larutan terebut. Saya sendiri sudah pernah melakukan kegiatan ini bersama Mbak Maya (Dosen Fakultas Teknobiologi) saat tengah mengerjakan project Sumbawagen tahun lalu. Sedikit tidaknya ada pengalaman pernah melakukannya.
Anyway Dreamers, di tengah kegiatan kami bermain dengan mikropipet sore itu, saya dan Indah mengobrol banyak dengan Magae-san. Mulai tentang Indonesia, Jepang, kisah perjalanan kami berdua, hingga cerita Magae-san yang pernah tinggal di Amerika.
"Saat usia saya 4 tahun, saya dan keluarga saya harus pindah ke Amerika. Tidak ada seorang anak pun yang bisa berbahasa Jepang, yang ada hanyalah bahasa Inggris. Sehingga mau tidak mau saya pun harus menggunakan bahasa tersebut" cerita Magae san.
"Wah, pantas saja bahasa Inggrismu sangat bagus Magae-san" ucap kami berdua.
Apa yang saya dapat simpulkan dari cerita singkat Magae-san adalah jika kita berani mendorong diri kita sendiri untuk bisa, kita juga akan bisa. Tidak peduli seberapa sulitnya itu dipikiran awal kita jika dengan usaha yang keras kita pasti bisa. Arigatou Magae-san pelajarannya hari ini.
Pembicaraan kami bertiga semakin menarik, hingga menyinggung mengenai Islam. Magae-san banyak mengajukan pertanyaan misalnya tentang sholat 5 waktu yang harus kami lakukan, tentang Idul Qurban, makanan yang boleh kami makan (halal-haram) dan beberapa hal lainnya. Saya pribadi senang, karena mereka sangat menghormati kami sebagai seorang muslim. Sayangnya, diskusi kecil kami harus dihentikan oleh waktu. Magae-san harus segera pulang. Pada akhirnya tersisa saya dan Indah yang masih berkutat dengan mikropipet berbagai ukuran tersebut.
Ini kali pertama kami kembali telat dari lab. Biasanya kami sudah kembali ke kantor pada pukul 15.00. Wah, sudah mulai betah seertinya kami berdua. Hehehe
Baiklah dreamers sepertinya itu saja yang bisa saya bagikan untuk hari ke-9 kami di Jepang, semoga bermanfaat, tetap semangat dan terus berusaha. Yuk, Kita Pasti BISA :)
Cahaya Mataharinya menghangatkan, NIMS from 4 Floor |
Kembali ke pekerjaan, tadi pagi sebelum berangkat ke lab, Kohara-san memberikan kami sebuah protokol bagaimana menggunakan mikropipet--alat yang biasa digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu (biasanya dalam skala 1-1.000 ul). Tidak hanya sebuah protokol, Kohara-san juga mengatakan bahwa Yamazaki-san mengirimkan beberapa link video terkait mekanisme menggunakan alat tersebut.
"Saya bingung kenapa Yamazaki-san mengirimkan video berbahasa Jepang untuk kalian" ucap Kohara-san pagi tadi dengan ekspresi polosnya.
Kami pun bergegas menuju lab. Di sana sudah ada sel yang sedang menunggu kedatangan kami. Seperti biasa, Kohara san hanya mengamati pekerjaan kami berdua. Nampaknya, kami sudah mulai "akrab" dengan sel tersebut. Jadinya pekerjaan kami berdua lancar-lancar saja. Alhamdulillah. Usai "bermain" dengan sel-sel tersebut, siang harinya Kohara-san mengajak kami menonton video. Yups, video tutorial cara menggunakan mikropipet yang baik dan benar.
Indah dan Kohara-san sedang "bermain" dengan sel |
Micropippet Operation Test, itulah judul eksperimennya. Kami harus mengambil larutan dengan volume tertentu menggunakan mikropipet kemudian menimbang berapa massa dari larutan terebut. Saya sendiri sudah pernah melakukan kegiatan ini bersama Mbak Maya (Dosen Fakultas Teknobiologi) saat tengah mengerjakan project Sumbawagen tahun lalu. Sedikit tidaknya ada pengalaman pernah melakukannya.
Micropippete berbagai Ukuran\(sumber: http://elte.prompt.hu/sites/default/files/tananyagok/IntroductionToPracticalBiochemistry/ch01s04.html) |
Anyway Dreamers, di tengah kegiatan kami bermain dengan mikropipet sore itu, saya dan Indah mengobrol banyak dengan Magae-san. Mulai tentang Indonesia, Jepang, kisah perjalanan kami berdua, hingga cerita Magae-san yang pernah tinggal di Amerika.
"Saat usia saya 4 tahun, saya dan keluarga saya harus pindah ke Amerika. Tidak ada seorang anak pun yang bisa berbahasa Jepang, yang ada hanyalah bahasa Inggris. Sehingga mau tidak mau saya pun harus menggunakan bahasa tersebut" cerita Magae san.
"Wah, pantas saja bahasa Inggrismu sangat bagus Magae-san" ucap kami berdua.
Apa yang saya dapat simpulkan dari cerita singkat Magae-san adalah jika kita berani mendorong diri kita sendiri untuk bisa, kita juga akan bisa. Tidak peduli seberapa sulitnya itu dipikiran awal kita jika dengan usaha yang keras kita pasti bisa. Arigatou Magae-san pelajarannya hari ini.
Pembicaraan kami bertiga semakin menarik, hingga menyinggung mengenai Islam. Magae-san banyak mengajukan pertanyaan misalnya tentang sholat 5 waktu yang harus kami lakukan, tentang Idul Qurban, makanan yang boleh kami makan (halal-haram) dan beberapa hal lainnya. Saya pribadi senang, karena mereka sangat menghormati kami sebagai seorang muslim. Sayangnya, diskusi kecil kami harus dihentikan oleh waktu. Magae-san harus segera pulang. Pada akhirnya tersisa saya dan Indah yang masih berkutat dengan mikropipet berbagai ukuran tersebut.
Ini kali pertama kami kembali telat dari lab. Biasanya kami sudah kembali ke kantor pada pukul 15.00. Wah, sudah mulai betah seertinya kami berdua. Hehehe
Baiklah dreamers sepertinya itu saja yang bisa saya bagikan untuk hari ke-9 kami di Jepang, semoga bermanfaat, tetap semangat dan terus berusaha. Yuk, Kita Pasti BISA :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar