Link

Minggu, 29 November 2015

Special Weekend: Menjelajahi Sisi Lain Negeri Sakura

Tokyo, 22 November 2015

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, dapat weekend lagi. Haha. Memang weekend menjadi kata yang paling istimewa dan hal yang selalu kami tunggu-tunggu :D. Kalau di ingat, dalam minggu ini kami hanya masuk kantor dua kali, haha. Beruntungnya :D

Setelah puas menanjaki Tsukuba Mountain kemarin, hari ini kami akan mengelilingi kawasan wisata di Asakusa, Tokyo. Wahhh, asikk :D. Dan untuk kesekian kalinya, kekuatan kaki kami pun di uji. Ah, sabar.. Tapi tak apa, karena kami akan menghabiskan waktu di Tokyo sampai besok. Hahhaa..

Hari ini kami pergi bersama kak Norhidayah yang berkebangsaan Malaysia, sahabat seperjuangan yang kami kenal di NIMS. Dari apartemen – Ninomia House – kami berjalan menuju Tsukuba Center. Sampai sini, kami pun berpisan dengan Kak Nur, karena beliau telah punya rencana sendiri untuk mengisi waktunya. Terima kasih kak Nur J. Kami membeli tiket kereta dari Tsukuba ke Asakusa. Ternyata mahal, hiks :’(. Kami mengengeluarkan ¥ 1140 untuk membeli tiket kereta Tsukuba Ekspress dari Tsukuba ke Asakusa, sekitar Rp. 140.000 dalam mata uang Indonesia. Memang benar, transportasi di Jepang memang mahal. Tapi hal ini setara dengan fasilitas yang mereka sediakan. Iya sih, kalau dipikir-pikir, hehe. Kereta melaju sangat cepat. Sekitar satu jam di dalam kereta, kamu pun sampai di stasiun Asakusa. Didalam kereta sangat nyama. Bersih, rapi, dan ada penghangatnya pula.
Antrian penumpang kereta api

Memang butuh perjuangan untuk sampai kesini, karena kami harus turun di stasiun Kita-senju, kemudian pindah ke kereta yang meluncur ke Asakusa. Beberapa kali kami bertanya kepada orang-orang yang lalu-lalang di depan kami. Yah, lagi-lagi masalah bahasa menghambat komunikasi kami. Terpaksa, bahasa tarzan yang bermain. Haha. Ini karena pertama kalinya untuk kami, makanya kami masih sulit beradaptasi dan memahami bagiamana seluk-beluk transportasi di Jepang. Tapi untungnya semua jadwal maupun lajur kereta terpampang dengan jelas di setiap stasiun.

Disini sedikit berbeda dengan stasiun kereta yang pernah kami singgahi di Indonesia. Di samping rel intasan kereta, sudah ada garis antrian yang menandakan bahwa pintu kereta akan berhenti tepat di depan garis tersebut. Ada juga tanda panah di sampingnya yang mengarahkan penumpang harus masuk melalui pintu yang mana. Jadi, para penumpang akan berbaris dengan rapi dan tertib. Wah, ini adalah pemandangan yang tidak pernah saya jumpai sebelumnya. Saya berharap, suatu saat negara kesayangan saya akan mampu menerapkan sistem yang seperti ini, sehingga beberapa kecelakaaan kecil di stasiun dapat dihindarai.

Petualangan hari ini tidak hanya untuk kami berdua, melainkan petualangan beberapa muslimah Indonesia yang ada di Jepang, salah satunya dosen kami tercinta, Bu Dwi. Beliaulah yang mengajak kami jalan-jalan atas permintaan dari pembimbing kami, Dr. Yamazaki. Kiranya beliau khawatir akan kami berdua dalam beberapa hari libur ini, sehingga beliau meminta bu Dwi untuk menemani kami. Yaampun, baik bangettt.

