Tsukuba, 27 Januari
2016
Assalamu’alaykum Wr. Wb
Bagaimana hari ini? Is everything going well? Tapi apapun itu, harus
disyukuri, hehe.
Nah, hari ini saya dan Cindy ngelab seperti biasa. Tapi kerjaannya gak
sama, hehe. Hari ini sedikit menegangkan pemirsa. Saya akan ber-elektroforesis
ria seorang diri. Aduhh
Kemarin saya sudah memperhatikan langkah kerjanya, dan kemudian mencoba
melakukan bersama Cindy. Yah, insyaallah bisa lah. Sementara itu, saya
membereskan beberapa data sebelum saya pergi ke lab. Ruangan office sangat sepi
hari ini. Hanya saya dan Mr. Shan. Beberapa orang telah ke lab, dan ada pula
yang absen. Sebelum pergi, saya menyapa Mr. Shan. “Mr. Shan, I will go”. “Laboratory?”
Mr. Shan bertanya. “Yes. Please, pray for me”. Ternyata penyataan saya membuat
iya tertawa. “Why?” Ia bertanya. Aduh, bikin baper aja. Haha. “I will do
electrophoresis now. And I’m nervouse” saya menajwab dengan wajah datar. Ia
semakin tertawa meihat ekspresi saya, dan kemudian bertanya, “then, how many
days left?”. “Less then 3 weeks” saya menjawab. “Oke Indah, good luck” kata Mr.
Shan. Saya hanya tersenyum sambil berterimakasih dan berlalu.
Oke, untuk persiapan tidak terlalu rumit hari ini karena saya telah
menyiapkan sample dihari kemarin. Nah, hari ini saya akan berjuang dengan 10
sample. Wah, bengkok nih.
Yah sebenarnya tidak terlalu sulit sih. Cuma perlu teliti aja. Dan saya
harus memulai dengan perakitan alat. Kemarin ada Nagasaki-san yang bimbing,
jadi tidak sulit. Sekarang? (garuk kepala), hehe.
seperangkat alat elektroforesis |
Dan ternyata saya masih ingat, haha. Sebenarnya prosesnya cuma tiga sih:
(1) persiapkan alat, (2), persiapkan bahan: buffer,
sample dll) dan (3) jalankan programnya. Kalau bagian perakitan alat ya tinggal
pasang-pasang doang sih, hehe. Yang agak ribet yang kedua, bahan. Saya harus
buat buffer solution dulu dan harus
hitung-hitung, hehe. Kalau sample, cuma tinggal campur-campur aja, udah deh :D.
Kalo jalankan prongram, tinggal setting mesinnya aja, udah :D hahaha.
Tapi, proses masukin samplenya itu lohhhhh. Ah, melelahkan. Harus ekstra
hati-hati. Kalau ceroboh, sample bisa masuk ke tempat yang salah atau bahkan
bercampur dengan buffernya. Tapi
Alhamdulillah, saya sukses! Haha.
Nah, setelah semua sample sudah masuk, saatnya menjalankan program. Saya
harus menunggu sampai 40 menit. Dan karena sudah masuk waktu sholat, jadi saya
bergegas menuju lantai tujuh di gedung sebelah.
pemandangan dari lantai 7. Labnya yang gedung kiri warna abu-abu |
Prayer Room ini hanya sebatas ruangan sederhana yang bertirai sebagai
pemisah antara jamaah laki-laki dan perempuan. Yah, ibadah tidak harus di
tempat yang mewah kan? Tapi ahamdulillahnya tempat ini selalu bersih karena
selalu ada petugas kebersihan yang mengurus. Didalamnya lengkap dengan sajadah,
Al-Qur’an, tempat wudhu, rak sepatu dan tempat sampah. Tapi sekarang sudah ada
satu set mukena yang diinfakkan oleh kak Nur. Alhamdulillah.
prayer room in NIMS |
Selesai sholat, saya menyegarakan diri untuk kembali ke lab. Saat timer
berbunyi yang menandakan bahwa 40 menit telah berlalu, saya segara menyiapkan
langkah selanjutnya yaitu pewarnaan. Saya harus mencampur buffer dengan zat pewarna kemudian menutunya rapat-rapat agar tidak
terkena cahaya.
Dan, inilah saat yang paling menengangkan. MEMINDAHKAN GEL. Yeah,
memindahkan gel dari wadahnya dan merendamnya di zat pewarna. Waduh, kemarin
saat saya mencoba bersama Cindy, saya merusak sebagian gelnya :’( jadi hari ini
saya sedikit takut, hikss. Dan mungkin karena saya panic dan tidak ada orang
yang menemani, saya sedikit gugup. Saya mencoba membuka secara perlahan agar
gel didalam plate tidak rusak. Gel nya tipis dan rapuh, hiks. Akhirnya saya
berhasil mengangkat plate bagian atas. Tersisalah gel dan plate penyangga
bagian bawah. Tapi saya membuat suatu kesalahan yang fatal….
