Tsukuba, 24 Januari 2015
Assalammualaikum
mina san
Mina san
wa ogenki desu ka? Watashi wa genki desu
Masih dengan cerita saya dan Indah dari tanah
rantauan. Semoga tidak bosan ya membacanya J Jepang masih seperti biasa, masih dingin, musim
dingin masih akan berlangsung mungkin hingga bulan Maret nanti. Tapi saya dan
Indah akan merasakan dinginnya kota Science
Jepang ini tinggal menghitung minggu. Bulan Januari sudah di penghujungnya,
hari selasa ini merupakan hari ke 65 saya dan Indah tinggal di Jepang,
menjalani proses internship kami
dengan sungguh-sungguh.
Cerita kami kali ini bukan tentang jalan-jalan
atau petualangan, baru hari Selasa, libur masih 4 hari lagi. Udah mau libur aja
Cin :D Di NIMS khususnya di bagian lab saya dan Indah, hari Selasa berarti Clean Lab Day (hari bersih-bersih lab),
agenda yang tidak pernah terlewatkan bagi kami berdua semenjak awal kedatangan
kami ke NIMS.
Hari ini Miku-san ternyata menginap di Ninomiya
House, jadi saya dan Indah tidak berangkat berdua ke kantor. Miku-san sudah
menyewa sepeda di apartemen, kami bertemu Miku-san tepat di parkiran. Yosh,
kami pun segera tancap pedal menuju ke kantor. Di tengah perjalanan saya
memberitahu Miku-san kalau saya dan Indah akan langsung ke lab untuk
membersihkan lab. Miku-san mengangguk dan akan ikut bersama kami.
Seperti biasa, saat membuka pintu lab orang
pertama yang selalu kami jumpai setiap selasa pagi di lab adalah Hattori-san.
Hattori-san selalu datang lebih awal daripada staff lainnya di lab.
“Ohaiyo
gozaimasu” ucap kami kepada Hattori-san
“Ohaiyo gozaimasu” balas Hattori-san dan tersenyum
kepada kami.
Tanpa perlu diberi komando, kami bertiga langsung
mengambil posisi masing-masing. Saya selalu memilih untuk mengumpulkan
sampah-sampah yang ada di bak sampah di dalam lab dan kemudian meletakkan
plastik sampah yang baru. Indah dan Miku-san segera mengambil handuk kecil dan
srottt, srott menyemprotkan alkohol 70% untuk membersihkan meja.
Tidak beberapa lama, Hoshi-san dan Nagasaki-san
tiba lab. Pekerjaan sudah hampir beres semuanya. Tidak butuh waktu lama untuk
membersihkan lab tersebut, apalagi sekarang personelnya sudah bertambah lebih
banyak. Suasana gotong-royong yang diterapkan di lab ini sangat terasa
nuansanya. Membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai.
Usai membersihkan lab, kami bertiga kemudian
menuju ke office. Di sana sudah ada Yamazaki-sensei dan beberapa staff lainnya.
Kohara-san belum datang hari ini. Kemarin Kohara-san bilang akan datang ke
kantor setelah makan siang.
Sensei kemudian mendekati saya dan Indah dan
mengingatkan jadwal kami berdua hari ini. Hari ini saya dan Indah akan
melakukan eksperimen bersama lagi setelah sekian lama berpisah. Saya akan
bermain lagi dengan elektroforesis untuk kedua kalinya, tapi bagi Indah ini
adalah kali pertamanya.
“Cindy dan Indah, jangan lupa untuk melakukan
elektroforesis hari ini, kalian pakai TBE Buffer yang baru di buat Kohara-san”
kata sensei kepada kami berdua.
“Haik, tapi saya tidak tahu di mana Kohara-san menaruh
TBE Buffer baru tersebut” jawab saya kemudian.
“That’s the good question, saya juga tidak tahu,
ya sudah tunggu dulu sampai Kohara-san datang” jawab sensei lagi.
Saya kemudian menatap Indah sambil memikirkan
kata-kata sensei “that’s the good question”.
Kami kemudian melanjutkan aktivitas kami berdua
sambil menunggu Kohara-san. Saya memilih membaca jurnal yang diberikan sensei,
sementara Indah berkutat dengan datanya. Setelah itu pukul 11.00 a.m saya
kembali lagi ke lab untuk melakukan eksperimen saya hingga siang. Kemudian dari
lab langsung menuju ke lantai 7 gedung kantor. Saat kembali ke office saya mendapati sebuah note yang
di tulis Indah tertempel di meja saya. Indah dan Miku-san sudah pergi ke
kafetaria dan meminta saya menyusul mereka.
Kafetaria sudah dipenuhi banyak orang. Di tengah
keramaian tersebut saya berusaha mencari Indah dan Miku-san. Ternyata di sana
ada Magae-san, Nagasaki-san dan Yuke-san. Wah, anggota wanita Yamazaki-group
hanya kurang Kohara-san ini. Saat saya tiba, mereka semua sudah hampir
menghabiskan makanan mereka. Saat saya membuka bekal makanan saya, Nagasaki-san
langsung tertarik dengan lauk yang saya bawa.
“Wah ikan, ini jenis ikan apa? Tangkap di sungai
atau di laut? Tanya Nagasaki-san, antusias seakan saya yang menangkap ikan
tersebut.
“Saya beli di KASUMI” jawab saya.
“Wahh KASUMI,, oke-oke” jawab Nagasaki-san
kemudian.
Entah kenapa Nagasaki-san bertanya dengan
antusiasnya, padahal lauk yang saya bawa tidak begitu spesial. Hanya ikan
lajang kecil yang saya beli di KASUMI seharga 200 yen yang kemudian dipindang
dan di cocol pakai masin (sambal udang khas Sumbawa). Hehehe, #ketahuan deh
lauknya.
Usai mengkeppo lauk saya Nagasaki langsung
terlibat percakapan dengan yang lainnya, kecuali saya dan Indah. Saya dan Indah
sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, sesekali kami berdua
saling lirik dan menahan tawa karena tidak mengerti satu kata pun.
Makan siang pun usai, kami kembali ke office. Dari ujung gedung seseorang
melambai-lambai ke arah kami, terlihat samar siapa itu, namun akhirnya saya
mengenali itu Kohara-san.
“Kohara-san” panggil saya
Kemudian bergegas masuk ke dalam office dan
mengambil notebook dan pergi menyusul Kohara-san. Nanti aku nyusul kata Indah
kepada saya. Oke, jawab saya dan pergi.
Electrophoresis!
Setiba di lab, saya menanyakan Kohara-san perihal
buffer yang akan kami gunakan untuk eksperimen kali ini. Kohara-san kemudian
mempersiapkannya.
“Cindy-san ini 5x TBE buffer, kamu encerkan jadi
1x ya, nanti bukanya di dalam clean bench karena ini sudah difilter” jelas
Kohara-san kepada saya.
“Haik, Kohara-san” jawab saya mantap dan hitungan
volume pengenceran buffer tersebut benar kepada Kohara-san.
Saat saya hendak menggunakan bench, Miku-san tengah menggunakan bench. Saya kemudian meminta izin kepada Miku-san untuk
mengencerkan buffer tersebut di dalam bench.
Tidak butuh beberapa lama, pengenceran pun selesai. Di saat ini saya tidak
menyadari bahwa saya telah membuat kesalahan yang lumayan mempengaruhi proses
eksperimen.
Usai menyiapkan buffer, tiba saatnya bagi saya dan
Indah mempersiapkan sampel yang akan di elektroforesis. Saat mencoba men-setting alat, saya malah bingung sendiri
caranya karena kali ini kami me-running dua
gel secara bersamaan. Kami berdua sungkan bertanya kepada Kohara-san karena dia
sedang mengerjakan eksperimen yang lain. Melihat kami berdua, Nagasaki-san
kemudian membantu kami mulai dari merangkai alat hingga meng-apply sampel. Saya dan Indah melakukan
prosesnya secara bergantian. Namun saat memasukkan sampel milik saya, malah
sampelnya tidak tepat masuk ke dalam well dan berceceran ke mana-mana dan masuk
ke well lain. Lagi, saya berusaha bertanya kepada Kohara-san, tapi Kohara-san
terlihat sibuk.
Untungnya, Magae-san menghampiri saya dan
memberikan solusi. Ternyata buffer yang kami masukkan kurang, itulah mengapa
sampel yang saya masukkan berceceran tidak masuk ke dalam well dengan sempurna.
Usai meng-apply semua sampel termasuk sampel milik Indah, kami berdua kemudian
me-running gelnya selama 40 menit. Kali ini Kohara-san sudah selesai dengan
pekerjaannya dan dapat kami ganggu. Kohara-san memastikan proses running gel
berjalan.
“Cindy-san, besok saya akan mengajarkan kamu
bagaimana cara melakukan ELISA untuk deteksi immunoglobin E dan G, ini
protokolnya, nanti kamu fotocopy dan
kembalikan lagi ke saya. Jadi hari ini kamu tolong lakukan persiapan untuk
besok” jelas Kohara-san
“Baik Kohara-san” jawab saya.
