Assalammualaikum
Ohaiyo gozaimasu minna san, Ogenki desu ka?
Selamat pagi semuanya, apa kabar?
Kaalai Vanakkam, Neenga Eppadi Iyukkeenga?
Selamat pagi semua, apa kabar?
Bonjour, comment allezvous?
Wih, 5 bahasa ya.. Hehehe :D
Well dreamers, wishing all of you are in the good shape J
Kali ini saya
akan menceritakan mengenai petualangan di hari ketiga kami berada di Jepang. Dreamers jangan envy yaaahh, semoga Allah SWT memberikan kesempatan yang lebih luar
biasa kepada pembaca setia di lain waktu.
Aamiin J
Hari kerja
saya dan Indah di NIMS adalah Senin-Jum’at dimulai pukul 08.30 a.m – 05.00 p.m.
Hari ini hari Sabtu, it means Holiday! Baru
hari ketiga sudah libur, hehehe, Alhamdulillah.
Berdasarkan
laporan cuaca hari ini (Sabtu, 21 November 2015) wilayah Tsukuba dan sekitarnya
terang benderang alias cerah. Oleh karena itu, Kak Norhidayah (teman kantor di
NIMS asal Malaysia) mengajak kami untuk “muncak” ke Mt. Tsukuba. Sebagai orang
baru di Kota Science Jepang ini kami tentunya menerima tawaran menarik ini.
Sudah jauh-jauh merantau ke Negeri Sakura ini masa hanya mendekam di apartemen.
Kalau begitu mah di Indonesia juga bisa tidak perlu jauh-jauh ke Jepang. Hihihi
^_^
Kami berdua
(Cindy dan Indah) ternyata tinggal di apartemen yang sama dengan Kak
Norhidayah, di Ninomiya House. Nah, sesuai janji kami kemarin, kami akan
bertemu pukul 07.30 a.m di lobi apartemen. Setelah sarapan saya dan Indah
bergegas turun ke lobi khawatir Kak Norhidayah sudah menunggu kami. Meski sudah
buru-buru ternyata belum ada siapapun di lobi. Syukurlah, tidak enak kalau Kak
Norhidayah yang menunggu kami. Tidak beberapa lama Kak Nor—sapaan akrab kami
untuk Kak Norhidayah—muncul bersama seorang perempuan dengan aksen wajah
seperti orang Arab. Perempuan tersebut juga akan ikut berpetualang bersama
kami. Namanya Hana, dia berasal dari Prancis.
“Hi, I’m Hana, I’m from France. But actually I was born in Arabian and I
growth in France”
“Hi, I’m Cindy and I’m Indah, we are from Indonesia” balas
perkenalan dari saya dan Indah.
Wah, Mrs. Hana
kece banget. Hehehe.
Perjalananan menuju Mt. Tsukuba
(Perjalanan menuju Tsukuba Center) |
Usai
perkenalan kami pun memulai perjalanan menuju Stasiun Bus Tsukuba Center. Nah dreamers, untuk bisa sampai di Mt.
Tsukuba, dari Ninomiya House kami harus berjalan kaki selama kurang lebih 30
menit menuju Tsukuba Center, jaraknya mungkin sekitar 3 km, #i’m not really sure. Setelah itu dari
Tsukuba Center perjalanan dapat ditempuh
menggunakan shuttle bus menuju
Mt. Tsukuba. Ada dua pilihan tiket bus. Pertama, one way (sekali perjalanan) 720 yen (dewasa)/ 360 (anak-anak) rutenya Tsukuba Center—Tsukubasan Jinja Iriguchi dapat ditempuh selama 36
menit. Rute kedua adalah dari Tsukuba
Center—Tsutsujigaoka (50 menit), 870 yen (dewasa)/440 (anak-anak) sekali
perjalanan.
Kami
memilih tiket round trip (pulang
pergi) untuk tiket kedua. Sehingga masing-masing orang harus membayar sebesar
1.740 yen. Kak Nor memesankan tiket untuk kami berdua. Antrian di Tsukuba
Center untuk shuttle bus tujuan Mt.