Saat saya hendah mengangkat gel menggunakan tangan dan spatula, gelnya
rusak. Huaaaaa :’( yang ini lebih parah. Kemarin, yang rusak hanyalah bagian
samping kiri menuju tengah. Tapi sekarang gelnya terbelah dua. Saya sudah panic
setengah mati. Ah.. astagfirullah. Mana tidak ada orang yang dapat saya ajak
bicara.
gelnya rusak, hiks :'( |
Akhirnya dengan pasrah dan lesu, saya memindahkan secara perlahan
bagian-bagian gel tersebut kedalam kotak berisi zat pewarna dan
menggoyangkannya selama 20 menitan menggunakan shaker.
Dengan wajah putus asa, saya melihat handphone yang telah bergetar
menadakan waktu ashar yang tinggal 5 menit lagi. Saya pun meninggalkan lab
secepat mungkin. Kalau saya berlama-lama di lab dengan kejadian yang membuat
saya lesuh tersebut, saya bisa stress, hehe.
Oke, saatnya mengisi energy dengan beribadah. Rasanya saya ingin berlari
sekencang mungkin, atau bahkan terbang agar saya segera sampai ke prayer room.
Saya ingin mengeluarkan semua kegelisahan dan kekhawatiran saya. Saya ingin
curhat kepada Allah :’(
Setelah sholat, saya mencoba menenangkan diri dengan beristigfar
berkali-kali. Ah, cukup Allah yang tau curhatan saya. Saya hanya ingin
memnghabiskan waktu menunggu saya di ruangan ini. Yang jelas, saya sekarang
menjadi lebih tenang. Alhamdulillah.
Setelah itu, saya kembali ke lab dengan perasaan yang lebih tenang dari
sebelumnya. Oke, apapun hasilnya, tawakal. Hehe. Saya sudah berencana untuk
meminta ke Yamazaki-san untuk mengulang praktikum ini. Lembur? Oke! Saya siap
apapun itu.
Kemudian saya mempersiapkan mesin untuk memotret gel yang saya rendam
sebelumnya. Dengan hati-hati, saya mencoba memindahkan gel ke mesin dan
menyusunnya. Ada beberapa bagian yang hilang ternyata. Karena warna gelnya
bening, larutan pewarnanya juga bening, jadi sedikit sulit untuk mencari. Yasudahhhh…
tawakal.
Dan ternyata hasilnya pun tidak sesuai keinginan, hiks. Saya menelpon
Yamazaki san untuk memberitahu apa yang sudah terjadi. Tak lama, Yamazaki san
pun muncul. Dengan pasrah saya memberitahukan bahwa saya tidak sengaja merusak
gelnya. Sekaligus saya meminta izin untuk mengulang lagi. Tapi beliau bilang
tidak perlu, karena hasilnya negative. Ah, itu membuat saya sedikit kecewa.
Lalu setelah membereskan semuanya, saya kembali ke office dengan wajah
yang tidak terlalu berbeda, heheh. Sampai office, Mr. Shan bertanya “how about
the result?”. “Not good. And also the gel broken” saya menjawab dengan pasrah.
“It’s oke. Don’t worry about that. You can try it again” Ia membalas. Dan saya
hanya tersenyum. Ah, tak apa lah. Thanks Mr. Shan.
Dan dengan semua kegalauan, saya dan Cindy bergegas pulang ke Ninomiya. Kami
masih memiliki satu misi lagi, yaitu membuat video presentasi untuk mata kuliah
Nanobioteknologi. Ah..
Sesampainya di Ninomiya, saya dan Cindy langsung menuju ke lantai dua:
Library. Kami menghabiskan lebih dari 3 jam untu membuat video berdurasi 15
menit ini. Kami harus selesai sebelum pukul 11 malam, karena lampu akan mati
secara otomatis.
Setelah beberapa kali mengulang, akhirnya kami pun selesai. Dan menyerah
juga, hehe. Kami kembali ke kamar dan bergegas makan. Hahah. Iya laparnya udah
level atas nih. Sementara Cindy mengedit video, saya menyiapkan makan malam.
Ternyata editingnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat sadar, ternyata
jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Dan mata saya sudah tidak kuat
lagi. Alhasil, saya tidur. Gomen ne Cindy san…
Ah, hari yang benar-benar menguras tenaga, pikiran serta batin, hehe. Tapi
terlepas dari apapun itu, harus tetap disyukuri kan? Alhamdulillah. J
Oke, sekian cerita dari saya. Byee..
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Astaga.... yang bagian rusak gel-nya hahahaha *ngakak maksimal*
BalasHapusThat's okay. Emang gelnya rese sih. Btw nitip salam buat Mr. Shan yah. Bapaknya baik banget :)
hahaha. gomeenn aku baru baca semua komennya mi. ntr ku salamkan ya kalo aku balik ksana lg :D
BalasHapus