“Satu lagi, kamu akan menggunakan jenis pewarna
berbeda untuk mewarnai gel-mu (elektroforesis) kan, mari sini saya tunjukkan
tempatnya” lanjut Kohara-san. “Kamu harus hati-hati menggunakan pewarna ini,
pakai sarung tangan dan kaca mata, ini berbahaya” lanjut Kohara-san. “Lalu
nanti, kamu akan menggunakan mesin di sana untuk mengambil gambar hasil
elektroforesis mu” tambahnya lagi.
“Ah, iya Kohara-san, sekarang sudah jam 3, saya
bisa bertanya kepada Magae-san” jawab saya.
“Oke baiklah, saya pulang dulu, ingat jangan lupa
persiapkan untuk ELISA besok dan hati-hati menggunakan pewarna gel, pakai
sarung tangan dan kaca mata, jangan lupa untuk mengecek gel mu juga” jelas
Kohara-san mengulang lagi pekerjaan yang harus saya kerjakan sore itu.
Sejujurnya kepala saya pusing dengan rentetan
tugas itu. Saya kemudian mulai mengerjakan satu persatu pekerjaan saya.
“Cindy-san, saya akan mengajarkan mu cara
menggunakan alat untuk mengambil gambar hasil elektroforesis” Magae-san
menghampiri saya.
“Ah iya, Magae-san, tapi saya mau mempersiapkan
untuk ELISA dulu” jawab saya.
“Oke baiklah, saya akan ke kantor dulu mengambil
tas, nanti saya kembali” jawab Magae-san.
Tidak beberapa lama, Magae-san kembali dan saya
baru saja menyelesaikan proses persiapan ELISA saya. Setelah itu saya dan
Magae-san mengecek sampel yang tengah dielektroforesis.
“Ini hasilnya tidak bagus, seharusnya pitanya
berpisah” jelas Magae-san.
Saya kaget melihat hasilnya. Proses running gelnya sudah hampir selesai,
tapi hasilnya belum menunjukkan bahwa proses tersebut akan selesai. Kami berdua
mengecek protokol kerja. Tidak ada yang salah, semuanya sesuai yang tertulis di
kertas. Sudah hampir pukul 16.00, saya dan Magae-san masih belum menemukan
letak kesalahan proses tersebut. Hingga pada akhirnya, buffer kami habis dan
saya hendak mengencerkannya lagi, saya baru sadar, bahwa saya telah dikecohkan
oleh satuan volume.
Seharusnya saya mencampurkan 140 mL 5x TBE Buffer
ke dalam 560 mL air. Namun yang saya lakukan adalah saya mencampurkan 1400 uL
(1,4 mL) 5x TBE Buffer. Saya menjelaskan kepada Magae-san dan setelah itu
membuat buffer yang baru. Indah sudah bergabung lagi di lab. Magae-san kemudian
membantu kami menjalankan lagi proses running
gel elektroforesis tersebut, setelah itu Magae-san pulang, tersisa hanya saya
dan Indah di lab.
Kesalahan yang saya lakukan memang tidak terlalu
fatal, namun cukup membuat waktu pulang kami lebih lama. Kami harus menunggu
selama 40 menit lagi hingga proses running
gel selesai. Mungkin sensei bertanya-tanya kenapa saat beliau tiba di lab
pukul 5 lebih pekerjaan kami belum juga selesai. Itu semua karena kesalahan
saya. Karena terburu-buru jadinya saya tidak begitu memperhatikan apakah yang
saya lakukan sudah sesuai apa tidak.
Indah dan Sensei sedang melihat hasil elektroforesis |
Namun terlepas dari itu semua, saya banyak belajar
dari apa yang terjadi hari ini. Mulai dari semangat gotong-royong, apresiasi,
semangat membantu dengan sukarela yang ditunjukkan oleh orang-orang di lab
adalah beberapa hal dari sekian banyak pelajaran yang bisa saya ambil hikmahnya
dari orang-orang Jepang. Saya juga belajar dari kesalahan yang terjadi, sebagai
bahan muhasabah diri untuk menjadi lebih baik ke depannya.
panjang bener -_-
BalasHapustapi keren.!
hahaha gitu deh Mas :)
HapusMakasih yak udah baca blog kami. Maaf banget baru dibalas sekarang :')
hah..... kapan aku bisa pergi ke jepang
BalasHapusInshaa Allah kalo memang ada kemauan pasti akan ada jalannya. Semangat yak!
Hapus