Tsukuba hari itu benar-benar panjang. Nampaknya memang hari Sabtu dengan cuaca
cerah tersebut adalah pilihan terbaik untuk melihat warna warni Jepang dari
puncak Mt. Tsukuba. Armada shuttle bus dengan
tujuan Mt. Tsukuba nampaknya
ditambah. Di hari normal shuttle bus beroperasi
setiap 30 menit sekali. Tapi hari itu mungkin hanya selang 10 menit setelah
keberangkatan shuttle bus lainnya
sudah muncul.
(Antrean di Loket Pembelian Tiket menuju Mt. Tsukuba) |
Di
Tsukuba Center kami bertemu dengan seorang teman yang turut ikut berpetualang
bersama kami ke Mt. Tsukuba. Mr. Shan, teman kantor kami ternyata beliau juga
ikut. Saya kira laki-laki asal India yang tengah menempuh Post Doctoralnya ini hanya
sekedar memberikan kami informasi bus saja kemarin di kantor karena beliau sudah
pernah ke Mt. Tsukuba sebelumnya. Yeay, petualangan
kami nampaknya akan sangat menarik. Setelah mengenggam tiket kami pun mengantre
untuk mendapatkan bus. Tidak lama petualangan kami pun dimulai.
Sekilas saya
memperhatikan antrean di loket penjualan tiket semakin panjang saja. Antrean
ini adalah salah satu hal yang saya sukai dari negeri sakura ini. Setiap orang
tidak peduli tua muda mengantre dengan rapi dan sabar menunggu gilirannya.
Tidak ada main rusuh atau berebut sama sekali. Wah, rasanya saya dan Indah
diajarkan untuk menjadi orang baik di sini. Karena kami saat di Indonesia
jarang sekali membuat antrean yang rapi seperti ini.
Empat Negara Satu Tujuan
Nampaknya dreamers sudah bisa menebak maksud dari
judul tulisan ini. Sepertinya begitu pula dengan maksud 5 bahasa dari negara
berbeda di atas. Hehehe. Yap, kami berlima berasal dari 4 negara berbeda.
Indonesia (Cindy dan Indah), Malaysia (Kak Nor), Prancis (Mrs. Hana), India
(Mr. Shan). Hari ini kami berdua memiliki satu tujuan yang sama yakni
berpetualang menuju Mt. Tsukuba untuk melihat warna-warni negeri Sakura
tersebut dari ketinggian.
Mr. Shan, Mrs. Hana, Kak Nor, Indah dan Cindy (belakang ke depan) |
Perjalanan
yang diperkirakan hanya ditempuh selama 36 menit (kami akan berhenti di Tsukubasan Jinja Iriguchi) nampaknya
menjadi lebih lama. Mt. Tsukuba mendapatkan banyak tamu hari ini. Macet tidak
dapat dihindari karena banyaknya pengunjung. Huhuhu tapi macetnya tidak membuat
bosan karena kami bisa melihat pemandangan pohon-pohon yang tidak lagi berwarna
hijau.
Sesuai
saran dari Mr. Shan, kami memilih turun Tsukubasan
Jinja Iriguchi. Mr. Shan mengatakan bahwa kami dapat mencoba semua
fasilitas yang ditawarkan oleh gunung tersebut. Saya jadi penasaran dengan
fasilitas tersebut. Hehehe
Indah sedang mencuci tangan |
Dari
Tsukubasan Jinja Iriguchi kami harus
berjalan kaki sepanjang 500 m. Nah di gunung tersebut terdapat sebuah candi.
Uniknya sebelum memasuki wilayah candi tersebut pengunjung harus membasuh
tangan mereka dengan air yang sudah disediakan di luar pekarangan candi. Pantas
saja candi tersebut ramai karena memang menawarkan view yang unik sebagai background
foto. Saat tengah asyik berfoto, seorang nenek-nenek menyapa saya dan Indah.