Kami sampai di terminal A2, di satsiun Asakusa tempat kami memadu janji dengan bu Dwi. Asek, haha. Kami tiba sekitar pukul 09.30 pagi waktu Jepang. Ah, kami tidak dapat berkomunikasi dengan bu Dwi. Kami pun menunggu berjam-jam lamanya seperti anak hilang di depan stasiun. Bu Dwi, where are you?  Kami hanya melihat kerumunan orang yang berlalu-lalang di depan kami, dan sesekali melirik kami. Ah, indah sama Cindy fansnya banyak euy, wkwkwk. Kami pun lelah dengan semua ini! Asekk, haha. Akhirnya kami berinisiatif untuk meminjam handphone dari seorang ibu yang berdiri di hadapan kami. Ia bersama suami dan anak-anaknya membawa koper dan mendorong kereta bayi. Akhirnya kami pun memberanikan diri untuk meminjam handphone mereka. Yah, kami di tolak. Hiksss. Sang ayah berkata bahwa mereka sebentar lagi akan pergi. Dan mereka pun langsung meninggalkan kami. Aih, kesepak gerup. Saya dan Cindy pun saling melirik dengan wajah pasrah. Tetapi beberapa menit kemudian sang ayah yang tadi kembali menghampiri kami. Ia menanyakan berapa lama kami membutuhkan handphone. Dan kami pun menjawab hanya sebentar, untuk mengabari dosen kami dimana posisi kami. Ia pun mengerti dan memberikan password wi-fi handphonenya kepada kami. Alhamdulillah, si bapak sudah dapat hidayah kayaknya :D. Dengan mata berbinar kami pun mencatat dengan cepat tulisan tersebut. Setelah beberapa menit, kami pun selesai mengabari bu Dwi via WA mengenai posisi kami. Dan si bapak pun pergi dengan iringan senyum dan terima kasih dari kami, hehe.

Beberapa menit berlalu, namun bu Dwi tak kunjung datang. Padahal beliau berkata bahwa beliau akan berjalan menuju tempat kami. Dan bu Dwi tidak salah. Beliau telah lama pula menunggu kami di stasiun Asakusa. TEPATNYA DI STASIUN A1. Gubrakkkkkkk. Sebenarnya stasiunnya ada dua jalan keluar, yang A1 sama A2. Nah, kita nunggu di A2, bu Dwi di A1. Ya mana bias ketemuuuuuuuu…

Tapi endingnya ketemu sih, hehe. Saya memang sempat berpikir demikian. Oleh sebab itu saya menyiagakan mata untuk melihat kesekeliling. Ternyata, di sebrang jalan sana saya melihat dua sosok wanita berjilbab. Spontan saya memanggil Cindy untuk ikut menyaksikan peristiwa penting ini. Hahah, edisi termehek-mehek nih kayaknya :D

Temu Kangen Dosen Tersayang

Alhamdulillah, akhirnya bertemu bu Dwi juga. Edisi jadi anak hilang berakhir, jreengg jerenngg. Saya pun langsung memeluk beliau. Saking rindunya, hehe. Bu Dwi tengah menempuh S3 di Tokyo, tepatnya di Tokyo University of Agricultre and Technology (TUAT). Ini adalah bulan kedelapan beliau menjadi penduduk Tokyo. Beliau mengajak temannya yang bernama Mba Atik, yang bisa dibilang guide terbaik beliau. Mba Atik lah yang memandu kami untuk berjalan-jalan sambil cuci mata. Hehe. Wah, kawasan ini sangat padat oleh pengunjung. Jauh sekali dengan Tsukuba yang hening dan sepi. Saat hari libur memang tempat ini menjadi salah satu tempat favorit warga Jepang dari berbagai daerah. Tetapi banyak bula turis-turis dari belahan dunia lainnya yang melancong kesini. Dari Malaysia, Korea, India, China, Amerika dan Eropa, lengkap disini. Wah wah, kerennnnn. Readers, kapan kesini? :D

Wisata Kuliner + Cuci Mata

sebut saja "Becak Raksasa"
Kami mulai memasuki gang-gang yang di kiri dan kanannya penuh dengan kedai makanan maupun toko-toko kecil yang menjual beraneka ragam barang. Adapula semacam kereta yang berlalu-lalang. Kereta ini unik sekali, dan mungkin juga bukan kereta, hehe. Bingung mau sebut apa :D. “Alat transportasi” ini seperti becak, dengan dua roda yang sangat besar di kiri-dan kanannya. Tapi tidak digerakkan dengan sepeda, melainkan ada seorang yang menariknya. Wahhhhh, sugoiiii. Kami juga ingin mencoba menaiki kendaraan tersebut. Tapi niat kami urungkan kembali mengingat hal itu tidak gratis. Hahaha, maklum anak perantauan, jadi harus hemat :D

Keramaian pengunjung di Kuil/Candi
Mulailah kami memasuki area percandian, dimana banyak warga Jepang datang untuk berdoa. Langkah kami terhenti saat bu Dwi memberitahu kami bahwa aka nada beberapa orang lagi yang akan berkeliling bersama kami. Sembari menunggu, kami pun membeli roti seharga ¥200. Eh ada diskon, beli 3 dapatnya ¥500. Haha. Wah ramai juga penggemar roti ini. Rotinya seperti Roti Boy, tapi besarnya setara dengan dua telapak tangan saya. Kami harus mengantri untuk membelinya. Dan ternyata enakkkk… krenyes-krenyes gimanaaa gitu. Wkwkwk.