Nenek tersebut langsung menanyakan apakah kami dari Indonesia atau Malaysia.
Subhanallah,
hanya ada dua negara yang disebut nenek tersebut. Beliau menandainya karena
kami menggunakan jilbab.
“Watashi wa Indonesia jin desu” jawab kami.
Nenek tersebut
menganggung dan tersenyum sambil menunjuk jilbab kami. Ada perasaan bangga yang
menyelimuti hati saya saat itu. Bagaimana hijab adalah sebuah penanda bagi
seorang akhwat agar dapat dikenali. Alhamdulillah, kami seperti dihormati di
sini. Semoga tetap istiqomah ya ukhti. #yukhijrah J
Indah berfoto di depan Tsukubasan Shrine |
Sepanjang perjalanan 500 meter tersebut kami berlima ditemani oleh
indahnya warna-warni pohon yang telah berubah warna. Merah, kuning, Orange,
begitu rata-rata warna pohon di sana. Masya Allah, indah sekali. Setelah
berjalan 500 m, kami akhirnya sampai di stasiun cable car. Kereta dengan teknologi canggih yang dapat membawa
pengunjung menuju puncak Mt. Tsukuba dengan cepat. Untuk dapat menggunakan
fasilitas tersebut kami harus membeli tiket dengan harga 580 yen (dewasa)/ 290
yen (anak-anak) untuk sekali perjalanan. Kami berlima membeli tiket one way, karena nanti saat turun kami
akan menggunakan fasilitas lain. Hohoho :D
(Warna-warni dedaunan di Mt. Tsukuba) |
Cable car ini beroperasi
setiap 20 menit sekali. Ada yang menarik dari petualangan menggunakan cable car ini. Di pertengahan rutenya
terdapat jalur separasi antara cable car yang
membawa penumpang menuju ke atas gunung dan cable
car yang membawa penumpang kembali. Di jalur separasi tersebut kedua cable car selalu bertemu. Hal ini
mengundang sedikit kepanikan sekaligus kekaguman pada penumpang. Panik karena
takut akan tabrakan dan kagum karena kedua cable
car tersebut dapat saling mengindari dengan berganti jalur. Wah, sugooiiii ne!
Cable car (kiri) dan Jalur Separasi Cable car (kanan) |
Petualangan menggunakan cable car
berhenti di Tsukuba –Sancho Station
di atas Mt. Tsukuba dengan jarak 2 km selama 8 menit. Nah, dari Tsukuba –Sancho Station kita cukup
berjalan beberapa menit untuk sampai ke Miyukigahara. Di Miyukigahara kita bisa
duduk bersantai sejenak. Bagi yang ingin berburu suvenir atau makan, di Miyukigahara inilah teman-teman dapat membelinya. Di
tempat ini ada kedai makanan dan juga beberapa kedai suvenir dari Mt. Tsukuba. Eitz,
bagi yang muslim disarankan membawa bekal sendiri ya, lagi pula harga makanan
di sini mahalll. Untuk urusan suvenir di sini banyak sekali tersedia suvenir
khas dari Mt. Tsukuba. Teman-teman akan banyak sekali menjumpai oleh-oleh
dengan ikon katak. Loh, kok katak? Hihihi, sabar dulu ya, jawabannya di bagian
bawah cerita ini.
Hari itu Kak Nor membawa bekal, sedangkan kami dan yang lainnya tidak.
Eh tapi Mrs. Hana juga membawa bekal. Kak Nor membuat masakan Malaysia, bentuk
dan rasanya seperti perkedel jagung di Indonesia, tapi versi jagung sedikit dan
ditambah ikan teri. Kami menyantap bekal yang dibawa Kak Nor sambil melihat
pemandangan negeri sakura tersebut dari atas. Umm, yummy!
(Pemandangan dari Miyukigahara) |
Tsukuba Watching from Top of Nyotaisan
Usai menyantap makanan makanan
melanjutkan petualangan kami. Mr. Shan mengajak kami berempat menuju puncak
tertinggi Mt. Tsukuba. Top of Nyotaisan (877 m) menjadi puncak tertinggi dari
Mt. Tsukuba karena 6 m lebih tinggi dari Top of Nantaisan (871 m). Jadi dreamers, Mt. Tsukuba memiliki dua
puncak, yakni Nyotaisan (yang paling tinggi) dan Nantaisan. Teman-teman bisa
memilih mau berkunjung ke puncak yang mana atau berkunjung ke keduanya juga
boleh. Dari Miyukigahara tadi jarak tempuh menuju kedua puncak tersebut sama. Sama-sama
15 menit dengan berjalan kaki.
Kami berlima memilih pergi ke
puncak Nyotaisan. Alasannya sih sederhana karena yang paling tinggi. Nampaknya estimasi
berjalan kaki 15 menit untuk sampai ke puncak Nyotaisan meleset jauh. Weekend
kali ini Mt. Tsukuba memiliki banyak sekali tamu. Hal ini membuat kami harus
mengantre lama untuk bisa sampai ke puncak tertinggi tersebut. Tapi teman-teman
tidak usah khawatir menunggu di Mt.
Tsukuba tidak akan membuat bosan kok. Cukup menengok ke kiri atau ke kanan sedikit
saja decak kagum dreamers tidak akan
pernah berhenti. Pemandangan yang disajikan dari atas gunung tersebut sangat
memesona. Pohon-pohon dengan daun berwarna warni, hingga pohon sakura yang
sudah tidak memiliki daun pun masih tetap mengundang decak kekaguman. Masya
Allah.
Perjalanan menuju Puncak Nyotaisan, puncak tertinggi Mt. Tsukuba |
Di tengah perjalanan kaki menuju
puncak Nyotaisan kami menjumpai sebuah batu yang mirip seperti katak. Persis
sekali seperti katak yang mulutnya sedang menganga. Nah, itulah mengapa ikon
dari Mt. Tsukuba adalah katak. Saya menjumpai masyarakat Jepang tengah asyik
melemparkan kerikil pada mulut batu katak tersebut. Terlihat juga di dalam
mulut batu yang menyerupai katak tersebut telah penuh sesak dengan batu. Wah,
seru juga melihat para pengunjung semangat melemparkan batu akan bisa masuk dan
tidak terjatuh. Hihihi, hiburan unik.
Batu yang menyerupai Katak di tengah perjalanan menuju puncak Nyotaisan (kanan), pengunjung melempar kerikil ke mulut batu Katak (kiri dan tengah) |
Pemandangan yang jauh lebih
indah juga disajikan dari puncak Mt. Tsukuba ini. Hamparan pohon
berwarna-warni, rumah-rumah warga, kesibukan mobil dan bus, dua pesawat kecil
yang berlalu lalang, serta hawa dingin, udara segar dan sinar matahari yang
memancar cerah adalah komposisi yang sangat cantik. Bersatu padu dalam
keindahan membuat mata dimanjakan sejauh memandang. Autumn benar-benar keren dan cantik. Saya masih seakan tidak
percaya berada di tempat seindah ini. Betapa indah ciptaan-Nya.
(Pemandangan dari Puncak Nyotaisan) |
Sayang, kami tidak bisa berlama-lama di puncak tertinggi tersebut. Banyak
orang yang tengah mengantre untuk bisa merasakan hal yang sama dengan kami. Setelah
mengabadikan momen langkah ini, kami berlima akhirnya memilih kembali. Kami juga
harus mengantre untuk bisa kembali dari puncak Nyotaisan.
Ropeway,
Kereta Gantung
(Ropeway) |
Well, harus saya acungi dua jempol
untuk Mr. Shan (two tumbs up for you Mr.