Rotinya enak bangettt
Salah satu yang paling saya sukai dari Jepang, selain kotanya yang indah, adalah makanannya. Eits, bukan untuk dimakan, tapi untuk dilihat, hehe. Mereka menggoda pelanggan dengan menata makanan yang mereka buat secantik mungkin. Dengan tatanan yang cantik dan warna yang menarik, tentulah memberikan nilai tambah tersendiri. Dan saya sangat suka bagaimana mereka menyajikannya. Meskipun bahan dan rasanya, ah you know what I mean lah!

Satu yang membuat saya tertarik. TAKOYAKI. Ah, saya pengeeennnn. Akhirnya kami membeli seporsi yang isinya 6 biji, dengan harga ¥ 500. Dan kami di traktir. Ah bu Dwi, sayang pake banget deh sama Ibu :D. Takoyaki ini terbuat dari adonan tepung yang dibulatkan seperti onde-onde dan isinya adalah potongan gurita. Ini termasuk makanan halal yang aman dikonsumsi oleh muslim seperti kami. Tapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kami pun tidak menambahkan saus atau apapun, sehingga hanya takoyakinya saja yang kami makan. Si penjual memasang wajah heran mendengar permintaan kami. Hehehe. Memang takoyaki biasa dimakan dengan berbagai macam topping dan taburan ikan asap yang diiris setipis mungkin di atasnya. Rasanya enakkkk.. tapi panas banget dalamnya. Ah, ini toh alasannya orang-orang yang makan takoyaki ngipas-ngipas mulut?! Kirain kepedisan, hahaaha.

Takoyaki
Setelah makan dan berkomunikasi dengan teman bu Dwi yang lainnya, kami pun berencan untuk bertemu di depan candi yang paling besar. Jadi, candi ini menjadi pusat di kawasan ini. Sedangkan sekelilingnya dipenuhi oleh pedagang-pedagang yang menjual berbagai macam hal. Kami pun bertemu dengan mereka. Mereka adalah mba Dila, mba Yuli dan mba Indri. Mereka juga tengah menempuh pendidikan di Negeri Sakura ini. Masyaallah…

Lengkaplah kami, 7 hijabers yang siap untuk mengelilingi Asakusa. Dari satu tempat belanja ke tempat lainnya, kami masuki. Hahaha, namanya juga cewe, ya emang suka kalap kalau ketemu yang beginian :D. Mau ada yang di beli, gak ada yang di beli, pokoknya masuk! Cuci mata sampai puas pokoknya. Semua barang termasuk aksesoris khas Jepang, gantungan kunci dan yang lainnya memang bikin ngiler. Gilaaa,,, bagus semua woy! Tapi kalau liat harganya jadi pengen nangis, hikss. Karena ini tempat wisata, jadi wajar bila harga-harganya lebih mahal. Untungya saya masih bisa menahan diri dari semua godaan yang berat ini. Saya hanya membeli sebuah barang yang memang penting dan sangat saya butuhkan. Barang ini telah saya cari untuk sekian lama. Barang ini telah saya damba-dambakan. Oh. akhirnya ketemu. Alay banget sih gua, hahaha. Dan itu adalah PAYUNG LIPAT SEHARGA ¥750. Hahaha, aduh Indah, malang sekali dirimu. Tapi emang gitu kenyataannya. Hehe. Dari hari pertama di Jepang, saya dan Cindy sudah menargetkan untuk membeli paying karena musim hujan telah tiba. Kami sengaja membeli payung yang bisa di lipat, agar dapat di bawa pulang. Hehe.