Shan. You are our best guide today). Untuk kembali menuju statasiun bus,
kami tidak melalui jalan yang sama saat kami menuju puncak Mt. Tsukuba. Kali
ini kami menggunakan Ropeway (kereta
gantung). Dari puncak Nyotaisan kami hanya perlu berjalan kaki 500 m menuruni anak tangga menuju Nyotaisan Station. Setelah membeli tiket Ropeway seharga 620 yen (dewasa)/310 yen (anak-anak), kami harus
menunggu beberapa menit hingga ropeway yang
akan kami gunakan tiba.
“Saya takut”
kata Mrs. Hana.
Hahaha, saya juga takut sebenarnya. Kami harus duduk selama 6 menit dengan
jarak 1 km di dalam kereta yang bergantungan pada kabel di udara. Wah, tidak
bisa dibayangkan. Tapi ini tantangan. Petugas jaga di stasiun akhirnya mempersilahkan
kami semua untuk masuk ke dalam ropeway. Setelah
semua penumpang masuk (saya tidak tahu pasti berapa jumlahnya mungkin, bisa 25
orang) pintu ropeway ditutup.
Petualangan dimulai.
Awalnya saya menyangka bahwa kereta tersebut akan melaju cepat ternyata
tidak. Syukurlah. Dari dalam ropeway kami
bisa melihat pemandangan lain. Warna-warni dedaunan pohon nampak terlihat
jelas. Wah, akhirnya saya bisa melihat pohon dari atas. Heheheh :D Deretan
pohon yang terlihat dari atas tersebut terlihat seperti terumbu karang di laut
saat snorkeling.
“Wah, ini mah bukan pohon, tapi
seperti “terumbu karang darat” gumam saya.
Waktu selama 6 menit sepertinya terlalu cepat, kami ingin berlama-lama di
dalam ropeway menikmati pemandangan
lain dari Mt. Tsukuba. Tapi ropeway nya
sudah tiba di stasiun Tsutsujigaoka, jika ingin lagi maka harus mengeluarkan
logam-logam yen lagi. Hihihi, kami tidak sanggup. Nah dreamers, stasiun Tsutsujigaoka ini langsung terhubung dengan
restoran. Tapi bagi muslim sekali lagi disarankan membawa bekal sendiri ya. Di sini
juga menjual aneka suvenir khas Mt. Tsukuba.
(Pemandangan Mt. Tsukuba dari atas ropeway) |
Kami berlima menengok kedai
tersebut sebentar, tapi saya tidak berminat membeli apapun. Harganya lumayan
mahal menurut saya. Selain menjadi stasiun pemberhentian ropeway, Stasiun Tsutsujigaoka
juga menjadi stasiun pemberhentian bus. Kece kan, beda jalan pergi beda
pula jalan pulang. Nampaknya bus yang akan kembali menuju Tsukuba Center masih
lama. Jadi kami memiliki waktu untuk mengobrol ringan bersama dan mencicipi
bekal yang dibawa Mrs. Hana sambil berjemur di bawah sinar matahari membiarkan
kulit kami berfotosintesis. Setelah itu barulah kami masuk ke dalam bus agar
bisa mendapatkan tempat duduk. Syukurlah masih mendapatkan tempat duduk. Perjalanan
kembali ke Tsukuba Center membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Karena lelah kami
berlima tidur di dalam bus. Tiba di Tsukuba Center saya dan Indah berpisah
dengan Mr. Shan. Kami berdua juga berpisah dengan Kak Nor dan Mrs. Hana. Meskipun
sama-sama tinggal di Ninomiya House siang itu kami tidak berpulang bersama.
Nice trip with all of you guys. Thank you for today.
Nah dreamers sudah dulu ya cerita petualangan kami hari ini. Semoga kita
semua selalu semangat setiap harinya. Have
a nice weekend dan selalu kunjungin serta baca cerita kami ya.
Assalammualaikum
J
Waaaah, salam ya buat Mr. Shan (mudah2an masih ingat gue). Aku ndak nge-trip ke kuil itu soalnya langsung mendaki dari tengah gunung pas dulu sama Paman Caki. Kereeen!
BalasHapus