Suasana Asakusa di waktu libur
Setelah berbelanja, berkeliling dan lapar, kami pun pergi ke sebuah restoran yang menjual makanan halal. Dan di tempat tersebut kami juga bisa melaksanakan sholat. Alhamdulilah. Kami bertemu dengan beberapa orang Indonesia juga di tempat itu. Kami pun menunaikan sholat dan makan dengan riang. Yeeeee… ini yang saya tunggu :D

Saya, Cindy, Mba Indri, Mba Yuli, Mba Dila, Mba Dwi dan Mba Atik
Selepas itu, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Akihabara. Wahhh, memang wanita-wanita tangguh :D. Dari Asakusa ke Akihabara, kami menggunakan kereta seharga ¥210. Sampai Akihabara, kami disambut oleh ramainya kendaraan dan orang yang berlalu lalang. Tujuan utama kami kesini sebenarnya hanya satu: Jalan-jalan! Tapi karena Akihabara menyediakan banyak hal yang menarik, niat-niat lain pun bermunculan. Hahahha. Mengingat SIM card kami tidak berfungsi di Negeri Sakura ini, kami pun disarankan untuk membeli SIM card setempat. Tapi yang hanya dapat digunakan untuk internet saja. Soalnya sistem di Jepang sangat rumit. Mereka hanya bisa menggunakan satu SIM card atau nomor handphone seumur hidup. Katanya sih ada kontraknya gitu. Jauh berbeda dengan Indonesia maupun Sumbawa, yang bisa berganti-ganti nomor kapanpun.

Kami pun mencoba mencari kartu intenet yang sesuai dengan handphone kami. Untunglah kami punya mba Atik yang bisa dikatakan sudah ancar berbahasa Jepang. Beliaulah yang menyampaikan suara hati kami ke mas-mas yang menjadi staf disini. Heheh. Arigatou mba Atik J. Tapi ternyata tidak ada yang sesuai untuk kami. Harganya pun bisa dibilang mahal. Kartu internet dengan kapasitas 2 gigaan bisa menjapai 2 ribuan yen, atau setara dengan dua ratusan ribu rupiah. Ah…..

Setelah sangat lelah berkeliling, dan mata telah di cuci dengan sangat bersih, hehe, kami pun memutuskan untuk pulang. Tapi sebelum itu, kami menyempatkan untuk berfoto di depan AKB48 Café and Shop untuk dipamerkan kepada Fahmi, mengingat ia adalah fans besarnya AKB48. Hahahah. Gomenasai Fahmi-san :D

Foto buat Fahmi :D
Rasa lelah bercampur senang mengiringi perjalanan kami menuju stasiun kereta. Saya dan Cindy akan menginap di kediaman bu Dwi di Hagashi-koganai, Tokyo. Oke mba Atik, mba Dila, mba Indri dan mba Yuli. Thanks for today. Terima kasih atas waktunya. Semoga kapan-kapan bisa jalan-jalan bareng lagi yaa J

Stasiun Akihabara yang ramai
Saya, Cindy dan bu Dwi pun pulang menaiki kereta seharga ¥470. Sesampainya di stasiun, kami mampir dulu ke super market untuk membeli bahan makanan untuk menyambung kehidupan kami. Hehe. Setelah selesai, kami pun berjalan menuju apartemen bu Dwi. Subhanallah, jauhhh bangeettt bu :’(. Kaki yang sabar yaaa :’)

Setelah berjalan sekitar 20 menitan, kami pun sampai. Ah, Alhamdulillah. Kami menunaikan sholat, lalu masak, lalu makan, lalu tidur, hehehe. Alhamdulillah untuk hari ini. Terima kasih ya Rabb J

Ucapan itulan yang kami lantunkan untuk menutup hari yang indah ini. Nah readers, sekian cerita dari saya dan Cindy. Semoga bisa menghibur yaaa J

Wassalamualaikum Wr. Wb J

5 komentar:

  1. Hahaha, dasar niat sekali sih kalian. Tapi aku udah ke sana juga dong ya, jadi ndak akan baperan :D

    Nice trip!

    BalasHapus
  2. hahaha. itu bu dwi punya akal :D

    BalasHapus
  3. Aduh ceritanya sangat menginspirasi sekali untuk saya.saya jadi pengen banget kesana untuk menuntut ilmu di negara sakura.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah. terimakasih sudah membaca dan berkomentar :)
    insyaallah semoga bisa nyusul yaaa ^^

    BalasHapus
  5. Nice trip lah ini. Jalan kaki.... :D

    BalasHapus